• About UGM
  • Academic Portal
  • IT Center
  • Library
  • Research
  • Webmail
  • Informasi Publik
  • Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Profil
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • Manajemen
    • Tenaga Kependidikan
    • Tenaga Pendidik
  • Akademik
    • Kalender Akademik
    • Program Sarjana
      • Antropologi Budaya
      • Arkeologi
      • Sejarah
      • Pariwisata
      • Bahasa dan Kebudayaan Korea
      • Bahasa dan Sastra Indonesia
      • Sastra Inggris
      • Sastra Arab
      • Bahasa dan Kebudayaan Jepang
      • Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa
      • Bahasa dan Sastra Prancis
    • Program Master/S2
      • Magister Antropologi
      • Magister Arkeologi
      • Magister Sejarah
      • Magister Sastra
      • Magister Linguistik
      • Magister Pengkajian Amerika
      • Magister Kajian Budaya Timur Tengah
    • Program Doktor/S3
      • Antropologi
      • Ilmu-ilmu Humaniora
      • Pengkajian Amerika
    • Beasiswa
  • KPPM
    • Info Penelitian
    • Publikasi Ilmiah
    • Pengabdian Masyarakat
    • Kerjasama Luar Negeri
    • Kerjasama Dalam Negeri
  • Organisasi Mahasiswa
    • Lembaga Eksekutif Mahasiswa
    • Badan Semi Otonom
      • KAPALASASTRA
      • Persekutuan Mahasiswa Kristen
      • LINCAK
      • Saskine
      • Keluarga Mahasiswa Katolik
      • Dian Budaya
      • Sastra Kanuragan (Sasgan)
      • Keluarga Muslim Ilmu Budaya (KMIB)
      • Bejo Mulyo
    • Lembaga Otonom
      • Himpunan Mahasiswa Arkeologi
      • Ikatan Mahasiswa Jurusan Inggris
      • Himpunan Mahasiswa Pariwisata
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia
      • Ikatan Mahasiswa Sastra Asia Barat
      • Himpunan Mahasiswa Bahasa Korea
      • Keluarga Mahasiswa Sastra Nusantara
      • Badan Keluarga Mahasiswa Sejarah
      • Himpunan Mahasiswa Studi Prancis
      • Keluarga Mahasiswa Antropologi
      • Himpunan Mahasiswa Jepang
  • Pendaftaran
  • Beranda
  • Headline
  • Headline
  • hal. 10
Arsip:

Headline

FIB Weekly Forum (Kamis, 26 Juni 2014): Women on the Island of Dynamism: Maritime Communities along the Makassar Straits

AGENDAHEADLINE Selasa, 24 Juni 2014

Women on the Island of Dynamism: Maritime Communities along the Makassar Straits

oleh Hamamoto Satoko, Ph.D.

Prodi Bahasa dan Sastra Jepang FIB-UGM

Kepulauan Sepermonde terletak di sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Kebanyakan perempuan yang tinggal di pulau-pulau batu karang tersebut melakukan kegiatan ekonomi mikro dengan berbagai macam tujuan. Salah satu tujuan yang paling menonjol adalah menabung untuk naik haji. Setelah datang dari tanah suci, perempuan yang berdagang mendapat status sosial dan agama sehingga dapat memperluas peluang kegiatannya. Meskipun belum bersuami, karena sudah naik haji, mereka berani berangkat ke mana-mana, contoh; ke Samarinda, Balikpapan, Pasuruan, Sorong, Timika, Manokwali dan lain-lain di kawasan timur Indonesia. Jika sudah naik haji, perempuan yang berdagang tidak begitu bersemangat mencari jodoh untuk menikah karena mereka sudah memiliki kepercayaan diri menghidupi dirinya sendiri. Beberapa perempuan yang sudah naik haji dan berhasil dalam bisnisnya mempunyai anak buah. Anak buah tersebut ikut berdagang sambil belajar tentang bagaimana cara berbisnis. Selain itu, sebagian orang tua menyuruh anaknya naik haji karena naik haji bagi anak perempuan yang masih muda bisa menjadi daya tarik dalam mencari calon suami yang kaya dan makmur.

FIB Weekly Forum (Kamis, 19 Juni 2014): Penelitian Produksi Tutur: Metode Eksperimen

AGENDAHEADLINE Rabu, 18 Juni 2014

Penelitian Produksi Tutur: Metode Eksperimen

Arum Perwitasari
Leiden University Center for Linguistics

Abstrak:
Penelitian mengenai produksi tutur (speech production) belum mendapatkan perhatian lebih banyak dibandingkan penelitian tentang persepsi tutur (speech comprehension). Pada dasarnya, penelitian tentang produksi tutur dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode: metode observasi dan eksperimen. Metode observasi sudah biasa diterapkan untuk menemukan jawaban atas terjadinya fenomena kilir lidah (slips of tongue) atau latah (tip of tongue). Perkembangan penelitian psikolinguistik dewasa ini telah berkembang dengan mengaplikasikan metode eksperimen. Metode ini lebih menarik dilakukan karena dapat menyimpulkan proses dari data akustik dan data gerakan penutur. Selain itu, teknik ini dapat pula menjelaskan data linguistik secara empiris.

Cosmopolis Conference: The Making of Religious Traditions in the Indonesian Archipelago: History and Heritage in Global Perspective (1600-1940)

AGENDAHEADLINENews ReleaseSTICKY NEWS Selasa, 17 Juni 2014

Cosmopolis Conference:
The Making of Religious Traditions in the Indonesian Archipelago:
History and Heritage in Global Perspective (1600-1940)
20-22 June 2014, Yogyakarta (Indonesia)

Salah satu fenomena paling menarik pada saat ini adalah kebangkitan global dari berbagai tradisi keagamaan. Hampir di semua tempat, tantangan yang muncul dari dunia yang semakin mengglobal menginspirasi terjadinya reformasi agama, baik itu untuk adaptasi dengan keadaan baru atau untuk kembali ke nilai-nilai fundamental. Retorika publik yang menekankan adanya perbedaan esensial dengan agama-agama “lain” (yang berbeda) sering kali menjadi topeng bagi adanya kesamaan sosial dan budaya serta perbedaan dan perpecahan dalam kelompok yang cukup besar. Perdebatan teraktual mengenai reformasi cenderung menghasilkan pemahaman yang anakronis mengenai berbagai cara identitas keagamaan telah dibangun pada masa lalu. Pada saat yang sama, para sarjana harus membangun kepekaan terhadap berbagai kesinambungan lintas ruang-waktu dan melacak lebih teliti akar dan keterkaitan historis dari proses pembentukan identitas keagamaan.

Konferensi ini akan secara resmi menandai peluncuran the Leiden-Yogyakarta PhD-programme “The Making of Religious Traditions in Indonesia: History and Heritage in Global Perspective (1600-1940)” yang disponsori oleh the Leiden University Fund for the years 2014-2018.

Pentingnya Pengetahuan dan Peradaban (Lokal) Nusantara dalam Penelitian

HEADLINENews ReleaseSTICKY NEWS Rabu, 4 Juni 2014

Sadar atau tidak, kebanyakan dari hasil penelitian kita mengekor pada konsep-konsep yang dihadirkan oleh peneliti Asing, sehingga kita tidak pernah merdeka dari “penjajahan” ilmu pengetahuan Barat. Padahal, Nusantara memiliki tradisi dan sastra lisan yang penuh dengan konsep-konsep ilmu pengetahuan dan peradaban yang kaya dalam bentuk pewarisan sastra dan tradisi lisan.
“Dahsyatnya konsep pengetahuan lokal tidak kalah dengan pengetahuan luas yang selalu kita impor. Konsep “Tsunami” misalnya, yang menggambarkan gelombang tinggi yang terjadi di Pantai Barat Sumatra sampai Aceh. Pengetahuan local masyarakat Simeleu (Aceh) telah lama mengenal konsep pengetahuan tentang gelombang besar tersebut dengan “mong” atau “smong”. Gambaran konsep pengetahuan local lain tentang “Living Green” yang ada pada masyarakat Riau. Dan dalam konteks ini, masuknya perkebunan kelapa sawit telah menghilangkan living green yang mengakar pada masyarakat Riau. Karena konsep pengetahuan local itu tidak pernah dihadirkan, maka sumber pengetahuan local nusantara semakin tidak terdengar gaungnya.
Hal itu disampaikan Prof. Dr. Bambang Purwanto dalam Pengantar Seminar Program Doktor Ilmu-Ilmu Humaniora bertema “Tradisi Lisan, Sastra Lisan dan Sejarah Lisan dalam Perspektif Kajian Kritis” di Ruang Margono, Fakultas Ilmu Budaya UGM, Rabu 4 Juli 2014.
Prof. Bambang menambahkan bahwa kebiasaan sebagian peneliti Indonesia tidak memanfaatkan dan menghadirkan konsep-konsep local dalam kajiannya sehingga konsep-konsep local yang demikian baik itu tidak mampu berdialog dengan konsep-konsep yang lebih dulu dihadirkan oleh peneliti lainnya.
Dalam konteks ini, peneliti yang ada pada level paling tinggi seharusnya menghadirkan konsep-konsep lokal Nusantara yang kaya itu ke dalam penelitian mereka sehingga dialog dengan konsep yang sudah ada bisa berdialog dengan baik dalam ranah ilmu pengetahuan dengan memanfaatkan Sastra Lisan, Tradisi Lisan dan Sejarah Lisan.
Diakhir pengantarnya, Prof. Bambang mengajak para peneliti (mahasiswa S3 yang sedang menyusung Disertasi) agar memanfaatkan potensi pengetahuan dan peradaban local yang kaya itu dalam penelitian mereka. “Belum tentu yang tertulis dalam teks itu lebih hebat daripada yang lisan. Pengabaian tradisi lisan sebagai sumber sejarah (sebagai sumber pengetahuan) selama ini telah mengabaikan banyak peradaban yang ada di Nusantara”, ulasnya.

Contributor:
La Ode Rabani, FIB-UGM

Call For Papers “Museum of our Own: In search of a local museology for Asia”

HEADLINENews Release Senin, 2 Juni 2014

Background

Over the last three decades there has been a rise in museum criticism. What were common practices in museology are now being challenged; especially the ways museums curate their collections, or work with their different stakeholders. Under the pressure of such critique, museum practices have changed significantly worldwide. Museums in the so-called West, for example, have been attempting to ‘decolonize’ their practices, if only partial and incomplete, confronting their colonial roots, while trying to develop new methodologies deemed more suitable for collections and display in the post colonial present. Similarly methodological shifts have been happening in areas of museum conservation and education.

Co-terminus with this rethinking of museums in the West has been similar developments in museology in so-called non-traditional museum spaces, including, and perhaps, especially in Asia, with significant rise in the number of museums as well as an increase in museum training programmes. Despite these sea changes, and the long history of established museum tradition in many non-western societies – in many instances since the 19th century – these local museums remain marginal institutions. In fact, the word ‘museum’ still remains uncommon within the cultural vocabulary of many such societies. Recently academics have tried to identify non-western museological models, where, for example, preservation practices that parallel those in conventional museums can be found. Still these models have not developed sufficiently. Nor are they sufficiently valorized and embedded within museum practice to have the desired effect of improving the status of museums in and the value of museums to these societies.

In response to the need to strengthen museum practice in several of these countries, numerous museum professionals travel to Europe and North America to study museology. This is complemented by a growing number of locally based museology training programmes in Asia. In Indonesia, for example, formal training programs in the field of museology were recently developed in a number of Universities. The archaeology departments of the Universitas Gadjah Mada and Universitas Indonesia have museology training programs at both the Bachelors and the Masters levels. These programmes were developed with the assistance of institutions in the West. But have these local based programs worked? Or, do those who return with ‘western’ museology training really impact the local situation enough?

Five years into the museology education programs Universitas Gadjah Mada, it is now timely to reflect on the state of museums and museum education in Indonesia and Asia in general. More than a critical assessment of the programs themselves, we want to ask questions about how to rethink museological practices that have been already defined in the West for our own museums. We now have museology training programs but do they sufficiently serve our needs? Is the limited valorization of local museums based solely in the fact that they are ‘innately’ western institutions or are there other, more practical reasons for their shortcomings? How do we further develop a training program that responds to local needs? What histories of museums should be mobilized to inform a local museum practice? What, we want to ask, is a museum of our own? The conference will be divided in a number of interrelated sessions addressing different topics in in museology, both at concept and practical levels.

http://arkeologi.fib.ugm.ac.id/main/2014/05/call-for-papers/

1…89101112…15

Rilis Berita

  • Fakultas Ilmu Budaya UGM dan Universitas Cheng Kung Taiwan Perkuat Kolaborasi Kursus Musim Panas Arkeologi
  • Korea Utara: Di Balik Mitos, Realitas, dan Imajinasi
  • Mahasiswa Prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea Lolos Program Fast Track S1–S2 FIB UGM
  • UGM Kembalikan Artefak dan Kerangka Leluhur kepada Masyarakat Warloka, Labuan Bajo
  • Pekerja Migran Indonesia Hidup di Taiwan

Arsip Berita

Video UGM

[shtmlslider name='shslider_options']
Universitas Gadjah Mada

Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
Jl. Nusantara 1, Bulaksumur Yogyakarta 55281, Indonesia
   fib@ugm.ac.id
   +62 (274) 513096
   +62 (274) 550451

Unit Kerja

  • Pusat Bahasa
  • INCULS
  • Unit Jaminan Mutu
  • Unit Penelitian & Publikasi
  • Unit Humas & Kerjasama
  • Unit Pengabdian kepada Masyarakat & Alumni
  • Biro Jurnal & Penerbitan
  • Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
  • Pusaka Jawa

Fasilitas

  • Perpustakaan
  • Laboratorium Bahasa
  • Laboratorium Komputer
  • Laboratorium Fonetik
  • Student Internet Centre
  • Self Access Unit
  • Gamelan
  • Guest House

Informasi Publik

  • Daftar Informasi Publik
  • Prosedur Permohonan Informasi Publik
  • Daftar Informasi Tersedia Setiap Saat
  • Daftar Informasi Wajib Berkala

Kontak

  • Akademik
  • Dekanat
  • Humas
  • Jurusan / Program Studi

© 2024 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY