Indonesia populer dengan budaya rempah yang mendunia. Salah satu wujud kekayaan alam nusantara tersebut telah dilirik oleh bangsa asing sejak masa silam, karena motif sebagai bumbu penguat rasa makanan. Rempah merupakan bentuk ragam tumbuhan yang memiliki multifungsi dalam kehidupan masyarakat, dengan pemakaian yang terbatas. Selain fungsi sebagai penguat rasa, rempah juga digunakan dalam dunia pengobatan. Eksistensi rempah di Indonesia masih bertahan dalam segi fungsi hingga saat ini. Tiap daerah mempunyai kekhasan tersendiri dalam memanfaatkan rempah pada kehidupan sehari-hari, baik dengan cara tradisional maupun modern.
Dunia sudah mulai berubah, zaman berganti dengan menunjukan entitas budaya baru. Meskipun demikian, memori pengetahuan mengenai rempah Nusantara masih terdokumentasi dalam beberapa karya sastra. Dalam tradisi kesusastraan Jawa di Yogyakarta, ditemukan beberapa naskah kuno yang membahas mengenai pengolahan rempah, salah satunya adalah Serat Primbon Jampi Jawi. Serat Primbon Jampi Jawi merupakan salah satu naskah koleksi perpustakaan Museum Dewantara Kirti Griya Taman Siswa Yogyakarta, dengan isi keseluruahan naskah yang membahas tentang pengobatan tradisional. Menariknya, bahan-bahan yang digunakan dalam pengobatan tersebut, mayoritas adalah rempah-rempah.
Kehidupan manusia Jawa masa silam tidak bisa dilepaskan dengan rempah. Dalam Serat Primbon Jampi Jawi didapati beberapa informasi tentang rempah sebagai bahan jamu tradisional, yang digunakan untuk menyembuhkan keluhan-keluhan sakit yang dialami oleh masyarakat. Bahkan cara penggunaan beberapa jenis rempah juga dijelaskan pada Serat Primbon Jampi Jawi ini di bab XXVI-XLII. Metode pengobatan tradisional dalam naskah ini tergolong cukup menarik jika dibandingkan dengan pengobatan modern. Salah satu isi naskah yang jarang tereksplor adalah pengetahuan mengenai menstruasi dengan sudut pandang tradisional Jawa.
Pada bab XXII, membahas pengobatan tentang menstruasi pada diri perempuan dewasa. Di bab ini, dijelaskan resep tradisional untuk mengatasi permasalahan menstruasi serta memperlancar dalam siklus menstruasi tersebut. Seperti halnya resep jamu ketika pra menstruasi, hingga pasca menstruasi.
- Jika perempuan akan menstruasi, dianjurkan menghaluskan akar rumput walulangan, akar daun sirih, akar alas, pulasari, apabila sudah menjadi bubuk halus, kemudian dibalurkan pada kemaluan. Dalam Serat Primbon Jampi Jawi dijelaskan sebagai berikut : /Badhe sukêr : 1. Oyod rumput walulangan, 2. Oyod sêdhah, 3. Oyod alas, 4. Pulasari, kapipis lêmbat kaparêmakên ing baga/.
- Ketika tidak menstruasi, dianjurkan mengonsumsi olahan dari orang-aring, pulasari, bawang merah,dan menyan madu, dihaluskan samlai lembut, lalu diminum. Hal tersebut selaras dengan isi Serat Primbon Jampi Jawi, yang berbunyi : /Botên sukêr : 1. Ron orang aring, 2. Adas, 3. Pulasari, 4. Brambang, 5. Mênyan mabên, kapipis lêmbat kaombe/.
- Jika perempuan tidak menstruasi dengan merasakan panas, maka garurames, jadam, jahe, daun keji bisa menjadi obat. Bumbu dapur tersebut direbus, lalu diminum. Dalam naskah dijelaskan : /Botên sukêr ingkang kraos bênter : 1. Garuramês, 2. Jadham, 3. Jae, kagodhog kaangge omben-omben utawi => Ron kêji kagodhog kaliyan bêling, kaangge omben-omben/.
- Setelah menstruasi, hendaknya mengonsumsi minuman dari empu kunyit, mesoyi, jintan putih, jintan hitam, trawas, sidawayah, kencur, mungsi, manis jangan, cengkeh, pala, secang, kelabu, bawang merah. Rempah-rempah tersebut dibakar, dihaluskan, dan diminum. Hal tersebut sesuai dengan isi dalam Serat Primbon Jampi Jawi, sebagai berikut : /Bakda sukêr : 1. Êmpu kunir kabakar, 2. Mêsoyi, 3. Jintên pêthak, 4. Jintên cêmêng, 5. Trawas, 6. Sidawayah, 7. Kêncur, 8. Mungsi, 9. Manis jangan, 10. Cêngkeh, 11. Pala, 12. Sêcang, 13. Klabêt, 14. Brambang kabakar, kapipis kaombe/.
Resep jamu tradisional mengenai kelancaran menstruasi di atas disebutkan secara gamblang dalam naskah. Serat Primbon Jampi Jawi merupakan perwujudan karya sastra dengan berisikan ensiklopedia rempah sebagai bahan pengobatan tradisional di daerah Yogyakarta. Meskipun karya sastra lebih menonjolkan aspek estetika, dengan tingkat keautentikan dan ketepatan yang kurang, tetapi informasi yang termuat dalam karya sastra merupakan cerminan budaya pada masa tersebut. Kategori Serat Primbon Jampi Jawi adalah sebuah karya sastra, tetapi informasi mengenai fungsi rempah sebagai obat tradisional dimungkinkan benar-benar ada pada zaman silam. Pemanfaatan rempah dalam kelancaran fase menstruasi perempuan adalah salah satu bukti keberagaman fungsi rempah di Yogyakarta pada masa lampau.
Yogyakarta merupakan kota budaya. Pusaran perkembangan rempah dalam kota ini terkesan cukup kompleks, hal ini dibuktikan dengan adanya naskah-naskah kuno yang membahas tentang kegunaan rempah, baik secara pengobatan atau makanan. Beberapa contoh naskah tersebut adalah Serat Primbon Jampi Jawi. Serat Kawruh Bab Jampi-jampi Jawi, Serat Centhini, dsb. Melihat melimpahnya peninggalan karya sastra tentang jamu yang ada, membuktikan bahwa kehidupan masyarakat Jogja tidak lepas dari rempah dan pemanfaatannya.
Daftar Pustaka
Utami, R, R, P. 2010. Serat Primbon Jampi Jawi Koleksi Perpustakaan Museum Dewantara Kirti Griya (Suntingan Teks dan Terjemahan). Skripsi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Sumber Gambar : https://www.halodoc.com/kesehatan/menstruasi
Penulis : Muhammad Siswoyo
Editor : Haryo Untoro