Pada Senin, 14 Agustus 2023, Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya UGM sukses menggelar Konferensi Studi Warisan Kritis Interdisipliner di Indonesia di Museum Ullen Sentalu, Kaliurang, Sleman. Konferensi ini bertujuan untuk mengembangkan kurikulum pusaka yang kritis dan membuka kerja sama antara museum, komunitas, dan aktivis budaya dalam pemanfaatan pusaka.
Konferensi ini dibagi menjadi empat panel diskusi yang dilakukan secara terpisah. Panel pertama bertajuk “Heritage in Practice”. Materi dalam panel diskusi ini dibawakan oleh Grace Leksana, akademisi dan sejarawan dari Universitas Negeri Malang; Kate McGregor, seorang sejarawan dari University of Melbourne; Restu Gunawan, Direktur Pengembangan dan Pendayagunaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Riset; dan Bambang Widodo, Ketua Badan Musyawarah Musea DIY (BARAHMUS DIY). Dalam panel ini, mereka membahas topik tentang komodifikasi warisan kolonial, praktik dan teori pendekatan interdisipliner, serta praktik pelestarian warisan.
Panel kedua bertajuk “Dekolonisasi dan Repatriasi”. Materi dalam panel diskusi ini dibawakan oleh Tular Sudarmadi, akademisi dan arkeolog UGM; I Gusti Agung Wesaka Puja, Direktur Eksekutif Institut Perdamaian dan Rekonsiliasi ASEAN; dan Daud Aris Tanudirdjo, arkeolog UGM membahas topik perbedaan pemulangan, repatriasi, dan restitusi; pendekatan sejarah mikro dalam studi warisan; dan dekolonisasi museum.
Panel ketiga bertajuk “Performing Heritage”. Materi dalam panel diskusi ini dibawakan oleh Sumarsam, dosen Wesleyan University dan Eri Sustiyadi, Kepala Seksi Koleksi, Konservasi dan Dokumentasi, membahas topik pertemuan antarbudaya dalam perkembangan pewayangan dan praktik penyajian pusaka melalui museum.
Terakhir, panel keempat bertajuk “Heritage in Contestation”. Materi dalam panel diskusi ini dibawakan oleh Marieke Bloembergen, sejarawan dari Universitas Leiden; Sukma Putri, aktivis Komunitas Museum Malam, dan Sektiadi, arkeolog UGM, membahas topik kekerasan epistemik terhadap warisan, praktik diskusi melalui komunitas, dan transformasi identitas museum sejalan dengan upaya dekolonisasi.