Yogyakarta, Senin 2 September 2024. Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM menyelenggarakan siaran pers The Life of Butoh, mengundang sejumlah wartawan dari lingkup Universitas Gadjah Mada dan luar lingkungan kampus. Pada kesempatan ini, Bambang Paningron dan Ajie Wartono selaku Program Director GIK UGM memandu kegiatan siaran pers untuk membahas penyelenggaraan kegiatan The Life of Butoh yang terdiri atas penampilan, film screening, contemporary dance, poster exhibitions, talkshow, dan live performances selama tiga hari pada Rabu, 4 September 2024 hingga 6 September 2024. Sebagai pembuka, Bambang menjelaskan alasan dari mengadakan penampilan Butoh yang merupakan kesenian atau pergelaran yang menjadi ruang bagi seniman mampu mengekspresikan dan mengkomunikasikan masalah-masalah sosial melalui elemen seni-seni yang ada melalui seni teater, seni rupa, dan apapun yang tidak terikat dengan ruangan dan hal yang bersifat normatif.
Lanjutnya, ia menerangkan kemunculan seni Butoh terjadi pasca perang dunia berakhir dan sekat-sekat ruang menjadi luntur, sehingga memberikan seniman Jepang untuk mampu menyalurkan aspirasi seninya secara bebas. Penyelenggaraan Butoh di Indonesia memiliki keterkaitan erat dengan kesamaan masyarakat Jawa yang memiliki kedekatan seni tradisi yang mirip dengan Butoh. Sebagai ruang aktivasi seni dan kreasi, GIK sebagai creative hub memiliki tujuan membangkitkan spirit yang terkandung seperti pada Butoh, pemberian keleluasaan melalui otonom, dan ruang mengekspresikan hal-hal yang mereka ingin kreasikan. Meskipun, ikatan-ikatan ruang GIK UGM masih tinggi, GIK berharap dapat mengakomodasi serta mengkaji seni Butoh yang telah berpengaruh di dunia dalam waktu yang singkat.
Berikutnya, Ajie Wartono menjelaskan bahwa di GIK, bertumpu pada sains, teknologi, dan estetika dengan penggabungan perkembangan ilmu saintek dan kreativitas sebagai suatu kesatuan dan saling mendukung. Seni dan Budaya memberikan warna-warna humanis pada perkembangan teknologi pada nuansa yang lebih artistik dengan cara yang mampu dirasakan pada manusia umumnya melalui pemolesan seni dan budaya dari melakukan hal yang kecil. Ajie berharap penggabungan teknologi dapat menghasilkan lingkungan yang ramah dan mengajar kebaikan. Pelaksanaan Butoh tidak hanya menjadi akomodasi seni bagi masyarakat umum di sekitar UGM atau Yogyakarta, namun menjadi awal ajang kolaborasi internasional kedepannya yang berpotensi dapat diselenggarakan di GIK UGM.