Yogyakarta, 24/2/2025 – Dalam rangkaian Dies Natalis Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM), diadakan orasi ilmiah dan kuliah umum bertajuk “Menyongsong Delapan Dekade Berkarya Membangun Peradaban Dunia” pada 24 Februari 2025. Acara ini berlangsung di Auditorium Soegondo, mengumpulkan para akademisi, mahasiswa, dan pecinta budaya untuk membahas peran penting pendidikan dalam membangun perdamaian dan menyelesaikan konflik.
Acara diawali dengan sambutan dari Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Dr Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA. Dalam pidatonya, ia menekankan pentingnya pendidikan sebagai alat untuk resolusi konflik dan diplomasi budaya seperti yang ia lakukan dalam penelitiannya. Setelah pidato tersebut, Dekan FIB UGM, Prof. Dr Setiadi, M.Si., naik ke atas panggung untuk menjelaskan peran FIB UGM dalam bidang humaniora. Ia menunjukkan bahwa humaniora memainkan peran penting dalam membentuk masyarakat yang lebih damai dengan mempromosikan pemikiran kritis dan empati di kalangan mahasiswa.
Puncak acara adalah orasi ilmiah yang disampaikan oleh Dr. (H.C) Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla, seorang tokoh terkemuka dalam politik dan diplomasi Indonesia. Dalam orasinya, ia membahas konteks sejarah diplomasi budaya dan dampaknya terhadap upaya pembangunan perdamaian. Ia berargumen bahwa memahami perbedaan budaya sangat penting dalam menyelesaikan konflik dan bahwa pendidikan memainkan peran penting dalam proses ini.
Sesi tersebut diikuti dengan diskusi yang menarik melibatkan peserta dari berbagai latar belakang, termasuk mahasiswa, anggota fakultas, dan praktisi budaya. Audiens mengajukan pertanyaan tentang aplikasi praktis diplomasi budaya dalam konflik kontemporer dan peran institusi pendidikan dalam mempromosikan perdamaian. Diskusi ini menekankan perlunya upaya kolaboratif dalam menghadapi tantangan global melalui pendidikan.
Saat acara ditutup, peserta menyatakan apresiasi mereka terhadap wawasan yang dibagikan oleh para pembicara. Banyak yang menekankan pentingnya melanjutkan dialog semacam ini untuk memupuk budaya perdamaian dan pemahaman. Acara ini tidak hanya merayakan pencapaian FIB UGM selama delapan dekade terakhir tetapi juga menegaskan komitmennya untuk berkontribusi pada peradaban global melalui pendidikan dan diplomasi budaya.
Dalam konteks SDGs, acara ini menjadi pengingat akan saling keterkaitan antara pendidikan, perdamaian, dan penyelesaian konflik. Ini menyoroti peran institusi pendidikan dalam membentuk pemimpin masa depan yang siap menghadapi kompleksitas dunia yang beragam. Diskusi yang diadakan selama acara ini pasti akan menginspirasi inisiatif lebih lanjut yang bertujuan untuk mempromosikan perdamaian melalui pendidikan.
Secara keseluruhan, orasi ilmiah dan kuliah umum di FIB UGM merupakan kesuksesan yang menggema, mengumpulkan komunitas yang berdedikasi pada cita-cita diplomasi budaya dan perdamaian. Saat dunia menghadapi tantangan yang semakin meningkat, peran pendidikan dalam memupuk pemahaman dan menyelesaikan konflik tidak pernah sepenting ini.
[Humas FIB UGM, Bulan Churniati]