Program Studi Sastra Jepang FIB UGM kembali membuktikan prestasinya. Kali ini salah satu mahasiswa Prodi Sastra Jepang, Akbar Rizqi Dhea Habibi, atau yang akrab disapa Rizqi berhasil mendapatkan posisi ke-2 pada lomba kaligrafi Jepang atau Shuuji Contest yang diadakan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung pada 6 April 2019. Dirinya juga telah beberapa kali mendapatkan prestasi di bidang ini pada kompetisi-kompetisi lain sebelumnya. Akan tetapi, kompetisi kali ini menurutnya lebih menantang.
“Shuji contest yang saya ikuti kali ini pesertanya lebih beragam dari beberapa universtas di Pulau Jawa, dan peserta lainnya pun saya rasa tulisannya bagus-bagus semua, sempat membuat tangan saya gemetaran saat menulis,” ujar Rizqi.
Meskipun hanya mendapat peringkat ke-2, namun Rizqi berhasil mengalahkan kontingen lain dari beberapa universitas di Jawa Timur dampai Jawa Barat. Posisi pertama berhasil diraih oleh kontigen dari STBA Yapari ABA Bandung dan posisi ketiga oleh kontingen dari UPI.
Lomba ini merupakan salah satu rangkaian acara tahunan Japanzuki Show, yakni event tahunan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Bahasa Jepang (Himabaja) UPI, dibawah supervisi dari Departemen Pendidikan Bahasa Jepang (DPBJ) UPI. Event ini diselenggarakan sebagai ajang bagi para pembelajar bahasa Jepang dan pecinta ke-Jepangan unjuk berkreativitas dan saling bertukar ilmu mengenai budaya maupun bahasa Jepang.
Rizqi Berharap agar adik-adiknya juga mau menekuni bidang ini, “saya harap adik-adik saya di prodi Sastra Jepang UGM juga mau lebih serius belajar dan menekuni shuuji,” tambahnya.
Rilis Berita
Pendaftaran dibuka mulai tanggal 21 Januari 2019 hingga 31 Januari 2019 selama jam kerja kantor (09.30~16.00). Tempat pendaftaran di PRODI Bahasa dan Kebudayaan Korea FIB UGM lt.6 Gedung Soegondo R. S626.
Info pendaftaranMuhammad Iman Rafif (Sastra Inggris 2016) dan Nur Fahmia (Sastra Indonesia 2015) mewakili FIB UGM untuk mengikuti L’Arts ASEAN Seeds Camp Program V. Acara ini diadakan oleh Thammasat University, Thailand, pada tanggal 18–23 Desember 2018. Peserta terdiri atas 48 mahasiswa dari negara Thailand, Indonesia, Kamboja, Malaysia, Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Sri Lanka, dan Inggris. Tema acara ini yaitu “Digital Natives and the New Empowerment”.
Iman dan Mia
Kegiatan ASEAN Seeds Camp Program V dilaksanakan di Kota Ratchaburi dan Parachuap Piri Khan. Kegiatan di Ratchaburi meliputi pelatihan materi mengenai film pendek, penulisan naskah, pelatihan gerak badan, dan hukum hak cipta. Adapun tambahan pelatihan memasak makanan pembuka, makanan pembuka, dan merangkai daun pandan menjadi bunga mawar. Kemudian, di Prachuap Piri Khan terdapat kegiatan mengunjungi hutan mangrove dan UKM tenun.
Kegiatan akhir dari pelatihan ini yaitu peserta bekerja kelompok untuk mengeksekusi VLOG pendek yang akan meningkatkan kesadaran yang signifikan tentang Thailand sebagai tempat pembuangan baru bagi limbah dunia. Kelompok Muhammad Iman Rafif menyabet juara first runner-up dengan menyajikan video berupa ad-campaign Thailand berjudul “The Land-feel of Thailand” yang menampilkan berbagai keindahan Thailand dengan fakta yang mencengangkan. Muhammad Iman Rafif berhasil mendapat gelar best director dalam menyutradari film pendek tersebut dengan bantuan dari tim-nya, Smart Mob, dan gelar best music untuk Chanyoung Bae, mahasiswa Korea Selatan yang menjadi produser musik pada film itu. Lalu, kelompok Nur Fahmia menyandang best original script dengan video bertema science fiction. Film ini menampilkan tokoh manusia di masa depan yang mengunjungi Thailand pada masa kini yang penuh sampah. Kemudian, manusia masa depan tersebut berniat untuk membantu manusia kini agar dapat menyebarkan kesadaran tentang pentingnya menjaga kebersihan Thailand.
Pada Selasa, 16 Oktober lalu, Prodi Magister Linguistik FIB UGM mengadakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat di Kabupaten Kulon Progo. Sasaran kegiatan ini adalah pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Kegiatan yang mengangkat topik toponimi di Kabupaten Kulon Progo ini disambut dengan baik oleh Bupati Kulon Progo, dr. Hasto Wardoyo, SP. OG.(K). beserta stafnya karena dalam perkembangan Kabupaten Kulon Progo di masa-masa mendatang, toponimi memiliki peran yang penting untuk menjaga nilai-nilai luhur masyarakat setempat.
Toponimi adalah kajian onomastik yang menyelidiki nama tempat. Toponimi dianggap isu yang krusial untuk diangkat karena masalah toponimi mengandung nilai historis, filosofis, dan estetis yang mencerminkan kebudayaan masyarakatnya. Permasalahan toponimi juga dianggap penting mengingat akhir-akhir ini banyak terjadi kesalahan dalam hal memaknai nama suatu tempat, nama badan usaha tertentu, dan lain sebagainya. Dampak dari kesalahan ini memang tidak dapat dilihat secara langsung. Namun, jika hal semacam ini dibiarkan begitu saja, dapat mengakibatkan hilangnya nilai-nilai yang terkandung di dalam nama tersebut.
Kabupaten Kulon Progo, sebelumnya, telah memiliki gagasan untuk menggunakan nama-nama yang tidak berunsur asing, misalnya digunakannya nama Tomira daripada Indomaret. Usaha tersebut sudah dilakukan oleh Pemkab Kulon Progo demi mengurangi masuknya unsur asing yang jika dibiarkan dapat menggerus budaya lokal. “Kabupaten Kulon Progo juga menerapkan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal ke dalam ranah pendidikan, yaitu pengimplementasian prinsip religiositas, gotong royong, pancasilais, dan budaya kemataraman sejak usia dini.”, kata Bupati Kulon Progo, dr. Hasto Wardoyo, SP. OG.(K) pada saat audiensi dengan tim dari Prodi Magister Linguistik FIB UGM. Beliau juga menambahkan, “Hal itu merupakan bentuk upaya pemerintah untuk mempertahankan budaya dan kearifan lokal.”. Di Kabupaten Kulon Progo, pengimplementasian kearifan lokal di ranah pendidikan sudah mulai diaplikasikan pada tingkat PAUD. Anak-anak yang bersekolah di tingkat PAUD dikenalkan dan dibiasakan bermain permainan tradisional dan dilatih menggunakan bahasa Jawa setiap hari. Selain itu, mereka juga diperkenalkan dengan makanan-makanan tradisional.
Dalam audiensi tersebut, Prof. I Dewa Putu Wijana, S.U, M.A, Ketua Prodi S2 Linguistik menyampaikan, “Kulon Progo merupakan kawasan yang akan terus berkembang. Dalam waktu dekat infrastruktur-infrastruktur akan dibangun sehubungan dengan adanya bandara baru. Nah, infrastruktur-insfrastruktur baru ini pasti akan diberi nama. Daripada memberi nama dengan unsur asing, lebih baik memberi nama dengan unsur lokal saja yang menggambarkan identitas warga Kulon Progo”. Pada kesempatan tersebut Prof. I Dewa Putu Wijana, S.U, M.A juga menyampaikan bahwa aturan mengenai penamaan unsur rupa bumi buatan tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak ada kebijakan yang tegas dan jelas mengenai itu. Masalah mengenai kebijakan ini sempat disampaikan oleh pihak perwakilan pemkab ketika survei berlangsung. Bupati Kulon Progo kemudian menanggapi hal tersebut dan akan menindaklanjuti dengan perbup yang mengatur tentang toponimi di wilayah Kulon Progo.
Pendahuluan
Menyadari akan pentingnya adanya sebuah konferensi mahasiswa sebagai forum untuk diseminasi ide atau gagasan, diskusi karya ilmiah, serta perlunya meningkatkan minat dan gairah mahasiswa untuk melakukan penelitian yang mempunyai luaran karya ilmiah, maka Prodi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada untuk pertama kalinya akan menggelar sebuah konferensi mahasiswa yang tidak hanya diselenggarakan untuk mahasiswa internal Prodi Sastra Inggris UGM tetapi juga terbuka untuk diikuti oleh seluruh mahasiswa Prodi Inggris dari universitas lain di seluruh Indonesia. Konferensi mahasiswa program sarjana (S1) ini dimaksudkan untuk memperkenalkan mahasiswa S1 terhadap forum-forum ilmiah sedari dini sehingga mahasiswa akan mempunyai kepercayaan diri untuk berpartisipasi aktif dalam forum ilmiah.
Student Conference on English Literature and Linguistics (StuCELL) 2018 dipilih menjadi nama dari konferensi mahasiswa yang akan diadakan pada tanggal 21 November 2018 di Auditorium Soegondo FIB UGM. Sesuai dengan namanya, konferensi ini merupakan konferensi keilmuan yang melingkupi bidang kajian sastra dan linguistik Inggris. Adapun demikian, kajian sastra dan linguistik Inggris adalah kajian yang interdipliner sehingga terbuka ruang untuk mengkaji sastra dan linguistik Inggris dari sudut pandang disiplin-disiplin ilmu lain yang relevan.
Konferensi ini merupakan tonggak awal terlaksananya sebuah forum ilmiah untuk mahasiswa yang diselenggarakan oleh Prodi Sastra Inggris UGM. StuCELL diharapkan mampu menjadi forum ilmiah tahunan yang mengusung tema-tema krusial sesuai dengan dinamika sosial dan budaya. Pelaksanaan yang berkelanjutan akan sangat bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada lingkup kajian sastra dan linguistik Inggris di Indonesia.
Tema Konferensi
Bahasa, Keragaman, dan Identitas (Language, Diversity, and Identity) menjadi tema besar yang diusung pada StuCELL tahun ini. Tema ini dirasa mewakili dinamika sosial dewasa ini dimana keragaman budaya dan masalah identitas terkait agama, ras, etnik, dan gender, masih menjadi polemik yang sensitif di masyarakat. Konferensi ini mengundang seluruh mahasiswa Prodi Inggris di Indonesia untuk menilik problema tersebut dalam karya sastra Inggris atau teks non-fiksi berbahasa Inggris. Tema ini diharapkan mampu mengasah kepekaan mahasiswa terhadap masalah keragaman dan identitas serta menumbuhkan jiwa akademisi yang toleran dan menghargai keberagaman.