
Yogyakarta, 15/9/2025 – Departemen Bahasa dan Sastra Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM menggelar acara bertajuk “Ceramah Pakar Bidang Filologi: Alih Wahana Manuskrip Kuna ke Seni Pertunjukan”. Kegiatan ini berlangsung di Ruang 709 Gedung R. Soegondo FIB UGM pada Senin pagi, pukul 09.00–12.00 WIB, serta disiarkan secara langsung melalui YouTube Kanal Pengetahuan FIB UGM.
Acara ini dihadiri oleh mahasiswa FIB UGM serta sejumlah mahasiswa internasional dari Osaka University, Jepang. Tidak hanya itu, peserta juga mengikuti kegiatan secara daring melalui Zoom, sehingga membuka ruang diskusi yang lebih luas dan lintas batas. Kehadiran mahasiswa internasional menunjukkan bahwa kajian manuskrip kuna dan alih wahana seni memiliki daya tarik global sekaligus menjadi kesempatan strategis untuk mempromosikan budaya Nusantara ke kancah internasional.
Pembicara pertama adalah Dr. R. Bima Slamet Raharja, M.A., dosen Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, dengan moderator Dr. Rudy Wiratama, M.A. Dalam pemaparannya, Dr. Bima menjelaskan konsep alih wahana dari perspektif teori. Menurutnya, alih wahana mencakup penerjemahan, penyaduran, hingga pemindahan suatu bentuk kesenian ke medium kesenian lain. “Wahana itu ibarat kendaraan, yakni medium untuk mengungkapkan gagasan, ide, dan perasaan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Dr. Bima menekankan bahwa alih wahana erat kaitannya dengan hubungan antarmedia. Pemahaman terhadap media yang dipakai untuk menyampaikan gagasan memiliki implikasi penting dalam kajian seni dan media. Hal ini mencakup ekspresi, sinema, ilustrasi, puisi visual, remediasi, adaptasi, hingga praktik multimedia.
Usai pemaparan teori, acara berlanjut dengan presentasi dari Anon Suneko, S.Sn., M.Sn. dan Paksi Raras Alit, S.S., M.A. Keduanya melengkapi pembahasan dengan menyoroti aspek praktik dalam mengalihkan manuskrip kuna ke ranah seni pertunjukan, sehingga membuka wawasan baru bagi peserta terkait keterhubungan antara teks klasik dan bentuk seni kontemporer.
Selain memperkaya khazanah akademik, kegiatan ini juga sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam bidang pelestarian budaya, pendidikan berkualitas, dan kerja sama internasional. Kehadiran peserta lintas negara menegaskan bahwa pelestarian manuskrip kuna melalui seni pertunjukan dapat menjadi media diplomasi budaya, sekaligus menguatkan peran Indonesia dalam mempromosikan warisan budaya ke dunia.
[Humas FIB UGM, Candra Solihin]