Memperingati ulang tahunnya yang ke 50, Jurusan Sastra Asia Barat menyelenggarakan seminar internasional dengan mengangkat tema “Arabic Cultural Identity: Facts and Challenges”. Acara ini diselenggarakan pada hari Rabu, 10 September 2014 mulai pukul 09.30 sampai pukul 17.00 WIB.

Turut hadir dalam seminar ini dua orang guru besar dari Canal Suez University yaitu Prof. Dr. Osamah Sayyed Aly dan Prof. Dr. Hassan Youssef serta seorang guru besar dari Bani Suwaif University yaitu Prof. Dr. Sherif Saad Mohammed El Gayyar. Selain itu, turut hadir juga beberapa guru besar dari bebrapa universitas di Indonesia yang bergelut di bidang bahasa, sastra dan budaya Arab.

Seminar diawali dengan pemaparan makalah oleh keynote speaker Prof. Dr. Osamah Sayyed Aly dan Prof. Dr. Siti Chamamah Soeratno. Setelah itu dilanjutkan tiga sesi berikutnya yang dibagi menurut tiga tema besar yaitu, bahasa dan sastra, budaya dan pendidikan.

Kamis, 18 September 2014
Ruang Sidang 1 FIB UGM
Pukul 13.00 – Terbuka Untuk Umum

Penggunaan GIS dalam Antropologi
[Pujo Semedi – dekan FIB UGM]

by Prof. dr. F.J.S. Wijsen (Radboud University Nijmegen)

Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, 20—24 October 2014

Description
A graduate course on Theory and Method of Discourse Analysis will be focus on Norman Fairclough’s literature. Senior researcher and professor from Radboud University Nijmegen, Prof. Dr. F.J.S. Wijsen will be invited to deliver the lectures. The objectives after this intensive course, the students are able :

– To explain theories and methods of discourse analysis in his/her own words

– To give examples from the socio-cognitive model of Norman Fairclough, and

– To implement this model in a research project (initial level)

The course will be conduct on,

Date : 20—24 October 2014
Time : 09.00—11.30 / 14.00 WIB
Venue : Ruang Sidang Pimpinan
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada
Jl. Sosiohumaniora 1, Bulaksumur Yogyakarta 55281

Requirements
The course is free and open to graduate students in social sciences and humanities of UGM (limited participants). Interested applicants may send his/her intent to join the course before 10 October 2014 to sandya.fib@ugm.ac.id

COURSE OUTLINE

Oleh : Unit Penalaran Ilmiah HUMANIKA FIB UGM
Lulusan sebuah perguruan tinggi dituntut untuk memiliki academic knowledge, skill of thinking, management skill, dan communication skill. Sinergisme akan tercermin melalui kemampuan lulusan dalam kecepatan menemukan solusi atas setiap persoalan dan tantangan yang dihadapinya. Perilaku dan pemikiran yang ditunjukkan akan bersifat konstruktif realistis, artinya kreatif (unik dan bermanfaat) serta dapat diwujudkan. Kreativitas merupakan penjelmaan integratif dari tiga faktor utama dalam diri manusia, yaitu: pikiran, perasaan, dan keterampilan. Dengan demikian, agar mahasiswa dapat mencapai level kreatif, ketiga faktor termaksud diupayakan agar optimal dalam sebuah kegiatan yang diberi nama Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).

Dalam rangka mempersiapkan mahasiswa agar optimal dalam kegiatan PKM, BSO Unit Penalaran Ilmiah HUMANIKA menyelenggarakan WORKSHOP PENULISAN PROPOSAL PKM pada hari Jumat, 12 September 2014 pukul 16.00 WIB di Ruang A 201, Gedung A FIB UGM.

Mahmood Kooria
Leiden University Institute for History, 
the Netherlands

Rabu 10 Sept 2014
09.00 s/d. 11.30 WIB
Ruang Inculs D.101 
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada

Abstract
In the late nineteenth century, both India and Indonesia were witnessing anti-colonial struggles, which were identified by some Muslim traditional scholars (ulama) as a collective jihad against Christian rulers. Certain ulama from Malabar (southwest India) incited their audience to holy-war (jihad), by drawing from examples of colonial attacks in various parts of the world. For one of them, what the Dutch were inflicting on their large Muslim subject populations through oppression, conversion, and ‘Western’ education was unjustifiable in any sense, and thus, the Muslims were religiously obligated to fight against such ‘Christian rulers’ as the Dutch and the British. One Malabari monograph entitled Tanbih al-muluk specifically ‘imagines’ the historical events pertaining to the Dutch involvement in Java. I would place this jihadi text against the background of much lengthier historical connections between Java and Malabar in terms of legal, mystical and jihadi networks and ideas,  in order to inquire how both regions developed a different Islamic culture outside the so-called ‘heartlands of Islam’.