SDGs 4: Quality Education
Jhony Fonsen, mahasiswa S1 Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, adalah salah satu insan berprestasi dan bertalenta dibalik berdirinya Badan Semi Otonom (BSO) Sastra Oebah yang saat ini sudah sangat dikenal.
Berangkat dari keresahannya yang selanjutnya menjadi pertanyaan besar dalam diri “FIB kok tidak punya BSO tari ya?”. Ia heran, bagaimana mungkin fakultas dengan label “budaya” tidak memiliki BSO tari, khususnya tari kreasi, tradisional, hingga modern? Dari keresahan itu lah muncul sebuah ide untuk mendirikan BSO Sastra Oebah. Pada awalnya, keraguan menyelimuti perjalanannya, mengingat hal ini bukan lah persoalan yang mudah. Namun, dengan bantuan Dr. Wulan Tri Astuti, S.S., M.A., yang kerap disapa dengan Madame Wulan, mereka kemudian menyepakati ide menarik tersebut. Selanjutnya, gagasan ini ditindaklanjuti oleh pihak fakultas, mulai dari penurunan SK, hingga terbentuk sebuah nama “Sastra Oebah”.
Tahun 2023 menjadi awal terbentuknya BSO ini, yang cukup menjadi identitas serta wajah baru bagi Fakultas Ilmu Budaya, UGM. Penamaan BSO ini diambil dari latar belakang fakultas yang dulunya bernama Fakultas Sastra dan Oebah yang dalam bahasa Indonesia berarti bergerak. Dari dua kata tersebut kemudian ia mengelaborasikan menjadi sebuah simbol hidup bahwa BSO Sastra Oebah merupakan BSO yang bergerak pada bidang seni tari, khususnya seni tari kreasi, tradisional, hingga modern.
Sastra Oebah sendiri bersifat terbuka. Artinya, meskipun BSO ini berada di dalam Fakultas Ilmu Budaya UGM, namun keanggotaannya tidak terbatas pada mahasiswa di dalam fakultas saja. BSO Sastra Oebah membuka peluang sebesar-besarnya untuk mahasiswa di luar Fakultas Ilmu Budaya yang memiliki ketertarikan terhadap seni tari.
Dalam masa pembentukan BSO ini, Jhony tentu melibatkan beberapa orang di sekitarnya. Salah satunya adalah Mbak Ninda, salah satu mahasiswa Program Studi Arkeologi yang sangat menjiwai seni. Kemudian, setelah berhasil terbentuk dan mengumpulkan banyak masa, ia memutuskan untuk menyusun kepengurusan dalam organisasi ini. Bersama dengan teman-temannya yang tidak kalah bertalenta, Jhony dan 9 teman lainnya sepakat untuk menjadi garda terdepan Sastra Oebah. Mereka adalah Jhony Fonsen, Putri Dea Amara, An’cahya Titin Nafisa, Dewi Masyifa Antaningrum, Novalia Hidayatus Sholihah, Puspita Sari Dwi Apriyanti, Anggit Galuh Ajar Amanah, Galuh Dhinar Divanka, Bening Embun Pagi, Ervita Ninda Iswantari.
Menariknya, meski tergolong BSO baru, organisasi ini sudah dilirik oleh masyarakat luas dan berhasil menorehkan beberapa prestasi dalam kompetisi tari selama satu tahun terakhir ini. Di antaranya adalah:
- Kompetisi pariwisata Indonesia di Bandung (Juara 2)
- Karnaval Kulon Progo
- Penampil di kegiatan International Students Gathering
- Esqa Collaboration
- Hari jadi museum UGM
- Porsenigama tahun 2023 (Juara 1 Tari Tradisional)
- Porsenigama tahun 2023 (Juara 2 Tari Modern)
- Penampil tetap di Wisuda Fakultas Ilmu Budaya
- Penampil di Olimpiade Pariwisata Bisnis Perjalanan Wisata
- Penampil di Festival Kades
- Penampil di Olimpiade Zoologi Nasional FKH
- Penampil di Chemistry Futsal League
- Bekerjasama dalam program integrasi seni serumpun Malaysia – Indonesia
- Penampil di Hari Keluarga Dies Natalis tahun 2023
- Penampil di PPSMB Pionir tahun 2023
- Penampil di PPSMB Kampung Budaya tahun 2023
- Penampil di Gelex 2023
- Penampil di Hari Keluarga Dies Natalis tahun 2024
Unsur kebudayaan yang melekat kuat dalam jati diri fakultas tentu tidak bisa dipisahkan dari seni tari. Harapannya, BSO Sastra Oebah dapat menjadi salah satu warna baru yang dapat menguatkan identitas Fakultas Ilmu Budaya.