• About UGM
  • Academic Portal
  • IT Center
  • Library
  • Research
  • Webmail
  • Informasi Publik
  • Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Profil
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • Manajemen
    • Tenaga Kependidikan
    • Tenaga Pendidik
  • Akademik
    • Kalender Akademik
    • Program Sarjana
      • Antropologi Budaya
      • Arkeologi
      • Sejarah
      • Pariwisata
      • Bahasa dan Kebudayaan Korea
      • Bahasa dan Sastra Indonesia
      • Sastra Inggris
      • Sastra Arab
      • Bahasa dan Kebudayaan Jepang
      • Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa
      • Bahasa dan Sastra Prancis
    • Program Master/S2
      • Magister Antropologi
      • Magister Arkeologi
      • Magister Sejarah
      • Magister Sastra
      • Magister Linguistik
      • Magister Pengkajian Amerika
      • Magister Kajian Budaya Timur Tengah
    • Program Doktor/S3
      • Antropologi
      • Ilmu-ilmu Humaniora
      • Pengkajian Amerika
    • Beasiswa
  • KPPM
    • Info Penelitian
    • Publikasi Ilmiah
    • Pengabdian Masyarakat
    • Kerjasama Luar Negeri
    • Kerjasama Dalam Negeri
  • Organisasi Mahasiswa
    • Lembaga Eksekutif Mahasiswa
    • Badan Semi Otonom
      • KAPALASASTRA
      • Persekutuan Mahasiswa Kristen
      • LINCAK
      • Saskine
      • Keluarga Mahasiswa Katolik
      • Dian Budaya
      • Sastra Kanuragan (Sasgan)
      • Keluarga Muslim Ilmu Budaya (KMIB)
      • Bejo Mulyo
    • Lembaga Otonom
      • Himpunan Mahasiswa Arkeologi
      • Ikatan Mahasiswa Jurusan Inggris
      • Himpunan Mahasiswa Pariwisata
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia
      • Ikatan Mahasiswa Sastra Asia Barat
      • Himpunan Mahasiswa Bahasa Korea
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Nusantara
      • Badan Keluarga Mahasiswa Sejarah
      • Himpunan Mahasiswa Studi Prancis
      • Keluarga Mahasiswa Antropologi
      • Himpunan Mahasiswa Jepang
  • Pendaftaran
  • Beranda
  • SDGs 10: Reduced Inequalities
  • SDGs 10: Reduced Inequalities
  • hal. 6
Arsip:

SDGs 10: Reduced Inequalities

Antropologi Budaya di Italia: Meresapi Keunikan dan Keanekaragaman Napoli melalui Program Erasmus+

Rilis Berita Selasa, 13 Februari 2024

SDGs 4: Quality Education | SDGs 4: Education in Developing | SDGs 4: Education for Sustainability | SDGs 5: Gender Equality | SDGs 5: Empowerment | SDGs 9: Cooperation | SDGs 10: Reduced Inequalities | SDGs 11: Sustainable Cities and Communities | SDGs 17: Partnerships for the Goals | SDGs 17: Global Partnership

Vina Aulia, mahasiswi program studi Antropologi Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, mendapat kesempatan untuk melakukan program pertukaran pelajar ke University of Naples “L’Orientale” selama satu semester melalui program Erasmus+. Progam ini merupakan program yang diinisiasi oleh pemerintah Uni Eropa untuk memberikan pendanaan untuk mahasiswa, staf pendidik, dan lembaga pendidikan tinggi untuk mengembangkan kerja sama internasional, meningkatkan kualitas pendidikan, serta mempromosikan pemahaman antarbudaya.

Tinggal di luar negeri yang jauh dari Indonesia merupakan pengalaman yang baru bagi dirinya. Terlebih, kesempatan itu merupakan pertama kalinya ia pergi jauh ke negara orang yang memiliki kultur yang sangat berbeda dengan Indonesia. Melalui tulisan ini, ia ingin berbagi pengalaman pertukaran pelajar yang menakjubkan ke negara yang dijuluki sebagai Negara Pizza dan Gelato.

Pada minggu-minggu pertama, ia mengalami culture shock akibat berbagai kebiasaan dan kultur yang berbeda. Jika di Indonesia nasi sangat mudah ditemukan, lain halnya dengan di Italia di mana roti, pasta, dan pizza merupakan makanan pokoknya. Ketersediaan nasi di sana sangatlah jarang, dan harganya pun jauh lebih mahal. Salah satu yang terkenal dari Kota Napoli adalah Pizza Margherita-nya. Menariknya, tiga komponen utama dalam pizza tersebut yang merupakan saus tomat, mozzarela, dan daun basil melambangkan bendera Italia yang berwarna merah, putih, dan  hijau. Selain itu, makanan ini pun juga dikaitkan dengan simbol identitas persatuan Negara Italia.

Berbicara soal musim, ia juga harus beradaptasi dengan perbedaan suhu yang lumayan mencolok dengan kehidupannya di Indonesia. Saat awal ia datang, di bulan Februari, Italia masih mengalami musim dingin. Walaupun tidak sedingin kota di bagian utara Italia lainnya, tetapi menurutnya itu sudah sangat dingin. Di pagi hari, suhu bisa mencapai 5 derajat celcius, yang menyebabkan Vina memakai pakaian berlapis-lapis setiap harinya.

Menurut sebagian besar masyarakat luas, Kota Napoli biasanya identik dengan kota yang kotor, miskin, dan memiliki tingkat kriminalitas yang tinggi. Namun, hidup dalam kurun waktu yang cukup lama di kota tersebut menyadarkannya bahwa ternyata Napoli juga menghadirkan berbagai sisi unik yang jarang ditemui di kota lainnya. Masyarakatnya yang ramah dengan intonasi tingginya yang khas, pizza margherita yang autentik, gang-gang sempit yang dipenuhi oleh ornamen klub sepak bola Napoli, Gunung Vesuvius yang terlihat setiap harinya, serta arsitektur bangunannya yang kuno membuatnya takjub akan kota ini. Perpaduan antara budaya Eropsa dengan Mediteranian yang unik bahkan membuat Napoli dinobatkan sebagai salah satu warisan budaya dunia UNESCO.

Ketika biasanya hidup di negara yang bermayoritas Muslim, di Napoli ia menjalani kehidupan sebagai minoritas. Rata-rata masyarakatnya beragama Kristen-Katolik. Salah satu temannya yang berasal dari Italia pernah mengatakan bahwa setidaknya terdapat 500 gereja di Napoli yang telah ada sejak ratusan tahun silam. Masjid sangat jarang ditemui, yang ada hanyalah mushola kecil yang biasanya didatangi oleh imigran asal Bangladesh atau India. Meskipun Vina merupakan minoritas dengan agama Islam, akan tetapi ia tidak pernah mengalami diskriminasi seperti yang orang lain ceritakan ketika hidup di Eropa. Bahkan, masyarakat sering memujinya kareja hijab yang ia kenakan dan raut wajah dengan karakteristik Asia yang eksotis. Ia pun juga menjalin persahabatan dengan banyak biarawan dan biarawati asal Indonesia yang sedang menjalankan tugas di sana.

Salah satu pengalaman lain yang membuatnya terkesan dengan Napoli adalah mengenai kultur perayaan klub sepak bola lokalnya, yang biasa dikenal dengan nama scudetto, yang merupakan perayaan bagi klub sepak bola Italia yang berhasil memenangkan pertandingan dan merebut Trofi Liga Italia. Tahun kemarin, Napoli menjadi pemenang setelah 33 tahun sejak masa keemasannya berlalu. Saat mengikuti perayaan ini bersama teman-teman lainnya, ia tidak hanya melihat kegembiraan bagi masyarakat Napoli, tetapi juga sukacita dan perasaan emosional yang sulit dijelaskan. Mulai dari anak kecil, remaja, hingga orang tua turut merayakan scudetto dengan bahagia. Malam itu, seluruh kota Napoli dipenuhi dengan kebahagiaan dan kemenangan, langit-langitnya dipenuhi oleh petasan dan kembang api yang berwarna merah menyala.

Tinggal di Italia tentu saja menjadi salah satu pengalaman hidup yang paling berharga untuknya. Ia juga berkesempatan untuk mengunjungi berbagai negara Eropa lainnya, seperti Hungaria, Ceko, Swiss, dan Austria. Dari segi wisata, Eropa juga banyak memberikan keuntungan kepada pelajar seperti tiket kereta yang lebih murah hingga beberapa tiket masuk museum dan tempat bersejarah yang gratis. Tinggal di benua Eropa mengajarkannya untuk lebih menghargai perbedaan kultur dan karakter masyarakat yang sangat berbeda. Ia banyak belajar mengenai perspektif baru dari teman-temannya yang berasal dari negara lain. Culture shock yang ia alami di awal juga mengizinkannya untuk lebih memahami keadaan sebagai salah satu bentuk adaptasi budaya agar dapat bertahan hidup. Vina sangat bersyukur atas pengalaman yang tak terlupakan ini, dan ia harap supaya teman-teman yang membaca tulisan ini juga bisa mendapatkan kesempatan yang sama.

KUNJUNGAN SMA WACHID HASYIM 1 SURABAYA

Rilis Berita Senin, 12 Februari 2024

SDGs 4: Quality Education | SDGs 4: Education for Sustainability | SDGs 5: Equal Access | SDGs 9: Affordable Access | SDGs 10: Reduced Inequalities |SDGs 11: Sustainable Cities and Communities | SDGs 16: Peace, Justice, and Strong Institutions | SDGs 16: Education | SDGs 17: Partnership for the Goals | SDGs 17: Capacity Building

Jarak jauh yang ditempuh dari Surabaya ke Yogyakarta rupanya tidak menghalangi mereka untuk tetap menunjukkan rasa antusias mereka ketika mendengarkan, menyaksikan, dan berdiskusi segala hal mengenai Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada pada rabu, 7 februari 2024. Mulai dari sesi kuis sampai dengan sesi tanya jawab, mereka sangat semangat rebutan agar ditunjuk. Pertanyaan yang mereka lontarkan pun berbobot dan sangat beragam, ada yang bertanya mengenai beasiswa, sistem pendaftaran, sampai kegiatan-kegiatan yang dilakukan jika menjadi mahasiswa disini. Para murid Sekolah Menengah Atas ini yang memang dari awal sudah memiliki ketertarikan di bidang sosial, dilihat dari jurusan yang mereka ambil adalah jurusan IPS, banyak dari mereka yang berangan-angan ingin melanjutkan pendidikan di Fakultas ini. Jurusan yang mereka inginkan pun sangat beragam, ada pariwisata, arkeologi, bahasa dan kebudayaan korea, sastra jepang, dan lain-lain. 

Salah satu perwakilan guru yang memberikan pidato pembukaan berkali-kali mengucapkan syukur dan terima kasihnya atas sambutan hangat yang mereka terima, serta berharap di masa depan mereka akan melahirkan banyak generasi-generasi unggul yang mampu bersaing dan layak menjadi bagian dari Universitas Gadjah Mada ini. Dua guru lainnya juga yang turut ikut dalam rombongan tersebut sangatlah humble untuk meluangkan waktu berjabat tangan sembari bersenda gurau sebentar sebelum meninggalkan ruangan. Selain ucapan yang hangat, mereka juga memberikan cinderamata dan bingkisan besar berupa oleh-oleh khas Surabaya yang mereka bawa jauh-jauh. Setelah berbincang-bincang ringan sebelum pulang, dilakukan sesi foto bersama. Kunjungan ini ditutup dengan membawa kesan yang sangat menyenangkan. Para murid dan guru-guru yang mendampingi melanjutkan kunjungan dengan berkeliling melihat-lihat suasana di Fakultas Ilmu Budaya sembari sesekali mengabadikan momen dengan kamera ponsel mereka.

Mahasiswa Sastra Arab UGM Sukses Gelar Program Kampus Mengajar di Ponpes Miftahul Huda Kroya

Rilis Berita Senin, 12 Februari 2024

SDGs 4: Quality Education | SDGs 4: Education in Developing | SDGs 4: Access to Education | SDGs 4: Basic Education | SDGs 4: Basic Literacy Skills | SDGs 4:  Early Childhood Development | SDGs 4: Equal Access | SDGs 5: Gender Equality | SDGs 5: Empowerment | SDGs 5: Equal Opportunities | SDGs 8: Decent Work and Economic Growth | SDGs 9: Industry, Innovation and Infrastructure | SDGs 9: Access to the Internet | SDGs 9 Affordable Access | SDGs 10: Reduced Inequalities | SDGs 10: Children | SDGs 10: Education | SDGs 11: Sustainable Cities and Communities | SDGs 11: Community | SDGs 16: Peace, Justice, and Strong Institutions | SDGs 17: Partnerships for the Goals | SDGs 17: Capacity Building

Yogyakarta, 26 Januari 2024 – Mahasiswi Program Studi Sastra Arab, Departemen Bahasa dan Sastra, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (FIB UGM), telah menyelesaikan program MBKM Kampus Mengajar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Kroya dengan gemilang. Program ini merupakan bagian dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar di luar kelas bagi mahasiswa. Program ini berfokus pada pendampingan pembelajaran dan pembiasaan penggunaan bahasa Arab dan Inggris di pesantren.

Selama di Ponpes Miftahul Huda Kroya, kedua mahasiswi UGM tersebut melaksanakan berbagai kegiatan, di antaranya Kelas Bahasa, Bincang Bahasa Asing, Pendampingan Belajar Santriwati, Pidato Dua Bahasa, Pembacaan Dhiba’ dan Barzanji, Ujian Bahasa, Pelatihan Listening, Lomba Peringatan Hari Santri Nasional, Sosialisasi Pentingnya Bahasa Asing dan Pembuatan Buku Kosakata.

Program Kampus Mengajar di Ponpes Miftahul Huda Kroya merupakan contoh nyata kolaborasi yang bermanfaat antara universitas dan pesantren dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Program ini diharapkan dapat melahirkan generasi muda yang unggul dalam bahasa Arab dan Inggris, serta siap bersaing di kancah global.

Pengalaman Magang Mahasiswa Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, UGM di Kementerian Agama Kota Yogyakarta

Rilis Berita Senin, 12 Februari 2024

SDGs 1: No Poverty | SDGs 1: Basic Services | SDGs 4: Quality Education | SDGs 4: Equal Access | SDGs 5: Gender Equality | SDGs 5: Empowerment | SDGs 5: Equal Opportunities | SDGs 8: Decent Work and Economic Growth | SDGs 9: Industry, Innovation and Infrastructure | SDGs 9: Access to the Internet | SDGs 9: Affordable Access | SDGs 10: Reduced Inequalities |SDGs 11: Sustainable Cities and Communities | SDGs 11: Community | SDGs 16: Peace, Justice, and Strong Institutions | SDGs 17: Partnerships for the Goals | SDGs 17: Capacity Building | SDGs 17: Civil Society Partnerships

Program Studi Sastra Arab, Departemen Bahasa dan Sastra, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada telah mengirimkan para mahasiswa angkatan 2020 untuk melaksanakan kegiatan magang dalam program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) Tahun Akademik Semester Gasal 2023/2024. Sebanyak sembilan mahasiswa melaksanakan magang/praktik kerja di Kantor Kementerian Agama Kota Yogyakarta sebagai salah satu mitra magang program ini. Program ini berlangsung selama tiga bulan terhitung sejak awal bulan September hingga akhir bulan November 2023.

Selama program magang berlangsung, para mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk memperluas pengetahuan mereka terkait regulasi, kebijakan, dan praktik-praktik kerja yang berkaitan dengan lembaga keagamaan ini. Selain itu, mereka juga dapat mengembangkan softskill dan hardskill yang dibutuhkan untuk menghadapi dunia kerja kelak. Adapun dalam pelaksanaan program magang di Kantor Kementerian Agama Kota Yogyakarta ini, mahasiswa dibagi ke dalam beberapa seksi, yakni Seksi Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Pendidikan Madrasah, dan Bimbingan Masyarakat Islam.

Umumnya, para mahasiswa mendapatkan tugas kerja berupa urusan administrasi sesuai dengan seksi tempat mereka bertugas. Tidak hanya sebatas urusan administrasi saja, tetapi mereka juga diminta turut andil dalam pelaksanaan berbagai kegiatan besar yang tentunya diselenggarakan oleh setiap seksi di kantor Kementerian Agama Kota Yogyakarta. 

Kegiatan besar yang diikuti antara lain seperti lomba MTQ tingkat SD, SMP, SMA/SMK yang diselenggarakan oleh Seksi Pendidikan Agama Islam; kegiatan FASI XII tingkat Kemantren se-Kota Yogyakarta dan rangkaian kegiatan untuk memeriahkan peringatan hari santri yang diselenggarakan oleh Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren; kegiatan Monitoring dan Evaluasi ke Madrasah dan kegiatan kearsipan yang diselenggarakan oleh Seksi Pendidikan Madrasah; serta kegiatan Bimbingan Teknis BP4 dan FGD Takmir Masjid dan Dewan Masjid Indonesia tingkat Kota Yogyakarta yang diselenggarakan oleh Seksi Bimas Islam.

Relasi dan Wawasan Luas dengan Multibahasa

Rilis Berita Senin, 12 Februari 2024

SDGs 4: Quality Education | SDGs 4: Education in Developing | SDGs 4: Education for Sustainability | SDGs 5: Gender Equality | SDGs 5: Equal Opportunities | SDGs 8: Decent Work and Economic Growth | SDGs 8: Creativity and Innovation | SDGs 8: Development Oriented Policy | SDGs 9: Industry, Innovation and Infrastructure | SDGs 9: Affordable Access | SDGs 10: Reduced Inequalities | SDGs 10: Education | SDGs 11: Sustainable Cities and Communities | SDGs 16: Peace, Justice, and Strong Institutions | SDGs 17: Partnerships for the Goals | SDGs 17: Fostering Innovation

Berinteraksi dengan orang lain merupakan aspek vital dalam kehidupan manusia, dan bahasa menjadi instrumen utama yang memungkinkan adanya komunikasi. Bahasa, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, memberikan wadah bagi pertukaran informasi, pemberian respon, hingga transfer ilmu pengetahuan. Bahkan, dalam komunikasi nonverbal, bahasa isyarat juga memiliki peran penting. Keanekaragaman bahasa di berbagai daerah menunjukkan kompleksitas interaksi manusia. Oleh karena itu, menguasai banyak bahasa membawa sejumlah keuntungan yang tidak bisa diabaikan.

Pertama-tama, keberagaman bahasa memberikan akses lebih luas terhadap informasi. Dengan menguasai berbagai bahasa, seseorang dapat mengeksplorasi dan memahami berbagai konten yang mungkin tidak dapat diakses hanya dengan satu bahasa. Dengan begitu, keterampilan multibahasa membuka pintu menuju pengetahuan yang lebih mendalam dan beragam.

Kedua, bahasa yang dikuasai juga mempengaruhi lingkungan sosial seseorang. Setiap bahasa seringkali terkait erat dengan komunitas tertentu. Dengan menguasai bahasa-bahasa yang digunakan dalam lingkungan tersebut, seseorang dapat lebih mudah terlibat dalam interaksi sosial, membangun hubungan yang lebih erat, dan memahami nuansa budaya setempat. Sebagai contoh, dengan menguasai bahasa daerah, seseorang dapat lebih dekat dengan masyarakat setempat dan membangun kedekatan emosional yang lebih baik.

Ketiga, keuntungan lain dari menguasai banyak bahasa adalah peningkatan akses terhadap ilmu pengetahuan. Dengan banyaknya bahasa yang dikuasai, seseorang dapat mengakses literatur, riset, dan sumber daya pendidikan dalam berbagai bahasa. Hal ini dapat membuka pintu menuju wawasan yang lebih luas dan mendalam, memungkinkan perkembangan intelektual yang lebih kaya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa menguasai banyak bahasa tidak hanya meningkatkan keterampilan komunikasi, tetapi juga membuka peluang yang luas dalam hal pengetahuan, interaksi sosial, dan pemahaman lintas budaya. Oleh karena itu, investasi dalam pembelajaran berbagai bahasa akan memberikan manfaat yang signifikan dalam perjalanan hidup seseorang. Di Pusat Bahasa FIB UGM, tersedia beragam kursus bahasa asing yang dapat kalian ikuti di setiap periodenya. Kali ini, Pusat Bahasa FIB UGM sedang membuka pendaftaran kursus bahasa asing untuk periode Maret hingga April 2024 yang akan ditutup pada akhir Februari 2024. Jadi, tunggu apa lagi? Ayo daftarkan dirimu demi relasi dan wawasan yang lebih luas!

1…45678…12

Rilis Berita

  • Pemotongan Tumpeng Perayaan Kemenangan FIB UGM pada Nitilaku 2024
  • Menyebrangi Cakrawala: Menjelajahi Lithuania Lewat IISMA
  • Prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea Gelar Kuliah Umum “Teknik Berorasi dalam Bahasa Korea” bersama K-Speech Indonesia
  • Kunjungan Fakultas Ushuludin Adab dan Humaniora UIN Salatiga ke FIB UGM
  • Pengukuhan Prof. Dr. Hendrokumoro, M.Hum. sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Linguistik Fakultas Ilmu Budaya UGM

Arsip Berita

Video UGM

[shtmlslider name='shslider_options']
Universitas Gadjah Mada

Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
Jl. Nusantara 1, Bulaksumur Yogyakarta 55281, Indonesia
   fib@ugm.ac.id
   +62 (274) 513096
   +62 (274) 550451

Unit Kerja

  • Pusat Bahasa
  • INCULS
  • Unit Jaminan Mutu
  • Unit Penelitian & Publikasi
  • Unit Humas & Kerjasama
  • Unit Pengabdian kepada Masyarakat & Alumni
  • Biro Jurnal & Penerbitan
  • Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
  • Pusaka Jawa

Fasilitas

  • Perpustakaan
  • Laboratorium Bahasa
  • Laboratorium Komputer
  • Laboratorium Fonetik
  • Student Internet Centre
  • Self Access Unit
  • Gamelan
  • Guest House

Informasi Publik

  • Daftar Informasi Publik
  • Prosedur Permohonan Informasi Publik
  • Daftar Informasi Tersedia Setiap Saat
  • Daftar Informasi Wajib Berkala

Kontak

  • Akademik
  • Dekanat
  • Humas
  • Jurusan / Program Studi

© 2024 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY