
Yogyakarta, 23/5/2025 – Dalam rangkaian acara Festival Budaya UNY 2025, kelompok tari HIKARI dari Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Kebudayaan Jepang (HIMAJE) UGM, tampil sebagai salah satu pengisi acara yang menghadirkan nuansa budaya Jepang ke atas panggung. Membawa semangat budaya yang kental, dua penampilan mereka tampil memukau dalam balutan kimono dan properti kipas—menampilkan lebih dari sekadar estetika, tetapi juga menyampaikan narasi yang menyentuh hati dan sarat makna.
Penampilan pertama adalah tarian bergaya tradisional yang diiringi lagu “Tsugai Kogarashi” karya Hinayuki. Ditampilkan oleh Listu dan Sabrina dari angkatan 2023, keduanya tampil berpasangan—Listu sebagai sosok laki-laki dan Sabrina sebagai perempuan. Lewat gerakan anggun namun tegas, mereka menggambarkan kisah dua jiwa yang terikat oleh takdir di tengah musim gugur yang dingin. Tarian ini memvisualisasikan kisah tentang kesetiaan, kehilangan, dan harapan yang terus bertahan di tengah dunia yang kacau.
Penampilan kedua adalah cover dance dari lagu “Usubeniiro no Yakusoku” milik grup AKATSUKI dari game Ensemble Stars!!, dibawakan oleh tiga mahasiswa baru angkatan 2024: Rani, Bilqis, dan Shelina. Dalam koreografi yang elegan dan terkoordinasi, mereka menghadirkan sosok tiga idola yang bersatu dalam semangat kebersamaan dan komitmen. Gerakan mereka bukan hanya menunjukkan kekompakan, tetapi juga menyiratkan kekuatan dari janji diam-diam yang mereka bawa—untuk tetap teguh di tengah perubahan, menjaga impian bersama, dan menjunjung nilai-nilai yang mereka percaya.
Dua penampilan ini bukan hanya ajang ekspresi seni, tetapi juga ruang pembelajaran bermakna. Di balik setiap gerakan, tersimpan proses memahami budaya, bekerja dalam tim, serta menyampaikan emosi dan cerita lewat tubuh. Melalui dukungan yang berkelanjutan dari Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Jepang FIB UGM, mahasiswa didorong untuk tidak hanya memahami budaya Jepang secara teori, tetapi juga menghidupkannya lewat pengalaman langsung. Di sinilah pembelajaran menjadi utuh: menyentuh akal, menyentuh rasa, dan menyentuh jiwa.
[Humas Bahasa dan Kebudayaan Jepang, Barra Taura Nursaid]