FIB Genjot Kegiatan Riset dan Publikasi

Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM mendorong para dosennya untuk meningkatkan kegiatan penelitian dan publikasi akademik. Pasalnya sampai saat ini jumlah dan mutu publikasi akademik dan penelitian di FIB masih sangat terbatas.

“Dana riset untuk staf pengajar sekarang sudah tersedia dalam jumlah yang mencukupi, tetapi riset dan publikasi yang dilakukan masih minim. Untuk itu harus segera ditingkatkan,” tegas Dekan FIB UGM, Dr. Pujo Semedi Hargo Yuwono, Senin (3/3) saat menyampaikan laporan tahunan dekan pada rapat senat terbuka dies natalis ke-68 FIB UGM.

Pujo menyebutkan bahwa minimnya kegiatan penelitian dan publikasi dosen dipengaruhi oleh kualitas rencana riset yang belum maksimal. Untuk mengatasi persoalan itu, nantinya akan dilakukan pelatihan penelitian bagi para dosen oleh dosen senior.

“Kemampuan meneliti dan menulis di kalangan staf pengajar masih harus ditingkatkan melalui pelatihan penelitian,” jelasnya

Dituturkan Pujo tingginya serapan waktu kerja dosen di bidang pengajaran juga berpengaruh terhadap rendahnya jumlah penelitian dan publikasi akademik di lingkup FIB. Alokasi waktu mengajar yang terlalu tinggi membuat dosen tidak cukup waktu untuk melakukan penelitian dan menulis publikasi ilmiah.

“Dana pnelitian ada banyak, tetapi waktu dan tenaga dosen ternyata masih lebih banyak terserap untuk memberikan kuliah,” paparnya.

Untuk mengatasai persoalan tersebut, Pujo mengatakan kedepan perlu segera dilakukan rasionalisasi jumlah mata kuliah. Disamping itu juga pengorganisasian waktu perkuliahan agar dosen tidak banyak terbebani.

“Hal itu harus segera dilakukan karena tanpa penelitian yang baik dan publikasi akademik yang mencukupi, kualitas pendidikan untuk mahasiswa tidak akan berkembang dan juga akan menghambat kenaikan pangkat dosen,” urainya.

Dalam kesempatan tersebut, Pujo memamparkan bahwa terdapat kecenderungan peningkatan jumlah peminat masuk FIB pada program S1 dari tahun ke tahun. Kenaikan jumlah peminat secara signifikan terjadi pada prodi Bahasa Korea dan Pariwisata. Data FIB mencatat jumlah peminat masuk prodi Bahasa Korea pada tahun 2011 sebanyak 493 orang dan meningkat menjadi 647 orang di tahun 2012. Hal serupa terjadi pada prodi Pariwisata yang mengalami kenaikan pesat yaitu 1308 orang di tahun 2011 menjadi 2.110 di tahun 2012. (Humas UGM/Ika)

 

Sumber: https://ugm.ac.id/id/berita/8755-fib.genjot.kegiatan.riset.dan.publikasi

Pementasan Kethoprak

JENDERAL BESAR ATAWA MARSEKAL GUNTUR

Dies Natalis ke 68 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada
Sabtu, 8 Maret, 2014, Pk 19.00 di PKKH UGM
(free, tanpa tiket, terbuka untuk umum)

Naskah: Cahyaningrum Dewojati

Diadaptasi dari Hikayat Mareskalek
Karya Abdullah bin Muhammad al-Misri (1811)

Sutradara : Cahyaningrum Dewojati & Sudibyo
Pimpinan Produksi : Heru Marwata
Penata Iringan : Bayu Papang Purnama
Penata Artistik : Gilang Anggryawan, Zakiya Amajida, Paulina Amita Ratna Budi, Citra Kurnia Sholihat
Penata Kostum : Bagus Febriyanto, Eko, & Tim Jurusan Tata Busana UNY
Pengrawit : Tim Karawitan Mahasiswa FIB UGM

Para Pemain (Terdiri atas Dekan, Dosen, dan Mahasiswa FIB UGM):
Pujo Semedi, Heru Marwata, Sudibyo, Bagus Febrianto, Wulan Astuti, Cahyaningrum Dewojati, Arsanti Wulandari, Baha’udin, Stedi Wardoyo, Pujiharto, Hamdan Kasturo, Dian Annisa, Rakhmat Soleh, Novi Siti Kussuji I, Widaratih Kamiso, Wahyu Budi Utomo, Kukuh Luthfi S, Christofer Joseph, Mahmud Hidayat, Pradhipta Putra Pratama, Ferian Estu Putra, Danang Putro Wijoyo, Anindya L Kumara, Tania Nugraheni A, Cecep Nurul Amin, Arin Wahyu Agustin, Bambang Widyonarko, Daiyana Gilang Setiawan, Vincentius Bagas, Nedta Septi, Tri Nurvian Fadhilah, Sudrajat Bimantara, Ahmad Muquffa, Lukman Fauzi, Ahmad Naufal, Syafiq, M. Lukman Arifianto, Farizan Adli N, Wahyu P, Annisa Nurul Ulfa, Zam Zam Nafi’atun, Maryam Adaui, Annisa Apriliani, Resti Dwi Mulyani

Penari: Miftahul Jannah, Ika, Fitria Dewi Rahmawati, Ella Rizky E
Pedansa: Tim Dansa Padamu UGM

Sinopsis

JENDERAL BESAR ATAWA MARSEKAL GUNTUR

Hikayat Mareskalek yang diadaptasi menjadin lakon ketoprak Jenderal Besar atawa Marsekal Guntur tampaknya ditulis untuk menyudutkan orang Jawa dan mengagungkan orang kulit putih dalam hal ini Mareskalek (Daendels). Tidak begitu jelas motivasi pengarang menempatkan orang Jawa dan feodalisme Jawa dalam posisi pinggiran seperti itu. Yang pasti ia sangat kritis dalam melihat berbagai kekurangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Jawa. Posisinya itu kadang-kadang digunakannya untuk merendahkan orang Jawa sebagai orang kulit hitam meskipun ketika menyampaikan hal itu ia menggunakan tokoh Mareskalek ( Daendels).

Dijelaskan oleh Mareskalek bahwa kehancuran kerajaan-kerajaan Jawa terjadi karena raja-raja Jawa hanya melestarikan apa yang telah diwariskan oleh para leluhurnya tanpa berusaha untuk mengembangkan segala potensi yang sudah ada itu untuk kemakmuran negerinya. Di samping itu, keluarga bangsawan Jawa sangat mementingkan kehidupan keduniawiaan meskipun tidak didasari oleh etos untuk merebut harta benda dunia secara utuh. Orang Jawa juga dicitrakan sebagai bangsa yang bodoh, tidak efisien, dan memiliki syahwat seksual yang kuat. Penstereotipan ini tampaknya digunakan untuk menjelaskan ketergantungan (feodalisme) Jawa kepada bangsa kulit putih yang sepanjang hikayat dicitrakan sebagai bangsa yang superior. Inferioritas ini mengukuhkan bahwa dominasi bangsa kulit putih atas Jawa adalah legal. Jawa pantas mendapatkan pencerahan karena masih diliputi kegelapan.

Mareskalek terus-menerus menyudutkan bumiputra Jawa dengan cara melucuti hak-hak istimewa aristokrat Jawa. Dengan mudahnya, seorang petani biasa dikukuhkan sebagai tumenggung. Selain itu, orang-orang yang dianggapnya berjasa karena membantu menggerakkan perniagaan komoditas yang laku di pasar Eropa, seperti kopi dan cengkih,dimuliakannya menjadi Jenderal Kopi dan Jenderal Cengkih. Mareskalek tidak berhenti sampai di situ. Ia merasa bahwa ia adalah maharaja Jawa yang sesungguhnya karena raja-raja Jawa dari Barat sampai ke Timur telah takluk di bawah kekuasaannya. Untuk itu, ia menobatkan dirinya sebagai raja diraja Jawa dengan gelar yang dipilihnya sendiri, yaitu Kanjeng Susuhunan Mangkurat Mangkubuwana. Penobatan Mareskalek sebagai Kanjeng Susuhunan Mangkurat Mangkubuwana menyebabkan Sunan Kalijaga murka. Ia hadir dalam mimpi Mareskalek dan mengingatkannya bahwa tindakannya keterlaluan. Dengan segenap kewibawaannya, Sunan Kalijaga mengingatkan bahwa kekuasaan Mareskalek telah berakhir karena telah menyalahgunakan wewenang yang diamanatkan kepadanya. Mareskalek menyadari kekeliruannya, tetapi telah terlambat. Surat pemanggilan pulangnya ke negeri Belanda telah dilayangkan oleh Kaisar Napoleon. Mareskalek pulang ke Belanda dengan menyimpan kekecewaan.

Seminar Hasil Penelitian Fakultas Ilmu Budaya UGM

Seminar Hasil Penelitian FIB UGM merupakan salah satu kegiatan dalam rangkaian acara Dies Natalis FIB UGM ke-68. Seminar ini bertujuan untuk menyebarluaskan hasil penelitian masing-masing wakil prodi/jurusan di FIB UGM sehingga diharapkan hasil-hasil penelitian warga FIB tersebut dapat terpublikasikan pada segenap civitas academica FIB dan masyarakat umum. Seminar akan diselenggarakan Kamis, 6 Maret 2014 mulai pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB di Auditorium FIB, Gedung Purbatjaraka lantai 3 FIB UGM. Peserta seminar tidak dipungut biaya, tetapi terbatas hanya untuk 150 orang yang dapat berasal dari mahasiswa, dosen, karyawan, dan masyarakat umum. Peserta akan mendapatkan fasilitas berupa booklet seminar, sertifikat, kudapan, dan makan siang. Pendaftaran peserta seminar dapat melalui sekretariat panitia dies, kang_ahid@yahoo.com, mimi_savitri@yahoo.com, atau wirakurniawati@ugm.ac.id.