SDGs 4: Quality Education | SDGs 17: Partnerships for the Goals
Yogyakarta (27/05/2024) – Pada Rabu (22/05/2024), Ruang Auditorium Soegondo lantai 7 penuh akan rasa syukur dan bahagia. Senyum haru para mahadaya yang telah berhasil menyelesaikan masa studinya dan meraih hasil yang memuaskan. Penyerahan dokumen kelulusan berupa ijazah dan transkrip akademik adalah waktu yang dinantikan, sebab menandai sahnya kelulusan mahadaya dan resmi menyandang gelar sesuai program studi yang ditempuhnya masing-masing.
Dalam acara yang penuh hikmat itu, empat mahasiswi Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, FIB, UGM, menghibur para wisudawan dan wisudawati serta para hadirin dengan Tari Angguk. Mereka adalah Novalia Hidayatus Solihah, Nanda Fitri Riyantika, Wening Hidayati, dan Audrey Gizella. Tari Angguk yang dibawakan oleh empat mahasiswi berhasil membuahkan senyuman manis dan decak kagum para wisudawan/wisudawati serta para tamu. “Alhamdulillah, pertunjukan Tari Angguk dapat berjalan dengan baik. Meskipun terdapat kekurangan, kami merasa puas dan bangga dapat menghibur para hadirin pada acara Mangayubagya wisudawan/wisudawati FIB UGM,” terang Wening HidayatI dalam wawancara (24/05/2024).
Mengutip dari disbud.kulonprogokab.go.id (2020, 05 Agustus), Tari Angguk merupakan sebuah kesenian tradisional yang berasal dari Kabupaten Kulon Progo. Diyakini kesenian ini muncul sekitar tahun 1900, tepat ketika para tentara dan opsir Belanda menduduki wilayah Kabupaten Purworejo. Dansa dan nyanyian para tentara itulah yang menjadi cikal bakal Tari Angguk yang muncul di Kecamatan Kokap, daerah yang berbtasan langsung dengan Purworejo. Awalnya, kesenian Angguk ditarikan oleh laki-laki. Pada tahun 1991, Tari Angguk pertama kali ditarikan oleh perempuan di Dusun Pripih, Hargomulyo, Kokap.
Penampilan Tari Angguk dalam acara Mangayubagya wisudawan/wisudawati FIB UGM berhasil berjalan dengan meriah. Pertunjukkan ini juga menjadi wujud nyata mahasiswa dan mahasiswi Prodi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa dalam nguri-uri ‘melestarikan’ dan ngurip-urip ‘menghidupkan dan menyemarakkan’ kebudayaan Nusantara, khususnya budaya Jawa. Pelestarian terhadap jati diri bangsa dapat dilaksanakan dengan sinergi dari berbagai pihak, sehingga dapat berdampak luas bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
Daftar Referensi
Disbud.kulonprogokab,go,id. (2020, 05 Agustus). Tari Angguk Kesenian Tradisional Kulon Progo. Diakses pada tanggal 24 Mei 2024, dari https://disbud.kulonprogokab.go.id/detil/356/tari-angguk-kesenian-tradisional-kulon-progo
Penulis: Haryo Untoro