SGDs 4: Quality Education | SDGs 5: Gender Equality
Hari Perempuan Internasional atau International Woman’s Day (IWD) diperingati setiap tanggal 8 Maret. Pada tahun 2024, IWD mengusung tema #InspireInclusion, yang berfokus untuk mendukung terciptanya lingkungan yang inklusif.
Renada Latifah Firdaus, seorang alumni program studi Sastra Inggris yang tergabung dalam HopeHelps Network. Perkumpulan ini berfokus pada penanganan dan pencegahan kasus kekerasan seksual di lingkungan kampus. HopeHelps Network memiliki cabang yang biasa disebut dengan local chapter yang tersebar di 17 kampus di Indonesia, salah satunya adalah Universitas Gadjah Mada. Pada kesempatan kali ini, ia ingin berbagi ide dan gagasan tentang terciptanya lingkungan yang inklusif di lingkungan kampus.
Ia mengatakan bahwa pada IWD 2024 ini tentu terdapat banyak hal yang patut dirayakan setelah perjuangan panjang yang dilakukan utnuk mencapai kesetaraan antara laki-laki dan perempuan ataupun identitas gender minoritas lainnya. Meskipun begitu, terdapat banyak hal yang masih menjadi ‘PR’ kita saat ini, di mana perempuan dan identitas gender minoritas lainnya masih sering mengalami diskriminasi, objektifikasi, dan ketidakadilan. Bahkan sampai hari ini, perasaan tidak aman kerap muncul dimanapun, bahkan di tempat umum, karena kekhawatiran atas kekerasan seksual yang rentan untuk mereka dapatkan setiap harinya.
Perempuan yang kerap disapa Rere itu juga mengatakan bahwa kita hanya bisa merayakan hari perempuan internasional jika semua perempuan dilibatkan, terlepas dari identitas, latar belakang, profesi, kepercayaan, dan pilihan serta keputusan hidup yang ia ambil. Semua perempuan berhak untuk merasa aman, mendapat upah yang setara, dan tidak mengalami penindasan, bahkan kekerasan berbasis gender.
Rere memutuskan untuk bergabung dengan HopeHelps Network di tahun 2022 dengan tujuan untuk berkontribusi dalam mendukung untuk melakukan sebuah aksi positif terhadap korban kekerasan seksual di lingkungan kampus. Sebagai Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM), ia berperan aktif untuk menyediakan pelatihan bagi seluruh anggota HopeHelps di seluruh Indonesia. Melalui hal tersebut, ia percaya bahwa usahanya tidak akan pernah sia-sia. Ia juga mengatakan bahwa selama bergabung dengan HopeHelps Network, ia tidak pernah menemukan situasi di mana komunitas ini memperlakukan orang secara berbeda. Hal ini karena HopeHelps Network selalu berusaha untuk menciptakan lingkungan yang inklusif untuk semua orang. HopeHelps Network tercipta untuk mendukung, mendengarkan, dan menyediakan advokasi untuk siapa pun yang membutuhkan. Komunitas ini juga sangat mengedepankan pendampingan bagi korban kekerasan seksual (yang kebanyakan adalah perempuan) di lingkungan kampus agar mereka dengan mudah memperoleh akses keadilan.
Akhir kata, Rere berpendapat bahwa pesan penting dari IWD 2024 sangat mendorong kita untuk meyakinkan bahwa tidak terdapat satupun yang tertinggal dalam mencapai lingkungan yang inklusif, karena inklusifitas adalah hal terpenting untuk hidup di tengah keberagaman. “We need to empower each other, stick together, and be there for each other during the hardships. No one is left behind, we are in this together.”
Keterlibatan Rere dalam organisasi ini menjadi bukti nyata bahwa siapa pun dapat berperan aktif untuk menciptakan lingkungan yang inklusif. Dimulai dari dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, bahkan alumni, semua bisa melakukan aksi nyata untuk terciptanya inklusifitas. Hal ini diharapakan dapat menjadi motivasi supaya ada lebih banyak orang lagi yang sadar dan mau berkontribusi terhadap isu ini. Kampus yang berisikan mahasiswa dari berbagai daerah di seluruh Indonesia ini harus menjadi rumah yang aman dan nyaman untuk mereka, di mana mereka bisa tumbuh, berkembang, dan berekspresi, tanpa harus merasa takut akan adanya diskriminasi.