
Yogyakarta, 19/9/2025 – Suasana hangat dan penuh makna menyelimuti Auditorium Poerbatjaraka FIB UGM, Jumat (19/9) malam. Ratusan hadirin berkumpul untuk mengikuti “Gugur Gunung ke-14: Hari Jadi Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, sekaligus Maguyubagya Purna Tugas Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum.” Acara ini bukan sekadar perayaan ulang tahun, tetapi juga wujud penghormatan, silaturahmi, sekaligus ruang perjumpaan budaya lintas generasi dan negara.
Dengan mengusung tema “Tataning Ucap Sirnaning Dhêsti” yang bermakna “Menata Ucapan untuk Menghindari Kesialan”, acara dimulai dengan khidmat melalui lantunan doa dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hymne Gadjah Mada, dan Mars Sastra. Satu per satu tokoh penting memberikan sambutan, mulai dari Ketua Prodi-Dr. Daru Winarti, M.Hum., perwakilan Osaka University-Dr. Yumi Sugahara, Dekan FIB UGM-Prof. Dr. Setiadi, hingga Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran-Prof. Dr. Wening Udasmoro. Kehadiran para pengageng Kadipaten Pakualaman, pejabat kebudayaan DIY dan Kota Yogyakarta, hingga mahasiswa asing dari Osaka University memberi warna tersendiri pada malam itu.
Momen haru sekaligus penuh simbol tercipta dalam prosesi Ambal Warsa, ketika Ketua Prodi bersama Ketua HMJ Kamastawa menerima tumpeng sebagai tanda keberlanjutan Prodi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa. Sorak tepuk tangan meriah mengiringi prosesi tersebut, menegaskan semangat kebersamaan yang menjadi jiwa dari “Gugur Gunung.”
Suasana semakin hidup ketika panggung diisi oleh Tari Sekar Pudyastuti, sebuah tarian penyambutan yang anggun sekaligus sarat makna keselamatan. Penampilan mahasiswa Osaka University menambah nuansa internasional, sebelum akhirnya hadirin diajak menyaksikan Tari Andhira, karya Sanggar Sigrak Delimo. Tarian ini mengangkat kisah heroik Nyi Ageng Sérang, pahlawan wanita Jawa yang cerdik dan pemberani dalam melawan penjajah Belanda.
Puncak acara hadir dengan penuh penghormatan: purna tugas Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum. Sosok yang akrab disapa “Doktor Sakti” ini dikenal luas sebagai akademisi, peneliti, dan penggiat budaya Jawa. Selama perjalanan kariernya, beliau menorehkan banyak karya, mulai dari penelitian, buku, hingga pengabdian masyarakat, dan menerima penghargaan prestisius seperti Satyalancana Karyasatya. Sebagai persembahan terakhir, beliau menghadirkan pertunjukan seni bertajuk “Adisari: Cahaya Kasih di Balik Penaklukan”, sebuah alih wahana manuskrip kuno yang dikemas dalam bentuk seni pertunjukan.
Gugur Gunung ke-14 bukan hanya menandai perjalanan panjang Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, tetapi juga menjadi ruang refleksi akan pentingnya menjaga, merawat, dan merayakan kebudayaan. Dari generasi muda, dosen, hingga kolaborasi internasional, semuanya berpadu dalam satu panggung—sebuah bukti bahwa bahasa dan budaya Jawa terus hidup, lestari, dan menginspirasi.
[Hums FIB UGM, Candra Solihin]