SGDs 4: Quality Education|SDGs 11: Sustainable Cities and Communities|SGDs 17: Partnerships For The Goals
Pada hari Senin, 26 Februari 2024 pukul 16.00–17.30 WIB, Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Jepang (BKJ) UGM mengadakan diskusi ringan secara luring dengan topik ‘Kondisi Jepang Terkini’ bersama Aoyama Tooru, Ph. D. yang merupakan Emeritus Professor dari Tokyo University of Foreign Studies. Diskusi ini dihadiri oleh dosen dan mahasiswa BKJ UGM dari seluruh angkatan aktif.
Agenda diskusi dibuka dengan penjelasan kondisi Jepang saat ini oleh Aoyama-sensei. Bertepatan pada lembaran baru tahun 2024 yakni tanggal 1 Januari 2024, di Jepang tepatnya daerah Noto di Prefektur Ishikawa menghadapi bencana gempa berkekuatan 7.6 skala Richter pada pukul 14.10 waktu setempat. Gempa tersebut tidak hanya merusak banyak fasilitas publik dan rumah warga, melainkan juga berdampak pada akses jalan menuju titik terdampak gempa. Kerusakan yang parah menghambat akses bantuan bencana oleh pemerintah Jepang. Padahal, daerah terdampak merupakan kawasan perdesaan yang dipadati orang-orang berusia lanjut, sehingga kebanyakan korban kesulitan bergerak cepat dalam keadaan genting. Peristiwa gempa serta kerusakannya ini berpotensi menjadikan kawasan tersebut menghilang dari peta Jepang. Hal ini disebabkan karena kaum muda di Jepang memilih untuk hidup di kota dengan fasilitas-fasilitas yang lebih memadai. Berdasarkan penjelasan oleh Aoyama-sensei tersebut, sesi dilanjutkan dengan tanya jawab yang berjalan dinamis dan interaktif. Setelahnya, sesi diskusi diwarnai dengan berbagai pertanyaan seputar isu atau masalah sosial masyarakat Jepang saat ini. Salah satunya seperti kaitan dari masalah shoushikoureika (少子高齢化), yang dikenal sebagai masalah tentang rendahnya angka kelahiran dan tingginya populasi orang lanjut usia, dengan kondisi Jepang di masa depan.
Diskusi bersama Aoyama-Sensei memberikan mahasiswa Bahasa dan Kebudayaan Jepang UGM pengalaman berharga yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka. Dengan mempelajari kasus sosial di Jepang, mahasiswa tidak hanya memperluas wawasan saja tetapi juga mengasah kreativitas dalam merumuskan solusi terhadap masalah yang ada atau bahkan serupa di Indonesia. Kegiatan ini menjadi jendela inspirasi bagi mahasiswa untuk belajar serta memperkaya perspektif tentang kondisi Jepang saat ini.