Pemateri:
Amalinda Savirani (Fisipol UGM)
Judul :
Relawan dan Politik Indonesia
Kamis, 15 Oktober 2015
Margono 305 FIB UGM – Pukul 13.00 WIB
Penelitian ini memaparkan gerakan relawan pendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla pada pemilihan presiden 2014. Penelitian dilakukan di tiga wilayah di Indonesia, yakni DKI Jakarta, Kota Solo di Jawa Tengah, dan Kota Surabaya di Jawa Timur. Presentasi ini akan fokus pada kasus relawan di DKI Jakarta. Dalam khasanah ilmu politik, voluntarism atau kegiatan kesukarelaan adalah kunci dari bekerjanya demokrasi. Ilmuwan politik liberal mengkaitkan tingkat keaktifan warganegara dengan kualitas demokrasi. Makin aktif warganegara, makin baik demokrasi (Tocqueville 1968, Verba, Schozman dan Brady (1995)), melalui kegiatan “civil participation” atau “public association in civil life”. Kalangan pemikir liberal ini secara implisit mengargumentasikan bahwa peran warganegara dalam kegiatan politik tidak berdasarkan pada kepentingan politik praktis yang berorientasi pada kekuasaan formal. Sukarelawan selalu dianggap berarti nir politik, dan ia seperti floating tanpa orientasi yang jelas. Warganegara beraksi secara pasif terhadap apa yang berlangsung di sekitarnya. Dalam konteks Indonesia, kegiatan relawan memiliki variasi, dan tidak senetral apa yang dibayangkan oleh kalangan liberal. Ada kelompok yang mengaitkan diri dengan politik praktis, dan secara sadar memasukkan agenda politik; dan ada pula yang bermain politik secara berbeda, seperti politik simbolik dan politik senang-senang (fun politics). Ada dua temuan utama penelitian ini. Pertama, ada variasi gerakan relawan dalam pilpres 2014. Variasi gerakan dilatari oleh faktor sosiologis yakni isu generasi (senior atau yunior), dan latar belakang disiplin keilmuwan (Ilmu sosial dan ilmu pasti) para penggagasnya. Temuan kedua menunjukkan bahwa kombinasi dari latar belakang generasi kelahiran dan disiplin para penggagas mempengaruhi pola atau metode gerakan relawan. Ada setidaknya dua pola gerakan relawan di Jakarta, yang bersifat konvensional atau ‘klasik’ dan lebih ‘modern’. Yang termasuk dalam gerakan klasik misalnya gerakan relawan yang berbasis pada sifat pengorganisasian massa dengan cara mengumpulkan orang, seperti pendirian posko relawan sebagai tempat berkumpul, atau yang berbentuk kelompok. Gerakan ini bisa dilabeli sebagai gerakan relawan off line. Gerakan yang kedua bersifat on line, yang ditandai dengan penggunaan teknologi informasi berbasis telepon pintar, PC dan gadget lainnya, dan penciptaan materi kampanye yang dikomandani oleh sektor kreatif, seperti kesenian dan kalangan periklanan***.