SDGs 4: Quality Education | SDGs 17: Partnerships for the Goals
Devina Ocsanda adalah seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya UGM, program studi Sarjana Arkeologi angkatan 2020 yang berprestasi dalam bidang riset dan penelitian pada fokus peminatan ilmu epigrafi. Akrab dipanggil Devina, ia berhasil meraih penghargaan Insan Berprestasi Tahun 2024 pada acara Rapat Senat Terbuka FIB UGM 2024 pad 5 Maret 2024 lalu. Devina telah memiliki sejumlah pengalaman dalam mengikuti riset dan penelitian, seperti pengalaman menjadi Asisten Editor untuk Jurnal Nusantara Arkeologi (JANUS), Section Editor Staff pada Jurnal Bakti Nusantara, Kepala Departemen Media dan Jurnalistik pada Unit Penalaran Ilmiah Interdisipliner UGM, dan Staf Divisi Riset dan Kajian Ilmiah pada Himpunan Mahasiswa Arkeologi UGM. Pengalaman yang ia dapatkan dari organisai mendukung kesempatan untuk merilis sejumlah publikasi dan proyek riset ilmiah.
Minatnya mempelajari epigrafi berawal dari ketertarikan Devina terhadap museum ketika ia masih kecil. Ketertarikannya terhadap museum membuatnya tertarik untuk mendalami ilmu mengenai kesejarahan dan arkeologi, terutama terhadap prasasti, meskipun pada saat itu belum mampu menerjemahkan ataupun membaca tulisan prasasti. Menempuh pendidikan sekolah menengah atas, Devina mulai mendalami tulisan Jawa Kuno dengan mengikuti komunitas belajar Jawa Kuno bersama pembelajar tulisan Jawa Kuno dan prasasti lainnya.
“Ada yang lebih ancient dari huruf-huruf Jawa dari sekarang”, ucap Devina ketika menceritakan awal mula ketertarikan mempelajari sistem tulisan Jawa Kuno saat duduk di bangku sekolah menengah atas. Iklim komunitas yang diikuti Devina bersifat fleksibel, tidak terlalu serius, dan terbuka untuk diskusi, mendukung proses belajar sistem tulisan Jawa Kuno bagi Devina yang kelak membantunya dalam menekuni ilmu epigrafi.
Selama di bangku perkuliahan Arkeologi UGM, Devina mengikuti sejumlah organisasi dan pengalaman kegiatan yang berfokus pada riset ilmiah beserta publikasi. Dua pengalaman kegiatan riset ilmiah yang menonjol dan menjadi prestasi terbesar bagi Devina adalah ketika ia memulai kajian ilmiah mengenai daerah kelahirannya di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, dengan judul kajian ilmiah, “Relevansi Prasasti Sebagai Pembentuk Identitas Kolektif: Studi Kasus Prasasti Lawadan dan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur” dan proyek Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2023 berjudul, “Oportunitas Pembentukan Entitas Kebudayaan Baru, Tinjauan Ibu Kota Negara (IKN) Indonesia 2024 Terhadap Perpindahan Ibu Kota VOC 1619”. Kedua pengalaman riset tersebut ia jalankan sebagai ketua proyek riset ilmiah dan memberikan edukasi mengenai hasil riset kepada publik.
Pada kajian ilmiah “Relevansi Prasasti Sebagai Pembentuk Identitas Kolektif: Studi Kasus Prasasti Lawadan dan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur”, yang dilakukan oleh Devina, ia meneliti tentang Hari Jadi Kabupaten Tulunagung setelah menyadari sedikitnya informasi latar belakang dari Hari Jadi Tulungagung, kota kelahirannya. Pada pengalaman ini, Devina menerjemahkan prasasti yang memuat data lengkap tentang asal usul Kabupaten Tulunagung. Setelah melakukan analisa dan penelitian pada prasasti yang ia jadikan objek studi, Devina mengirimkan hasil tersebut ke Konferensi Perkumpulan Ahli Epigrafi, komunitas Ahli Epigrafi se-Indonesia. Sebagai satu-satunya mahasiswa termuda dan masih Sarjana aktif, ia memaparkan hasil penelitiannya mengenai Hari Jadi Kabupaten Tulunagung di depan konferensi dengan arah hasil temuan untuk arkeologi publik.
Penelitian berikutnya merupakan kolaborasi dengan sejumlah mahasiswa lintas jurusan Arkeolog-Antropologi-Sejarah, yakni proyek Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2023 berjudul, “Oportunitas Pembentukan Entitas Kebudayaan Baru, Tinjauan Ibu Kota Negara (IKN) Indonesia 2024 Terhadap Perpindahan Ibu Kota VOC 1619”. Riset ini tidak meneliti IKN secara langsung, namun membandingkan perkembangan masyarakat Kota Batavia dengan prediksi perkembangan masyarakat IKN di masa depan.
“Risetnya cukup sederhana dari studi literatur, lihat-lihat arsip, guna mencari tahu Batavia itu awalnya gimana dan bangunan apa yang dibangun? Melihat peta-peta kuno dan muncul adanya “sekat” atau semacam enclave dari penduduk yang tinggal di dalam benteng dan di luar benteng, eksklusivitas,” ucap Devina ketika menjelaskan proses penelitian tentang perbandingan antara Batavia dan IKN. Proyek ini bertujuan untuk melihat hasil dari melting pot antara komunitas masyarakat yang menghuni di luar “benteng” atau di luar area khusus yang disebut enclave. Dari hasil ini, mereka membandingkannya dalam segi budaya terhadap pembangunan zonasi dan prediksi campur budaya pada masa depan masyarakat IKN.
Dari sejumlah pengalaman riset ilmiah dan organisasi yang ia tekuni, Devina berharap untuk berkesempatan lebih banyak riset tentang prasasti dan mempelajari lebih jauh mengenai prasasti agar dapat menjadi bekal untuk membaca sejarah Indonesia yang lebih akurat dan kronologis serta mengisi bagian-bagian seajrah yang masih hilang. Ia menganggap data prasasti adalah kunci untuk bercerita mengenai sebuah masa, sebab dengan bercerita mengenai sebuah masa dengan akurat dan dapat diterjemahkan dalam bahasa untuk orang awam dan pemula, maka informasi prasasti yang ia bagikan dapat berkontribusi bagi kepentingan masyarakat dalam hal pendidikan. Menerapkan data dan fakta sebagai bagian dari identitas lokal.
“Ketika penelitianmu itu diakui semua orang, tidak hanya dari segi banyaknya penelitian. Aku bisa setiap hari nulis dan submit, aku publish banyak. Tapi, menurutku lebih ke kualitas kalau kita bisa bikin riset yang berkualitas dan impactful, aku rasa itu lebih berprestasi daripada hanya menang lomba yang justru impactnya hanya untuk dirimu sendiri.”.