Tainan City, tempat diselenggarakannya Nan Ying International Folklore Festival (NYIFF) 2016. Sebuah event internasional, folklore dance, dan pagelaran parade budaya yang diikuti oleh 29 kontingen dari 15 Negara di seluruh dunia. Festival ini berlangsung dari tanggal 08-16 Oktober 2016 di pusat kota yang penuh sejarah, kota Tainan.
Rampoe UGM berhasil membawa nama baik Indonesia dan sukses melaksanakan Diplomasi Budaya Jilid III setelah sebelumnya mengikuti festival di Belgia, Malaysia, dan Perancis di tahun yang berbeda. Pada tahun 2016 ini, Rampoe telah mengikuti Festival di Malaysia, Festival Colour of the World pada bulan Februari, lalu mengikuti Festival di Taiwan, Nan Ying International Folklore Festival pada bulan Oktober, dan pada bulan November ini Rampoe UGM sedang mengikuti perlombaan di International Festival – Contest Childrens and Youth Creativity – The Autumn Fairy Tale” di Praha, Teplice dan Berlin.
NYIFF merupakan festival dua tahunan yang diselenggarakan sejak tahun 1996 sekaligus pelopor dalam penyelenggaraan gala budaya dan seni internasional di Taiwan. Festival yang telah berlangsung ini sangat tepat diadakan di kota Tainan, karena kota ini menjadi pusat kota budaya kuno paling penting di Taiwan. Perkembangan sejarah di Taiwan tidak luput dari bangunan-bangunan tua yang berada di kota Tainan. Sehingga sangat tepat jika event international ini berlangsung disana.
Selain aksi performance dari berbagai negara yang menjadi pusat dalam festival yang genap berusia 20 tahun pada tahun 2016 ini, parade budaya juga mampu menyita perhatian ratusan warga Taiwan. Dimana setiap Negara menampilkan baju khas mereka dengan beragam tarian dan atraksi di sepanjang pusat kota Tainan. Begitupun juga dengan Rampoe UGM, dalam parade ini para penari Rampoe menggunakan beberapa baju daerah yang mewakili ke-lima pulau besar di Indonesia. Dan sorak sorai warga Taiwan menambah kemeriahan parade budaya yang dipadati ribuan orang pada saat itu. “Belajar budaya dan memperkenalkannya kepada yang lain adalah suatu kenikmatan tersendiri bagi kami sebagai generasi muda”, imbuh Lathif selaku pengurus Rampoe UGM.(Lathif)
2016
Rabu 26 Oktober Pukul 13.00 di Ruang Sidang Pimpinan
Tema:
Keyakinan dan Kekuatan Seni Bela Diri Silat Banten
Oleh:
Dr. Gabriel Facal
Gabriel Facal adalah peneliti antropologi sosial, di Institut de recherches Asiatiques (Irasia, Marseille) dan Centre de recherches sur l’Asie du Sud-Est (CASE, Paris). Dia melaksanakan kerja lapangan di Asia Tenggara sejak sepuluh tahun. Dia pernah bekerja terutama di Indonesia, khusunya di Banten, untuk melakukan riset doktoral tentang « orang kuat » jawara. Melalui posisi mereka di kalangan inisiasi ritual bela diri silat, jawara adalah kepala otoritas serta pemimpin politik di daerah Banten.
Di karya pasca doktoralnya, Gabriel Facal telah melakukan studi banding di berbagai daerah dunia Melayu, terutama di Malaysia dan Brunei Darussalam. Dia membuat risetnya melalui penguasaannya terhadap bahasa Melayu dan posisinya dalam jaringan silat. Ditambah dengan pengalamannya sebagai pesilat membuat dia lebih mudah untuk memahami teknik2 bela diri dan konsep yang disampaikan secara inisiasi.
Rabu, 28 September 2016
Ruang Sidang Pimpinan ; Pukul 13.00
Terbuka Untuk Umum
Developing Cultural Industries: Learning from the Palimpsest of Practice
Christiaan De Beukelaer, University of Melbourne
Abstract:
The discourse of the creative economy is now increasingly global. Virtually every country around the world uses the concept (or one of its variants) in politics, policy, advocacy and practice. The aim of this talk is to discuss the uptake of this discourse in the context of Burkina Faso and Ghana, as two exemplars of ‘developing’ countries. In these countries, the use of the ‘creative economy discourse’ is rather recent and remains largely at odds with the lived realities of many stakeholders in the cultural sector. Through an empirically illustrated engagement with this debate, Christiaan De Beukelaer shows how the use of ‘cultural and creative industries’ in public policy reconfigures the boundaries of cultural policy.
Christiaan De Beukelaer is a Lecturer in Cultural Policy at the University of Melbourne. He obtained a PhD from the University of Leeds and holds degrees in development studies (MSc, Leuven), cultural studies (MA, Leuven), and musicology (BA, Amsterdam). He is winner of the 2012 Cultural Policy Research Award, which resulted in the book Developing Cultural Industries: Learning From the Palimpsest of Practice (European Cultural Foundation, 2015). He also co-edited the book Globalization, Culture, and development: The UNESCO Convention on Cultural Diversity (Palgrave Macmillan, 2015, with Miikka Pyykkönen and JP Singh). He is currently working on a new book, Global Cultural Economy (with Justin O’Connor, Routledge 2017).
[gview file=”https://fib.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/10/2016/09/Revisi-Kalander-Akademik-Jadwal-Ujian.pdf” title=”revisi-kalander-akademik-jadwal-ujian”]