
Yogyakarta, 22/5/25 ―“Bagaimana cara kita mengetahui relasi sosial kehidupan masa lampau melalui objek material yang tersisa?”. Pertanyaan tersebut terlontar dari salah satu mahasiswa dalam diskusi kuliah Neo Materialisme yang diampu oleh Prof. Dr. Pujo Semedi. Kesadaran akan materialitas sebagai bagian penting dalam membentuk kehidupan manusia tidak hanya sekedar teori tetapi perlu dipahami secara praksis menjadi pendorong dilakukannya kuliah lapangan ke Situs Liyangan, Temanggung pada Sabtu (19/04). Kuliah lapangan ini diikuti kurang lebih 10 mahasiswa menjadi kesempatan untuk memperdalam diskursus hubungan materialitas benda dan relasi sosial. Melalui pembacaan konteks historis dari benda atau artefak yang ditemukan di Situs Liyangan, Prof. Dr. Pujo Semedi mengajak mahasiswa untuk membaca artefak bukan hanya sebagai benda semata, tetapi juga sebagai hasil dari relasi-relasi sosial masa lampau.
Temuan pada Situs Liyangan berupa candi, talud, yoni, lingga, dan arca sejauh ini diduga sebagai kawasan permukiman dan tanah perdikan pada masa Mataram Kuno. Melihat lanskap sekitar Liyangan, posisinya berada diantara Gunung Sindoro dan Laut Utara Jawa yang menghubungkan kawasan subur pegunungan dengan sungai/laut sebagai akses dagang, memunculkan dugaan kawasan ini sebagai pusat pemukiman dan peribadatan sebelum Borobudur. Sembari diajak berkeliling dan mendengarkan penjelasan dari penjaga situs, Prof. Dr. Pujo Semedi turut memantik diskusi lebih jauh dengan melihat bangunan, batuan dan temuan lain seperti keramik, guci, dan gelas kaca sebagai bukti adanya relasi atau interaksi orang Jawa masa dengan pedagang Cina dan Persia. Meskipun ini masih berupa dugaan dan memerlukan penelusuran arkeologi lebih jauh, melalui kuliah lapangan ini diharapkan mahasiswa mampu terpantik untuk tidak cepat mengambil kesimpulan dalam menelaah relasi sosial manusia melalui aspek materialitasnya.
[S2 Antropologi, Okky Chandra Baskoro]