Yogyakarta, 5 Desember 2025 – Departemen Antropologi UGM menyelenggarakan workshop penulisan artikel jurnal antropologi. Kegiatan ini dibuka oleh Dr. Elan Lazuardi dan Dr. Agung Wicaksono di Ruang Multimedia, Lantai 2 Gedung Margono, Fakultas Ilmu Budaya UGM. Dalam sambutannya, Dr. Agung menekankan bahwa workshop ini merupakan upaya Departemen Antropologi untuk mendorong mahasiswa doktor agar lebih progresif dalam menyelesaikan publikasi artikel serta penulisan disertasi. Dr. Elan turut menegaskan bahwa narasumber workshop, Dr.phil. Geger Riyanto, merupakan dosen Antropologi Universitas Indonesia yang masih sangat aktif sebagai reviewer berbagai jurnal ilmiah.
Sebelum sesi utama dimulai, seluruh peserta terlebih dahulu memperkenalkan diri dan menyampaikan perkembangan studi masing-masing. Peserta yang hadir cukup beragam, mulai dari mahasiswa S1, lulusan S1, mahasiswa S2, hingga mahasiswa S3. Meskipun sebagian besar berlatar belakang antropologi, terdapat pula peserta dari disiplin sosiologi dan psikologi. Memulai sesi workshop, Dr.phil. Geger menyampaikan bahwa cerita para peserta mengingatkannya pada pengalaman mahasiswa yang kerap menghadapi tantangan dalam proses publikasi artikel ilmiah. Ia kemudian menguraikan gagasan dasar bahwa karya ilmiah bertumpu pada upaya menawarkan pemahaman inovatif terhadap suatu permasalahan, mengambil posisi atas penelitian sebelumnya (gap), serta membangun kritik atas pengetahuan yang ada.
Menurutnya, karya ilmiah pada hakikatnya merupakan bentuk respons terhadap diskusi dan perkembangan gagasan melalui penyampaian ide serta argumentasi yang memiliki unsur kebaruan. Ia menegaskan,
“Inti argumentasi ini selalu bisa diringkas menjadi dua sampai tiga kalimat. Jika tidak bisa, berarti itu bukan sebuah paper.”
Dengan demikian, jelas bahwa penulis perlu membingkai karya ilmiah dengan argumentasi yang fokus dan tidak melebar. Pada sesi berikutnya, Dr.phil. Geger mengulas lebih mendalam mengenai teknik penulisan ilmiah. Berbagai pertanyaan dari peserta pun bermunculan, menciptakan suasana diskusi yang aktif dan interaktif sepanjang workshop.
[Antropologi Budaya, Bonifacius Edo Wisnu Waskita]
