• About UGM
  • Academic Portal
  • IT Center
  • Library
  • Research
  • Webmail
  • Informasi Publik
  • Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Profil
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • Manajemen
    • Tenaga Kependidikan
    • Tenaga Pendidik
  • Akademik
    • Kalender Akademik
    • Program Sarjana
      • Antropologi Budaya
      • Arkeologi
      • Sejarah
      • Pariwisata
      • Bahasa dan Kebudayaan Korea
      • Bahasa dan Sastra Indonesia
      • Sastra Inggris
      • Sastra Arab
      • Bahasa dan Kebudayaan Jepang
      • Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa
      • Bahasa dan Sastra Prancis
    • Program Master/S2
      • Magister Antropologi
      • Magister Arkeologi
      • Magister Sejarah
      • Magister Sastra
      • Magister Linguistik
      • Magister Pengkajian Amerika
      • Magister Kajian Budaya Timur Tengah
    • Program Doktor/S3
      • Antropologi
      • Ilmu-ilmu Humaniora
      • Pengkajian Amerika
    • Beasiswa
  • KPPM
    • Info Penelitian
    • Publikasi Ilmiah
    • Pengabdian Masyarakat
    • Kerjasama Luar Negeri
    • Kerjasama Dalam Negeri
  • Organisasi Mahasiswa
    • Lembaga Eksekutif Mahasiswa
    • Badan Semi Otonom
      • KAPALASASTRA
      • Persekutuan Mahasiswa Kristen
      • LINCAK
      • Saskine
      • Keluarga Mahasiswa Katolik
      • Dian Budaya
      • Sastra Kanuragan (Sasgan)
      • Keluarga Muslim Ilmu Budaya (KMIB)
      • Bejo Mulyo
    • Lembaga Otonom
      • Himpunan Mahasiswa Arkeologi
      • Ikatan Mahasiswa Jurusan Inggris
      • Himpunan Mahasiswa Pariwisata
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia
      • Ikatan Mahasiswa Sastra Asia Barat
      • Himpunan Mahasiswa Bahasa Korea
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Nusantara
      • Badan Keluarga Mahasiswa Sejarah
      • Himpunan Mahasiswa Studi Prancis
      • Keluarga Mahasiswa Antropologi
      • Himpunan Mahasiswa Jepang
  • Pendaftaran
  • Beranda
  • SDGs 5: Gender Equality
  • SDGs 5: Gender Equality
Arsip:

SDGs 5: Gender Equality

Mengenal Tutor: Nabila Intan

HEADLINERilis BeritaSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan BerkualitasSDGs 5: Kesetaraan Gender Senin, 2 Juni 2025

Yogyakarta, 27/05/2025- Di balik pintu-pintu kelas Program Indonesian for Foreign Speakers (INCULS), terdapat ruang diskusi yang lebih dari sekadar proses pembelajaran bahasa. Di sana terjalin pertemuan lintas bangsa, percakapan lintas nilai, dan yang paling penting adalah, terciptanya ruang tumbuh bagi toleransi dan pemahaman. Salah satu sosok yang menjadi bagian dari proses ini adalah Nabila Intan Sari, atau yang akrab disapa Natan. Mahasiswi Sastra Inggris angkatan 2021 ini telah aktif menjadi tutor di INCULS sejak tahun 2023, dan pengalamannya telah mengubah cara pandangnya terhadap dunia, Indonesia, dan dirinya sendiri.

Bersama INCULS, Natan terlibat dalam berbagai program pengajaran Bahasa Indonesia kepada penutur asing, seperti Darmasiswa, Kemitraan Negara Berkembang (KNB), Gadjah Mada International Fellowship (GMIF), hingga kerja sama dengan Monash University dan University of New South Wales. Baginya, setiap program membawa cerita dan tantangan yang berbeda,  tetapi satu benang merah yang tak terelakkan adalah betapa pentingnya bahasa sebagai alat pemersatu dan pengungkap makna budaya.

Dari seluruh pengalamannya, Natan menyebut program KNB sebagai pengalaman yang paling berkesan. Berbeda dengan program lainnya, KNB memiliki durasi pengajaran yang panjang, yang membuka ruang hubungan pertemanan yang lebih dalam antara tutor dan mahasiswa asing. Tak hanya menjadi pengajar, Natan juga menjadi pendengar, teman diskusi, bahkan sahabat. Hubungan yang ia jalin pun tidak berakhir saat program selesai karena komunikasi tetap berlanjut hingga hari ini. Inilah wujud nyata dari pendidikan yang berakar pada kemanusiaan.

“Bagi saya, jadi tutor itu bukan hanya soal menyampaikan teori. Ini soal bagaimana kita hadir sebagai manusia yang bisa membuat orang merasa dilihat dan dihargai,” ungkapnya.

Metode pengajaran yang digunakan Natan mencerminkan pendekatan humanis dan dialogis. Ia tidak langsung membawa mahasiswa masuk ke ranah teori tata bahasa atau struktur kalimat. Sebaliknya, dua pertemuan awal dimanfaatkan untuk membicarakan hal-hal yang dekat dengan kehidupan seperti keseharian, kehidupan di kampus, perbedaan budaya, hingga kebiasaan unik dari negara masing-masing. Percakapan-percakapan ini membangun kedekatan emosional dan menciptakan rasa aman sehingga suasana belajar menjadi lebih cair dan menyenangkan. Bahasa gaul, humor ringan, bahkan topik-topik kekinian kerap muncul dalam sesi tutorial, membuat pengajaran terasa seperti ngobrol santai namun penuh makna.

Hal menarik lainnya yang Natan temukan adalah semangat belajar dari mahasiswa program jangka panjang seperti KNB dan Darmasiswa. Mereka datang dengan motivasi tinggi, rasa ingin tahu yang besar, dan sikap saling menghargai. Namun, proses pengajaran tentu tidak selalu mulus. Natan menghadapi tantangan dalam hal perbedaan aksen dan pengucapan, terutama dari mahasiswa asal India dan Pakistan. Kendala bahasa memang tak terhindarkan, tetapi ia tidak menyerah. Ia justru menjadikan kendala ini sebagai pintu masuk untuk menjalin pendekatan yang lebih kreatif dan interaktif.

Salah satu strategi yang ia terapkan adalah membawa pembelajaran keluar dari kelas. Mahasiswa diajak ke Museum Sonobudoyo, menyusuri sejarah budaya Jawa, atau mendaki kawasan Kali Talang untuk melihat langsung wajah alam Indonesia. Di tengah kegiatan tersebut, percakapan mengalir tentang berbagai hal termasuk persoalan sosial seperti patriarki dan relasi kuasa dalam budaya. Dari sinilah nilai-nilai sosial dan kemanusiaan terselip dalam pengajaran bahasa.

“Dengan cara itu, saya merasa bahasa Indonesia bukan sekadar alat komunikasi, tapi jendela untuk memahami cara hidup dan cara berpikir masyarakat kita,” katanya.

Bagi Natan, menjadi tutor telah mengubah banyak hal dalam hidupnya. Ia menjadi lebih sadar akan keragaman dan belajar untuk tidak menilai orang hanya dari satu sudut pandang. Ia belajar menghormati orang lain dan lebih mencintai budayanya sendiri. Bahkan, rasa nasionalismenya tumbuh lebih kuat karena ia melihat bagaimana orang asing begitu antusias mempelajari bahasa dan budaya Indonesia. Rasa bangga itu tumbuh bukan karena diminta, tapi karena ia menyaksikan Indonesia lewat mata orang lain.

“Kadang kita baru benar-benar mengenal negara sendiri saat menjelaskannya pada orang lain. Dan di sana, kita menemukan kembali makna Indonesia,” tuturnya.

Bagi Natan, INCULS bukan sekadar ruang belajar bahasa. Ia adalah panggung kecil diplomasi budaya, tempat Indonesia dikenalkan dengan cara yang paling manusiawi melalui pertemuan antar manusia. Ia menyebut bahwa setiap tutor adalah mata bagi orang lain untuk melihat Indonesia. Karena itu, ia menekankan pentingnya menjaga etika, sikap, dan kualitas pembelajaran. Ia juga menyampaikan harapannya agar fasilitas pembelajaran semakin baik, termasuk perlunya gedung baru untuk mendukung proses belajar-mengajar.

Selain itu, ia berharap program-program internasional seperti Monash bisa diperluas dan diperpanjang durasinya. Sebab, satu jam saja tidak cukup untuk benar-benar menyentuh lapisan dalam dari budaya Indonesia. Diperlukan waktu dan interaksi yang konsisten agar hubungan antarbudaya bisa tumbuh dengan utuh.

Kepada sesama tutor, Natan menyampaikan pesan sederhana namun kuat: tetaplah semangat. Ia mendorong agar tutor tidak hanya mengajarkan bahasa, tetapi juga mengajak mahasiswa merasakan kehidupan di Indonesia secara langsung. Karena hanya dengan mengalaminya sendiri, para mahasiswa akan memahami makna Indonesia, bukan hanya dari kata-kata, tapi dari kebaikan, keramahan, dan keberagaman yang mereka jumpai.

Lewat pengalamannya, Natan membuktikan bahwa mengajar bahasa bisa menjadi jalan untuk menumbuhkan toleransi, rasa hormat, dan rasa cinta pada tanah air. Di tangan para tutor seperti Natan, bahasa menjadi jembatan bukan hanya antara bangsa, tetapi juga antara hati yang menghubungkan masa kini dengan masa depan yang lebih inklusif dan penuh pengertian.

[Humas INCULS FIB UGM, Thareeq Arkan Falakh]

Diskusi Buku “Trilogi Kartini” Menyigi Gagasan Emansipasi lewat Suara dan Surat

HEADLINERilis BeritaSDGs 4: Pendidikan BerkualitasSDGs 5: Kesetaraan Gender Jumat, 2 Mei 2025

Yogyakarta, 30 April 2025 — Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (FIB UGM) menyelenggarakan diskusi buku Trilogi Kartini yang berlangsung pada Rabu (30/4) pukul 08.30–11.20 WIB di Ruang 709, Gedung Soegondo, FIB UGM. Acara ini menghadirkan Prof. Dr.-Ing. Wardiman Djojonegoro, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI periode 1993–1998 sekaligus penulis buku Trilogi Kartini, sebagai narasumber utama. Diskusi dipantik oleh Prof. Dr. Bambang Purwanto, M.A., dan dimoderatori oleh Dr. Suzie Handajani, M.A.

Acara diawali dengan sambutan dari Dekan FIB UGM, Prof. Dr. Setiadi, S.Sos., M.Si., serta penayangan video sambutan dari Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati, Ph.D. Dalam suasana khidmat dan reflektif, dua mahasiswa FIB UGM—Bulan Churniati (Prodi Sastra Inggris) dan Febi Setiyawati (Prodi Antropologi Budaya)—membacakan kutipan surat-surat R.A. Kartini kepada E.H. Zeehandelaar dan R.M. Abendanon-Mandri, mempertegas semangat emansipasi dan pemikiran Kartini yang tetap relevan hingga kini.

Bulan Churniati (Sastra Inggris) Membacakan Kutipan 6 Surat RA Kartini kepad R.M. Abendanon-Mandri

Dalam paparannya, Prof. Wardiman menekankan bahwa Trilogi Kartini disusun untuk membuka ruang pemahaman yang lebih luas tentang pemikiran Kartini, tidak hanya sebagai simbol perempuan Indonesia, tetapi sebagai pemikir kritis dan progresif yang visinya melampaui zamannya. Prof. Bambang menambahkan bahwa penting untuk menempatkan Kartini sebagai subjek historis yang aktif dalam membentuk wacana kebudayaan dan pendidikan.

Diskusi berlangsung interaktif dengan partisipasi aktif dari para peserta yang terdiri dari sivitas akademika dari mahasiswa hingga guru besar dan masyarakat umum. Tiga orang memberikan pertanyaan kritis mulai dari sisi religius Kartini hingga modifikasi peringatan hari Kartini itu sendiri. Acara diakhiri dengan sesi tanya jawab dan penyerahan cinderamata oleh Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama, dan Alumni, Mimi Savitri, M.A., Ph.D.

Melalui kegiatan ini, FIB UGM meneguhkan komitmennya dalam merawat semangat intelektual, keberagaman gagasan, dan penghargaan terhadap tokoh-tokoh kebudayaan nasional melalui diskursus yang inklusif dan transformatif.

[Humas FIB UGM, Bulan Churniati]

Meretas Batas: Suara Perempuan dan Minoritas dalam Sorotan Kajian Amerika

HEADLINERilis BeritaSDGs 16: Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan Yang TangguhSDGs 4: Pendidikan BerkualitasSDGs 5: Kesetaraan Gender Jumat, 2 Mei 2025

Yogyakarta, 30/4/2025 – Di tengah hiruk pikuk perayaan kelulusan, para mahasiswa Magister Pengkajian Amerika Universitas Gadjah Mada menyimpan cerita perjuangan yang tak kalah menarik dari sekadar pencapaian akademik. Melalui tesis mereka, suara-suara perempuan, kelompok minoritas, hingga wacana keagamaan di Amerika rampung dikaji. Tidak hanya sebagai objek kajian, tetapi sebagai refleksi sosial yang erat kaitannya dengan kehidupan global dan tujuan pembangunan berkelanjutan.

Salah satu topik yang mengemuka adalah persoalan religiositas dalam masyarakat Amerika kontemporer. Dalam penelitiannya, Eliyawati, S.S., M.A. menelaah representasi religiusitas perempuan Amerika dalam serial Young Sheldon. Dengan memadukan teori representasi Stuart Hall dan pendekatan Post-Nasionalis dalam Pengkajian Amerika, Eliyawati membedah bagaimana keyakinan religius perempuan Amerika, baik yang tradisional maupun yang mengalami sekularisasi yang tercermin melalui karakter lintas generasi. Ia menemukan bahwa perempuan dari generasi Baby Boomers hingga Generasi X menunjukkan cara beriman yang berbeda: mulai dari ketaatan spiritual yang menempatkan perempuan sebagai “gereja dalam keluarga”, hingga pergeseran nilai ke arah sekularitas akibat pengaruh modernitas, media, dan pendidikan. Penelitian ini tidak hanya memotret transformasi nilai-nilai agama dalam masyarakat Amerika, tetapi juga membuka ruang refleksi tentang posisi perempuan dalam lembaga keagamaan dan kehidupan sosial.

Eliyawati, S.S., M.A. bersama Dr. Aris Munandar, M. Hum., Kaprodi Magister Pengkajian Amerika, FIB, UGM

Isu representasi gender juga dikupas dalam penelitian Leny Roslinda Sinaga, S.S., M.A., melalui serial You. Dengan latar genre romantik-thriller yang populer di kalangan penonton global, serial ini menjadi medium refleksi atas bagaimana dominasi maskulin yang berbalut romansa sering kali memanipulasi persepsi perempuan. Leny mengeksplorasi bagaimana cinta bisa menjadi kedok kekerasan, dan bagaimana budaya populer Amerika membentuk serta mengabadikan narasi tersebut. Dengan menggunakan teori dekonstruksi, hasil penelitiannya menyoroti pentingnya kesadaran perempuan terhadap relasi kuasa dalam ranah personal maupun publik, mempertegas urgensi kesetaraan gender di tengah dominasi narasi maskulinitas dalam media massa Amerika.


Leny Roslinda Sinaga, S.S., M.A. bersama Dr. Aris Munandar, M. Hum., Kaprodi Magister Pengkajian Amerika, FIB, UGM

Tak kalah menarik, kajian tentang Ruth Bader Ginsburg dalam film On the Basis of Sex, yang menggambarkan dengan kuat perjuangan perempuan menembus dunia hukum yang sarat dominasi laki-laki diekspolari oleh Zahra Kamila, S.Pd., M.A. Film ini menjadi pintu masuk untuk membedah struktur sosial yang maskulin, sekaligus memetakan strategi-strategi seperti pendekatan legal, akses pendidikan tinggi, hingga kolaborasi lintas gender. Dalam tesis nya, Zahra menunjukkan bahwa perjuangan tersebut tak hanya berkaitan erat dengan isu kesetaraan gender, tetapi juga menyuarakan nilai-nilai keadilan dan kelembagaan inklusif. Dua aspek penting dalam mewujudkan masyarakat yang setara dan berkeadaban.

Zahra Kamila, S.Pd., M.A. bersama Dr. Aris Munandar, M. Hum., Kaprodi Magister Pengkajian Amerika, FIB, UGM

Beranjak ke ruang digital, penelitian Annida Ul Marhamah, S.S., M.A., menyoroti perjuangan identitas melalui figur Bretman Rock, seorang influencer LGBTQ+ berdarah Filipina-Amerika yang menjadikan media baru sebagai panggung untuk mengekspresikan dirinya sekaligus melawan stereotip. Di tengah dominasi narasi heteronormatif dalam budaya populer Amerika, Bretman tampil sebagai suara alternatif yang menantang batas-batas representasi identitas rasial, gender, dan seksualitas. Dengan memadukan teori dekonstruksi Jacques Derrida, Annida mengurai bagaimana mikroagresi yang ditujukan kepada Bretman melalui komentar dan ekspektasi publik tidak hanya bersifat personal, tetapi juga struktural. Menariknya, kajian ini menunjukkan bahwa kekuatan naratif dalam media digital justru dapat dibalikkan menjadi ruang emansipasi, di mana keotentikan menjadi bentuk perlawanan. Dalam konteks mengurangi ketimpangan dan kesetaraan gender, riset ini menegaskan pentingnya keotentikan dalam narasi digital, serta menyerukan pemahaman lintas budaya dan representasi diri sebagai fondasi menuju masyarakat yang lebih adil dan setara. 

Annida Ul Marhamah, S.S., M.A. bersama Dr. Aris Munandar, M. Hum., Kaprodi Magister Pengkajian Amerika, FIB, UGM

Keempat penelitian ini menegaskan bahwa ruang akademik bukan sekadar tempat mempelajari teori, melainkan arena untuk menyuarakan ketidakadilan, membongkar narasi dominan, dan merayakan keberagaman. Melalui film, serial televisi, hingga media digital, para mahasiswa ini membuktikan bahwa Pengkajian Amerika bukan hanya soal memahami Amerika, melainkan cara kritis untuk membaca dunia.

[Humas Magister Pengkajian Amerika, Nariza Ayu Pasha]

Budaya Populer, Sosial, dan Budaya: Wisudawan, Wisudawati dan Penelitian Thesis Pengkajian Amerika

HEADLINERilis BeritaSDGs 16: Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan Yang TangguhSDGs 4: Pendidikan BerkualitasSDGs 5: Kesetaraan Gender Jumat, 2 Mei 2025

Yogyakarta, 30/4/2025 – Pada hari Rabu, 23 April, enam mahasiswa program studi Pengkajian Amerika, FIB, UGM, berhasil menyelesaikan masa studi mereka dengan menghasilkan thesis yang menyoroti isu sosial dan budaya yang ada pada Budaya Populer Amerika. Keenam mahasiswa yang diwisuda tersebut terdiri dari: Eliyawati, Zahra Kamila yang adalah Angkatan 2022 Genap, A . Fahmi Dahlan, Leny Roslinda Sinaga dan Annida Ul Marhamah, mahasiswa Angkatan 2022 Ganjil, dan Aprilia Nilham, mahasiswa Angkatan 2021 Genap. Dalam thesis mereka, wisudawan wisudawati tidak hanya memberi kajian baru mengenai Amerika secara internal, melainkan juga pengaruh Amerika yang dirasakan oleh negara lain, yaitu Indonesia. 

Thesis yang ditulis oleh A . Fahmi Dahlan yang berjudul “American Hegemony in Indonesian Mass Culture: A Case Study on Hip-hop Community in Wijilan Yogyakarta” meneliti bagaimana musik hip-hop Indonesia mendapat pengaruh dari hegemoni Amerika dalam berbagai elemen hip-hop yang kompleks. Thesis ini juga menemukan bahwa hegemoni yang terjadi dalam lagu hip-hop di Wijilan bisa dilihat dari program pemberdayaan kultur hip-hop, sekaligus menggunakan hip-hop sebagai sarana untuk mengkritisi isu sosial, atau dengan kata lain, melakukan adaptasi pengaruh global dengan identitas lokal.

Sebagai perbandingan dengan thesis yang sebelumnya menghubungkan Amerika dengan Indonesia, thesis yang ditulis oleh Eliyawati  dengan judul “The Representation of American Women’s Religiosity in Young Sheldon” menemukan bahwa konsep kekrisenan yang dianut oleh perempuan Amerika bisa dilihat dari sikap, pengimplementasian nilai-nilai keagamaan termasuk ke dalam role perempuan dalam keluarga, yang mana memiliki ketimpangan yang sangat kontras apabila di bandingkan dengan perempuan yang tidak memiliki kepercayaan tertentu. Dalam thesisnya, beliau berargumen juga bahwa representasi ini terlihat dari tiga generasi yang ada di dalam Young Sheldon. 

Melalui penelitian yang menggunakan berbagai macam perspektif maupun isu, tulisan mereka diharapkan dapat berkontibusi untuk memperkaya dan menjadi rujukan riset yang akan datang, terutama semua yang berhubungan dengan Amerika, budaya popular, termasuk isu sosial baik di dalam Amerika maupun secara global sehingga bisa membangun masyarakat yang lebih terbuka.

[Humas Magister Pengkajian Amerika, Reni Renatawati]

Warung Sastra Hadirkan Dialog Kritis tentang Sejarah dalam Novel Dari Dalam Kubur bersama Soe Tjen Marching dan Ramayda Akmal

HEADLINERilis BeritaSDGs 10: Berkurangnya kesenjanganSDGs 10: Mengurangi KetimpanganSDGs 16: Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan Yang TangguhSDGs 17: Kemitraan Untuk Mencapai TujuanSDGs 4: Pendidikan BerkualitasSDGs 5: Kesetaraan Gender Senin, 28 April 2025

Yogyakarta, 21 April 2025 – Warung Sastra kembali menjadi ruang dialog sastra yang hangat dan kritis dalam acara “Malam Buku” yang digelar pada Minggu, 21 April 2025. Acara ini menghadirkan penulis novel Dari Dalam Kubur, Soe Tjen Marching, dan turut hadir juga sebagai pembicara, Ramayda Akmal, dosen Magister Sastra Universitas Gadjah Mada. Dialog ini akan mengulas dengan tajam bagaimana novel ini membangun narasi sejarah melalui pengalaman lintas generasi para tokoh dalam novel Dari Dalam Kubur.

Dalam diskusi tersebut, Ramayda menyatakan bahwa novel ini bukan hanya menyampaikan cerita secara personal, melainkan juga menjadi ruang artikulasi luka kolektif bangsa. “Cerita Carla, ibunya, hingga neneknya bukan hanya kisah individu. Mereka membawa luka sejarah, membawa suara yang selama ini ditekan.” Ujarnya. Lebih lanjut, Ramayda menyampaikan bahwa novel ini menjadikan tubuh perempuan sebagai situs historis yang membongkar kekerasan sistemik dalam negara, ras, dan patriarki yang dominan.

Dari Dalam Kubur sendiri menyoroti isu trauma lintas generasi dalam keluarga korban kekerasan politik 1965. Karya ini juga ditandai dengan pendekatan retrospektif. “Bu Soe Tjen hadir di masa kini, menulis dalam kesadaran masa kini terkait peristiwa di masa lalu, untuk kepentingan kita hari ini.” jelas Ramayda. Ia menegaskan bahwa fungsi fiksi sejarah bukan untuk menghidupkan masa lalu, tetapi untuk mengkritisi ketimpangan yang masih berlanjut hingga kini. Ketika narasi masa lalu etrus muncul di masa kini, artinya masih terdapat masalah yang belum terselesaikan—dan itu menjadi perhatian bersama.

Soe Tjen Marching, dalam kesempatan tersebut, mengungkap bahwa proses penulisan novel ini diwarnai oleh blok trauma yang menghalangi narasi untuk mengalir. “Ketika sesuatu terlalu menyakitkan, tubuh kita memblokir. Kita pikir sudah lupa, tapi sebenarnya trauma utu semakin nyata,” tuturnya. Ia menekankan bahwa Dari dalam Kubur bukan sekadar karya fiksi, melainkan ruang reflektif yang mengajak pembaca berdialog dengan luka-luka lama yang diwariskan antar generasi.

Diskusi ini menggarisbawahi pentingnya literasi sejarah, kesadaran gender, dan kebebasan berekspresi—nilai-nilai yang menjadi pondasi dalam upaya pembangunan berkelanjutan. Dari Dalam Kubur menawarkan ruang perenungan bagi siapa pun yang ingin memahami bagaimana luka sejarah masij terasa dalam denyut kehidupan masa kini.

[Humas Magister Sastra, Marsya Kamila]

123…11

Rilis Berita

  • Mahasiswa Bahasa dan Kebudayaan Korea UGM Sukses Raih Juara Utama di Lomba KSI Yogyakarta 2025
  • Basket Asik IKMASA: Latihan Rutin, Seru-Seruan, dan Cari Bakat di Lapangan
  • Fun Match Futsal IKMASA: Seru-Seruan Bareng, Bangun Semangat dan Sportivitas
  • IKMASA Badminton Time: Seru-Seruan Bareng di Tengah Kesibukan Kuliah
  • Elvira Sundari Raih Juara 1 Duta Bahasa DIY 2025

Arsip Berita

Video UGM

[shtmlslider name='shslider_options']
Universitas Gadjah Mada

Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
Jl. Nusantara 1, Bulaksumur Yogyakarta 55281, Indonesia
   fib@ugm.ac.id
   +62 (274) 513096
   +62 (274) 550451

Unit Kerja

  • Pusat Bahasa
  • INCULS
  • Unit Jaminan Mutu
  • Unit Penelitian & Publikasi
  • Unit Humas & Kerjasama
  • Unit Pengabdian kepada Masyarakat & Alumni
  • Biro Jurnal & Penerbitan
  • Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
  • Pusaka Jawa

Fasilitas

  • Perpustakaan
  • Laboratorium Bahasa
  • Laboratorium Komputer
  • Laboratorium Fonetik
  • Student Internet Centre
  • Self Access Unit
  • Gamelan
  • Guest House

Informasi Publik

  • Daftar Informasi Publik
  • Prosedur Permohonan Informasi Publik
  • Daftar Informasi Tersedia Setiap Saat
  • Daftar Informasi Wajib Berkala

Kontak

  • Akademik
  • Dekanat
  • Humas
  • Jurusan / Program Studi

© 2024 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY