Pada hari Rabu, 11 September 2024, Prodi Magister Kajian Budaya Timur Tengah berkolaborasi dengan Prodi Sarjana Sastra Arab Universitas Gadjah Mada mengadakan kegiatan Seminar Nasional tema Palestina: Dari Nakbah hingga Tufan Al-Aqsa di Fakultas Ilmu Budaya UGM. Acara ini mengundang para pakar sastra dan kebudayaan Arab, yaitu Prof. Dr. Sangidu, M.Hum. dan Prof. Dr. Fadlil Munawwar Manshur, M.S., dari Universitas Gadjah Mada serta Dr. Uki Sukiman, M.Ag. dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ketiga narasumber membahas sejarah konflik Palestina-Israel dari tahun 1948 dan perjuangan masyarakat Palestina untuk mendapatkan kedaulatan negara.
Pada sesi pertama, Prof. Dr Sangidu, M.Hum. mengangkat isu hangat seputar rakyat Palestina yang pada hari Rabu, 15 Mei 2024 kemarin, memperingati 76 tahun hari Nakba (hari malapetaka atau hari bencana) yang sebagaimana diketahui bahwa 15 Mei 1948 merupakan hari meletusnya perang Arab-Israel pertama. Perang Arab-Israel pertama pada tahun 1948 tersebut berlangsung lama hingga kurang lebih 10 bulan hingga kemudian berakhir pada Maret 1949, dengan kekalahan Arab. Perang Gaza atau Operasi Tufan Al-Aqsa yang meletus sejak 7 Oktober 2023, sangat layak disebut Nakba kedua karena operasi ini adalah serangan terbesar perlawanan Palestina terhadap Israel yang diluncurkan oleh faksi perlawanan di Gaza, Hamas, terhadap pihak Israel di Palestina. Operasi ini mengungkapkan sejumlah besar kebobrokan dan kebusukan pemerintahan zionis berikut para sekutu Baratnya, serta rusaknya sistem keadilan dan standar etika dan moral global.
Selanjutnya pemaparan seminar sesi kedua dilanjutkan oleh Prof. Dr. Fadlil Munawwar Manshur, M.S. yang berfokus pada pembahasan terkait perjuangan sastrawan Arab Palestina dalam karya sastra, baik puisi maupun novel. Prof Fadlil mengatakan bahwa Tragedi Nakba telah melahirkan karya sastra dalam bentuk puisi dan cerpen Arab yang berisi perlawanan rakyat Palestina terhadap Israel. Puisi-puisi dan cerpen-cerpen perlawanan itu menggunakan gaya bahasa iltizam, yaitu gaya bahasa yang berisi perlawanan rakyat Palestina terhadap penjajah Israel. Keunggulan gaya bahasa iltizam ini terletak pada kemampuan penyair dan cerpenis dalam menggambarkan konflik budaya antara budaya Arab-Palestina dan budaya Yahudi-Israel.
Salah satu sastrawan Arab Palestina yang terus melahirkan karya sastra perlawanan adalah Mahmoed Darwisy. Memasuki pembahasan ketiga, Dr. Uki Sukiman mengungkapkan peran Amerika Serikat dan Israel dalam prosa Mahmoed Darwisy. Ia memaparkan bahwa bangsa Palestina harus dibebaskan dari komoditas politik Amerika Serikat. Selama ini, Amerika Serikat telah menggunakan isu Palestina sebagai “jalur” untuk mempertahankan kepentingan-kepentingannya di wilayah tersebut. Menurut Dr Uki, diperlukan tekanan yang lebih kuat dari masyarakat internasional kepada Israel atas dasar penghormatan terhadap prinsip-prinsip universal hubungan antar negara yang bersifat anti penindasan, anti penjajahan dan menentang segala bentuk kolonialisme. Tekanan ini diharapkan dapat mengecam dan mendesak pihak Israel untuk mundur dari tanah Palestina.