Oleh : Unit Penalaran Ilmiah HUMANIKA FIB UGM
Lulusan sebuah perguruan tinggi dituntut untuk memiliki academic knowledge, skill of thinking, management skill, dan communication skill. Sinergisme akan tercermin melalui kemampuan lulusan dalam kecepatan menemukan solusi atas setiap persoalan dan tantangan yang dihadapinya. Perilaku dan pemikiran yang ditunjukkan akan bersifat konstruktif realistis, artinya kreatif (unik dan bermanfaat) serta dapat diwujudkan. Kreativitas merupakan penjelmaan integratif dari tiga faktor utama dalam diri manusia, yaitu: pikiran, perasaan, dan keterampilan. Dengan demikian, agar mahasiswa dapat mencapai level kreatif, ketiga faktor termaksud diupayakan agar optimal dalam sebuah kegiatan yang diberi nama Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).

Dalam rangka mempersiapkan mahasiswa agar optimal dalam kegiatan PKM, BSO Unit Penalaran Ilmiah HUMANIKA menyelenggarakan WORKSHOP PENULISAN PROPOSAL PKM pada hari Jumat, 12 September 2014 pukul 16.00 WIB di Ruang A 201, Gedung A FIB UGM.

Mahmood Kooria
Leiden University Institute for History, 
the Netherlands

Rabu 10 Sept 2014
09.00 s/d. 11.30 WIB
Ruang Inculs D.101 
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada

Abstract
In the late nineteenth century, both India and Indonesia were witnessing anti-colonial struggles, which were identified by some Muslim traditional scholars (ulama) as a collective jihad against Christian rulers. Certain ulama from Malabar (southwest India) incited their audience to holy-war (jihad), by drawing from examples of colonial attacks in various parts of the world. For one of them, what the Dutch were inflicting on their large Muslim subject populations through oppression, conversion, and ‘Western’ education was unjustifiable in any sense, and thus, the Muslims were religiously obligated to fight against such ‘Christian rulers’ as the Dutch and the British. One Malabari monograph entitled Tanbih al-muluk specifically ‘imagines’ the historical events pertaining to the Dutch involvement in Java. I would place this jihadi text against the background of much lengthier historical connections between Java and Malabar in terms of legal, mystical and jihadi networks and ideas,  in order to inquire how both regions developed a different Islamic culture outside the so-called ‘heartlands of Islam’. 

Oleh: Unit Penalaran Ilmiah HUMANIKA FIB UGM

PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) sebuah program hibah yang diberikan kepada mahasiswa untuk mengembangkan segala kreativitasnya dalam berbagai bidang. Tujuannya, diharapkan mahasiswa memiliki academic knowledge, skill of thinking, management skill, dan communication skill. PKM datang dengan tujuh jenis program yang berbeda mulai dari PKM-Penelitian, PKM-Kewirausahaan, PKM-M (pengabdian masyarakat), PKM-T (penerapan teknologi), PKM-Karsa Cipta ditawarkan pada periode pertama. Periode ini semacam penawaran program hibah yang biasanya disebut PKM 5 (lima) bidang. Lima bidang tersebut merupakan bidang yang paling popular di mana kelompok pengusul harus melakukan kegiatan dari tahap demi tahap yang telah diajukan dalam proposal. Kemudian, pada perode penawaran kedua terdiri dari PKM-Gagasan Tertulis dan PKM-Artikel Ilmiah. Dua jenis terakhir merupakan “golden ticket” untuk bisa mencapai PIMNAS, karena kelompok mahasiswa pengusul tidak perlu melakukan tahap-tahap kegiatan.

Atas dasar tersebutlah, diadakannya sosialisasi PKM 2014 didanai 2015 diharapkan target 50-100 proposal PKM dapat disetujui untuk didanai pada tahun ini. Sosialisasi dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 5 September 2014 di Gedung C (Poerbatjaraka), Ruang Sidang Pimpinan pukul 13.30-15.00. PKM ini menjadi ajang mahasiswa UGM terlebih dari seluruh Indonesia untuk unjuk gigi dalam bidang akademik, pengabdian masyarakat, dan kewirausahaan dengan tetap pada porsi sebagai mahasiswa yang digadang-gadang menjadi generas penerus bangsa ini. Bangsa besar adalah bangsa yang memiliki generasi muda yang produktif dan berbudaya.
FIB BISA, UGM JUARA.

Oleh: Cahyaningrum Dewojati
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Indonesia

Karya sastra modern Indonesia banyak mempertanyakan kembali konsep-konsep kepahlawanan yang dipahami oleh masyarakat Indonesia di masa lalu. Pahlawan yang dianggap berjasa bagi negara dan bangsa di masa lampau, oleh beberapa pengarang Indonesia justru dikritisi ulang dengan konsep dan interpretasikan kembali dengan makna yang berbeda dalam karya baru mereka. Tokoh-tokoh yang dulu pernah dianggap pahlawan dalam periode tertentu, kadang-kadang diposisikan berseberangan, atau justru dijadikan media untuk menyampaikan ide-ide dan kritik sosial pengarang terhadap pemerintah atau rezim yang sedang berkuasa pada masa karya itu ditulis.

Dramawan Wisran Hadi, misalnya, mempertanyakan kembali kepahlawan kepahlawanan Hang Tuah sebagai pahlawan Melayu dalam Senandung Semenanjung; cerpenis Seno Gumira Ajidarma, menginterpretasikan ulang kepahlawanan militer Indonesia yang dikirim dalam masa konflik dengan Timor-Timur dalam cerpennya Telinga; atau peran tokoh para hakim abdi negara dan dalam drama Sidang Susila karya Ayu Utami. Para tokoh yang dalam kenyataan empiris sering dianggap pahlawan, di dalam karya-karya tersebut justru digugat oleh sebagian pengarang di Indonesia. Karya-karya tersebut dalam makalah ini akan secara rinci dijelaskan melalui kajian/ analisis sosiologi sastra.

Kata kunci: pahlawan, patriotisme, sastra Indonesia, kritik sosial, sosiologi sastra.

Oleh Zulfa Purnamawati
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Puisi merupakan salah satu ekspresi sastra yang dapat menjadi sarana mengobarkan semangat patriotisme. Puisi menjadi alat yang cukup efektif untuk menggerakkan perjuangan bangsa. Dalam sejarah panjang kesusatraan Arab , keberadaan puisi sebagai pengobar semangat rakyat untuk mencintai bangsa dan negaranya sudah sangat melekat di kalangan para penyair Arab. Kekuatan ini kemudian berlanjut hingga pada sastra Arab Modern. Salah seorang penyair yang banyak mengangkat berbagai persoalan, baik dalam negeri maupun berkaitan dengan konflik antar negara adalah Nizar Qabbani. Karya-karyanya banyak memberikan inspirasi terhadap perjuangan rakyat Suriah khususnya dan bangsa-bangsa Arab pada umumnya untuk mendapatkan kebebasan dalam berbagai bidang dalam rangka pengembangan jiwa patriotisme (hubbul watani).

Bahasa yang digunakan dalam puisi adalah bahasa yang padat makna dan menimbulkan interpretasi. Bahasa-bahasa puisi Nizar Qabbani seringkali bersifat provokatif dan banyak menggunakan ironisme seringkali dipahami sebagai sebuah pemberontakan yang bertentangan dengan patriotisme dan nasionalisme. Dalam kertas kerja ini akan dijabarkan berbagai aspek mengenai semangat patriotisme yang diungkapkan Nizar Qabbani dengan melihat tanda-tanda yang ada di dalamnya.

Kata kunci; Nizar Qabbani, jiwa patriotisme, puisi Arab