SDGs 1: No Poverty | SDGs 4: Quality Education | SDGs 11: Sustainable Cities and Communities
Pada Selasa, 19 Maret 2024, mahasiswa Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya UGM mengikuti lokakarya daring bertajuk, “Situs Warisan Dunia Borobudur dalam Potret Lanskap Budaya” yang diadakan oleh UNESCO Jakarta. Lokakarya daring ini mengundang peserta mahasiswa Arkeologi UGM, Universitas Tidar, dan Universitas Atma Jaya. Kegiatan ini bertujuan agar para mahasiswa dapat mengenal lebih jauh terhadap dampak dan pengaruh Candi Borobudur terhadap lanskap budaya di kawasan sekitar Candi Borobudur, baik secara benda maupun takbenda dalam lingkup budaya.
Lokakarya digital dimulai dengan sambutan oleh Ms. Moe Chiba, Kepala Unit Budaya, UNESCO Jakarta. Dilanjutkan sesi pemaparan oleh Hari Setyaawan dari Museum Cagar Budaya Kemendikbudristek, Panji Kusumah dari komunitas Eksotika Desa, dipandu oleh Hairus Salim, Antropolg dari Universitas Gadjah Mada. Pengenalan terhadap dampak dan pengaruh Candi Borobudur pada lanskap budaya direfleksikan dari sejarah dan upaya yang dilakukan. Pelestarian Candi Borobudur sebagai warisan budaya, baik bagi masyarakat lokal, nasional, atau internasional melalui penetapan warisan dunia oleh UNESCO No. 592 pada tahun 1991.
Keunikan Candi Borobudur pada penetapannya sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO terdapat pada kriteria yang berhasil diraih. Umumnya, sebuah situs cagar budaya ditetapkan sebagai warisan dunia dengan memenuhi salah satu dari sepuluh kriteria budaya, akan tetapi Candi Borobudur memenuhi tiga kriteria (kriteria 1, kriteria 2, dan kriteria 6). Kriteria yang diraih ini membangun warisan dunia Borobudur dalam narasi sejarah yang merepresentasikan kecemerlangan kreativitas masyarakat Borobudur dalam sejarahnya membangun candi tersebut beserta tradisi budaya nilai-nilai lokal yang masih melekat. Keunikan ini juga didukung dengan keberadaan kawasan perdesaan pada sekitar kawasan candi yang turut memberikan karakteristik unik dari Candi Borobudur.