SDGs 4: Quality Education
Terbangun di kamar yang menghadap ke arah deretan pepohonan dengan daun yang berguguran hanyalah bagian dari angan-anganku hingga setahun yang lalu. Jika dibandingkan dengan semua hal baru yang kurasakan sejak sebulan lalu, rasanya masih seperti mimpi. Aku berhasil berdiri di sini bukan tanpa usaha; malam-malam yang kuhabiskan di depan laptop selama empat bulan lamanya rupanya berbuah manis. IISMA memberikan kesempatan untukku dan ribuan mahasiswa Indonesia lainnya untuk menghabiskan satu semester belajar di luar negeri, dan aku amat sangat bersyukur karenanya. Setiap detik yang aku habiskan di Dublin, Irlandia, akan terus terpatri dalam ingatanku–tentunya lewat foto-foto yang ada di galeri handphone juga. Namaku Konan, dan inilah sekilas hari-hariku sebagai awardee IISMA di University College Dublin.
Jika tak kenal, maka ayo kenalan! Namaku Qonita Risqi Setya Ananda, dan saat ini sedang menempuh tahun ketiga sebagai mahasiswa sastra Inggris di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sudah rahasia publik kalau aku tidak bisa naik sepeda motor, jadi tidak heran kalau aku benar-benar menikmati seluruh fasilitas ramah pejalan kaki di Dublin. Selama satu trimester di sini, aku mengambil empat mata kuliah yang nantinya akan dikonversi di universitas asal. Bersama sembilan mahasiswa dari berbagai universitas dan daerah, kami berangkat dari Indonesia ke Irlandia pada tanggal 2 September. Sekarang waktunya untuk cerita yang sesungguhnya karena sesi perkenalan sudah selesai!
Tahun ajaran baru di Irlandia dimulai pada musim gugur, yang mana tepatnya jatuh di bulan September, jadi tidak jauh berbeda dengan tahun ajaran baru di Indonesia. Kampus-kampus di sini juga mengadakan pekan orientasi dengan berbagai acara, seperti upacara penyambutan, freshers week yang berisi pameran klub-klub dan UKM, seminar informatif seperti sesi informasi mengenai keperluan imigrasi untuk mahasiswa non-Uni Eropa, dan lain sebagainya. Pada minggu selanjutnya, kelas untuk mata kuliah level dua atau menengah dimulai, sementara mata kuliah level satu atau pemula masih harus menunggu seminggu lagi. Kelas-kelas di sini dibagi menjadi dua jenis, yaitu kuliah umum dan tutorial. Kelas kuliah umum adalah kelas besar yang ditujukan untuk penyampaian materi, biasanya dihelat di ruang berkapasitas 100-200 orang; sementara itu kelas tutorial hanya terdiri dari 15-20 orang dan ditujukan untuk diskusi kelompok mengenai materi yang sudah disampaikan di kelas kuliah umum.
Sebagai mahasiswa internasional di UCD, kami memiliki banyak keuntungan, dan salah satunya adalah menjadi penerima manfaat Cultural Programme. Program ini didedikasikan agar kami dapat menikmati pengalaman selama studi di Irlandia semaksimal mungkin dengan menghelat acara-acara dan menawarkan perjalanan gratis ke berbagai penjuru negeri. Sejauh ini kami sudah pernah mengunjungi beberapa tempat ikonik di Irlandia, seperti Kilkenny dengan kastil dan kota abad pertengahannya, berselancar di Sligo, bersepeda sejauh 32 kilometer di Westport, dan menikmati Dún Aonghasa yang menakjubkan di Inishmore, Galway. Aku sangat bersyukur atas kesempatan yang UCD berikan untuk masa studiku yang terbilang singkat.
Meskipun tinggal di luar negeri membuatmu bersemangat, rasanya bohong jika bilang kamu tidak rindu hal-hal kecil sederhana dari rumah. Tentu saja aku rindu makan seblak, nasi Padang, dan transportasi ojek online. Karena itulah aku ingin berterima kasih kepada teman-teman dari PPI Irlandia yang telah mengadakan berbagai acara bertema Indonesia untuk mahasiswa-mahasiswa Indonesia di Irlandia, yang mana rasanya seperti kembali ke rumah. Kami berkesempatan untuk menghadiri acara kumpul hangat dengan awardee IISMA Irlandia lainnya beserta kawan-kawan S2 dan S3 pada tanggal 21 Oktober, bahkan juga bertemu dengan Duta Besar Indonesia untuk Britania Raya, Dr. Desra Percaya. Rupanya beliau adalah pemain saksofon yang handal, dan kami beruntung dapat menyaksikan beliau menampilkan Terima Kasih Cinta oleh Afgan pada siang itu.
Acara kumpul hangat hari itu sangat berkesan untukku. Ketua PPI Irlandia periode sebelumnya, Kak Zain, mengatakan bagaimana Irlandia terasa ramai ketika awardee IISMA datang belajar ke sini. Jumlah mahasiswa Indonesia di Irlandia memang jauh lebih sedikit daripada mereka yang berada di Inggris dan negara sekitarnya, tetangga terdekat kami, dan acara-acara seperti ini rasanya seperti reuni keluarga untuk kami. Namun, bila dibandingkan dengan jumlah mahasiswa, jumlah diaspora Indonesia rupanya lebih banyak dari yang aku bayangkan. Merekalah orang-orang yang membantu kami selama masa studi ini, dan aku sangat ingin membalas budi suatu hari nanti jika diberi kesempatan untuk kembali ke Irlandia.
Tak hanya bertemu dengan sesama orang Indonesia di sini, aku juga punya mimpi untuk memiliki banyak teman dari berbagai negara dan terus menjalin hubungan yang akrab bahkan ketika studiku sudah selesai. Aku ingin berterima kasih pada teman-teman internasionalku yang sudah mengenalkan berbagai perayaan dan membuatku merasa sangat di rumah. Salah satu perayaan tersebut adalah Friendsgiving atau merayakan Thanksgiving bersama teman. Perencana acara kami, Jette, mengusulkan agar kami membawa makanan khas negara masing-masing untuk kami nikmati bersama, jadi kami pun berbagi budaya baru satu sama lain. Aku pun ingin melakukan hal yang sama, jadi aku tidak ragu memberi mereka oleh-oleh dari Indonesia–salah satunya adalah tote bag yang kudesain sendiri–sebagai kenangan akan momen yang kami habiskan bersama.
Irlandia telah menjadi tempatku untuk merasakan berbagai hal untuk pertama kalinya selama dua bulan terakhir. Impianku untuk berjalan di padang rumput, melihat domba dan sapi yang biasanya hanya kulihat di buku cerita anak-anak, menikmati indahnya jalanan kota, dan bersantai di taman kota–semuanya telah tercapai di sini. Poin terakhir dariku adalah kenangan dan hubungan pertemanan yang terjalin di sini sangatlah berharga dan tidak dapat ditukar dengan apa pun di dunia. Jika aku mendapat kesempatan untuk berkunjung, atau bahkan belajar untuk waktu yang lebih lama di sini, aku tidak akan ragu untuk langsung berangkat. Terima kasih untuk seluruh keluargaku dan teman-temanku di rumah–dan keluarga baruku di sini, kalian semua adalah bagian dari hidupku. Tentu saja untuk program IISMA, rasa syukur dan terima kasih tidak akan pernah sirna dariku.