Tahun 1945 hingga 1950 merupakan periode krusial dalam sejarah modern Indonesia. Historiografi Indonesia menyebut periode ini dengan berbagai istilah khusus, seperti periode revolusi, periode perang kemerdekaan, atau periode dekolonisasi. Istilah-istilah tersebut semuanya mengindikasikan keadaan transisi sosial, politik dan ekonomi yang penuh dengan konflik dan drama. Sebuah proses yang hasilnya sangat menentukan nasib bangsa Indonesia (what Indonesia to be). Historiografi ‘national’ yang disponsori negara sangat mendominasi kajian periode ini. Mereka umumnya sangat menekankan perspektif dan semangat nasionalistik dan heroism yang cenderung militeristik. Sementara historiografi internasional juga sangat kuat menekankan perselisihan politik, diplomasi, dan pergeseran institusional. Dalam kajian-kajian tersebut, kekerasan yang terjadi seringkali ditempatkan hanya sebagai latar belakang atau catatan kaki semata.
Padahal faktanya, tahun-tahun ini merupakan periode penuh konflik dan kekerasan yang melibatkan hampir semua lapisan masyarakat dan dipicu oleh beragam motivasi baik yang bersifat personal maupun kolektif, baik bersifat ideologis-politis atau pragmatis-sporadis. Kekerasan massa terjadi hampir di seluruh pelosok negeri seiring absennya otoritas negara (vacuum of power) dan lemahnya legitimasi pemerintahan yang ada, baik di wilayah yang dikuasai Belanda maupun Republik. Kajian-kajian historis yang berupaya untuk memahami kekerasan kolektif tersebut secara proporsional dan kritis masih relative kurang, dan seringkali mengalami kendala metodologis dan tak jarang pula politis. Oleh karena itu, upaya-upaya akademik untuk mendorong pengkajian kekerasan massa pada tahun-tahun 1945-1950 perlu terus dilakukan di kalangan akademisi (mahasiswa, dosen dan peneliti) dan khalayak umum. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada bermaksud menyelenggarakan sebuah seminar yang secara khusus mengangkat tema tentang kekerasan pada periode tersebut. “