SDG 4: Quality education | SDGs 4: Education in developing | SDGs 4: Education | SDGs 4: Access to education | SDG 8: Decent work and economic growth | SDGs 8: Creativity and innovation | SDG 9: Industry, innovation and infrastructure | SDGs 9: Affordable access | SDG 16: Peace, justice and strong institutions | SDGs 16: Accountable institutions | SDGs 16: Education | SDG 17: Partnerships for the goals | SDGs 17: Capacity building | SDGs 17: Fostering innovation
Sekedar tambahan info tentang posisi departemen Antropologi FIB UGM, di tengah kumpulan departemen antropologi di dunia, kini berada di level 51-100 (top 100). Pertanyaannya adalah: kira-kira apakah departemen Antropologi UGM setingkat dengan departemen antropologi di universitas mana saja? ternyata jawabannya sangat mengejutkan. Departemen Antropologi UGM sudah selevel dengan departemen Antropologi di Universitas-universitas berikut: Monash University (Australia), John Hopkins University, Northwestern Univ (Amrik), Radboud Univ di Nijmegen (Belanda), City Univ of New York (CUNY) tempat Eric wolf; tokoh Antropologi yang ternama, Univ California San Diego, Univ North Carolina (tempat James Peacock, yang meneliti Muhammadiyah di Yogya), Univ Oslo, Univ Bergen (tempat Fredrik Barth antrop Norway yang terkenal), Univ Illinois (tempat Edward Bruner, yang meneliti orang Batak, dan masih banyak lagi departemen antropologi di universitas terkenal yang lain. Selamat untuk teman-teman Antropologi!
Dekan FIB UGM, Prof. Dr. Setiadi mengatakan pencapaian antropologi UGM ini tentu sangat membanggakan mengingat sangat jarang prodi di Indonesia yang bisa masuk 100 besar dunia. “Bagi FIB, pencapaian ini menjadi pemicu sekaligus pembelajaran agar prodi lain bisa masuk kategori yang sama,” kata Setiadi kepada wartawan, Sabtu (13/4). Ia mengakui keberhasilan Prodi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM masuk dalam peringkat 51 QS World University Rankings (WUR) by Subject untuk tahun 2024 ini tidak lepas dari keunggulan dari penilaian dari sisi akademik, publikasi, jumlah sitasi, impact hingga kualitas lulusan yang dihasilkan. Menurutnya, dukungan yang diberikan FIB UGM dalam ketersediaan dana riset, membuka peluang kerja sama, serta memfasilitasi pengembangan SDM untuk studi lanjut sangat mendukung prodi ini semakin maju dan bertaraf internasional. “Apalagi kita di FIB sudah memiliki kebijakan untuk menetapkan dosen wajib lulus S3 dan rekrutmen dosen baru juga wajib sudah harus bergelar doktor,” tegasnya.