Prof. Dr. Sangidu, M.Hum.

Nama lengkap Prof. Dr. Sangidu, M.Hum. dilahirkan pada tanggal, 23 Juli
1959 di desa Sugihwaras, kalurahan Wonorejo, kecamatan Gondangrejo, kabupaten
Karanganyar Surakarta, Jawa Tengah. Pangkat dan jabatan fungsionalnya saat ini
adalah Pembina Utama, Golongan IV/e dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia tertanggal, 10 April 2009 Nomor:
37443/A4.5/KP/2009 serta terhitung mulai 01 Mei 2009 jabatan fungsionalnya adalah
Guru Besar (Prof.). Bidang keilmuan yang digelutinya saat ini adalah bidang Bahasa
dan Sastra Arab Modern, Filologi, dan Kajian Timur Tengah Fakultas Ilmu Budaya
UGM, Bulaksumur Yogyakarta. Berikut ini dikemukakan pokok-pokok pikiran dalam
kaitannya dengan ketiga bidang keilmuan tersebut.
1. Bidang Bahasa dan Sastra Arab
Berbicara tentang ilmu bahasa Arab dan ilmu sastra Arab melibatkan berbagai
macam disiplin keilmuan. Keilmuan linguistik Arab yang ‘umdah (pokok) paling tidak
terdiri atas ‘Ilmul-Ashwāt (fonetik dan fonologi Arab), ‘ilmush-sharf (morfologi Arab),
‘ilmun-nachwi (sintaksis Arab), ‘ilmul-balāghah (semantik dan stilistika Arab), dan
‘ilmul-qawāmis (leksikografi dan leksikologi Arab) merupakan ‘umdatul-‘ulūm fil-
lughatil-‘arabiyyah (ilmu pokok di dalam studi linguistik Arab), sedangkan ilmu-ilmu
bahasa Arab yang lainnya merupakan ilmu tambahan (fadhlatul-‘ulūm) saja sehingga
ilmu pokok di dalam ilmu bahasa Arab itu perlu disiapkan dan diperkuat dengan
sungguh-sungguh guna mendasari dan memperkokoh pendalaman ilmu bahasa Arab
lebih lanjut bagi para pembelajar bahasa Arab.
Sementara itu, untuk ilmu sastra Arab yang pokok paling tidak meliputi sejarah
sastra Arab, teori sastra Arab, dan kritik sastra Arab. Ketiga ilmu ini merupakan
‘umdatul-‘ulūm fil-adabil-‘arabiy (ilmu pokok di dalam studi sasra Arab), sedangkan
yang lain, seperti adabul-athfāl (sastra anak, chicklit), adabusy-syabāb (sastra
pemuda, teenlit), al-adabul-Islāmiy (sastra Islam) merupakan ilmu tambahan. Karena
itulah, ketiga ilmu pokok di dalam ilmu sastra Arab tersebut perlu diperkuat sebagai
dasar pendalaman ilmu sastra Arab lebih lanjut. Perlu diketahui juga bahwa untuk
memperdalam ilmu sastra Arab, setiap pembelajar ilmu bahasa dan sastra Arab
diharuskan mempunyai kemampuan dalam penguasaan ilmu pokok dalam linguistik
Arab terlebih dahulu. Tanpa kemampuan ilmu pokok di dalam linguistik Arab, maka
setiap pembelajar tidak akan mampu memahami dan mendalami ilmu sastra Arab
lebih lanjut.
2. Filologi
Bangsa Indonesia mempunyai dokumen yang melimpah tentang perjalanan
bangsanya. Dokumen tersebut berupa karya sastra yang berbentuk tulisan tangan
atau teks tulisan tangan yang disebut manuskrip (Ing. Manuscript dengan singkatan
ms untuk tunggal dan mss untuk jamak; Bld. Handscrift dengan singkatan hs untuk
tunggal dan hss untuk jamak, Arab: Turāts) dan sering disebut sebagai karya sastra
Indonesia lama, klasik, tradisional atau kuno. Manuscript atau Handscrift atau Turāts

tersebut mengandung berbagai informasi yang melimpah, antara lain berbagai
pemikiran, pengetahuan, adat istiadat, kesastraan, filsafat, kearifan, perilaku
masyarakat Indonesia masa lalu, hasil karya nenek moyang masa lalu, pengetahuan
agama, dan lain sebagainya yang dapat ditarik relevansinya dengan kehidupan
bangsa Indonesia masa kini. Sayangnya, sampai saat ini banyak manuskrip yang
dimiliki bangsa Indonesia masih neglected dan kondisinya sudah rapuh dan rusak
karena dimakan jaman dan kutu buku. Karena itulah, agar kandungan Manuscript
atau Handscrift atau Turāts tersebut dapat dibaca dan dipahami oleh generasi muda
Indonesia sekarang, maka diperlukan para filolog yang dapat mengungkap
kandungan isinya sehingga dapat memberikan inspirasi bagi bangsa Indonesia untuk
membangun bangsanya menjadi bangsa yang besar, maju, dan kokoh di masa-masa
yang akan datang.

Tugas filolog dipandang berat karena ia tidak hanya sekedar menghadapi
naskah-naskah yang dipandang sakit dan bahkan kondisinya parah, tetapi ia harus
merestorasi atau menyehatkan lebih dahulu melalui kerja filologi. Kerja filologi yang
dimaksud meliputi inventarisasi naskah, deskripsi naskah, perbandingan naskah
dalam satu judul apabila naskah yang telah didapatkan lebih dari satu judul,
penentuan naskah yang akan dijadikan dasar suntingan teks, dan penyuntingan
teksnya. Kesemuanya itu merupakan tugas pertama filolog dalam penyajian teks
(presenting the text).
Setelah tugas filolog yang pertama di atas dapat dilakukan dengan baik, filolog
dapat menjalankan tugas berikutnya, yaitu melakukan penelitian lebih lanjut yang
berupa analisis isi (kandungan) naskah. Analisis isi naskah merupakan tugas filolog
yang kedua, yaitu interpretasi teks (interpreting the text). Analisis isi naskah dapat
berupa analisis linguistik atau analisis sastra. Analisis sastra dapat berupa analisis
struktur cerita, tema dan fungsinya, pengaruh asing, latar belakang kebudayaan,
ataupun unsur-unsur lain yang berperan dalam teksnya. Semuanya itu dapat
dianalisis dengan memanfaatkan salah satu teori dan metode sastra modern sesuai
dengan kondisi dan situasi teks yang dihadapi oleh peneliti. Dengan demikian, isi
(kandungan) naskah akan dapat dibaca dengan mudah dan diketahui secara luas
oleh generasi muda masa kini dan para pembaca lainnya.
3. Kajian Timur Tengah
Ada sejumlah pertanyaan yang sampai saat ini belum ada jawaban dan
solusinya. Salah satu pertanyaannya adalah mengapa Kawasan Arab dan Timur
Tengah sejak tahun 1948-sekarang penuh konflik dan tidak ada solusi hingga
sekarang, walaupun PBB juga ikut campur tangan dalam penyelesaian konflik yang
terjadi. Bahkan, dari kawasan ini muncullah terorisme, radikalisme, fundamentalisme,
ekstrimisme, ISIS, dan gerakan-gerakan lainnya ? Ada sejumlah hal dalam kaitannya
dengan persoalan yang dihadapi oleh dunia Arab dan Timur Tengah, yaitu sebagai
berikut.
a. Arab dan Timur Tengah merupakan kawasan paling strategis di dunia karena
banyaknya kekayaan alam, seperti minyak dan gas;
b. Arab dan Timur Tengah merupakan tempat kelahiran para nabi dan yang
paling banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai belahan dunia yang ingin

melakukan perjalanan ibadah. Karena itulah, seluruh perhatian dunia tertuju
pada Arab dan Timur Tengah;
c. Arab dan Timur Tengah merupakan wilayah yang sangat sensitif (baik di
bidang politik, ekonomi, kebudayaan (peninggalan-peninggalan kuno), dan
keagamaan maupun lainnya);
d. Arab dan Timur Tengah merupakan tempat yang penuh konflik dan terus
berlangsung tanpa solusi dan selalu menjadi perhatian dunia. Negara
Adidayalah yang selalu menjaga dan merawat konflik antara Syi’i – Sunni –
Wahabi, dan lain sebagainya.
e. Negara-negara super power (Amerika dan Uni Soviet) ingin menguasai
Kawasan Arab dan Timur Tengah serta menghalalkan segala cara untuk bisa
memperluas kekuasaan mereka, dengan cara memelihara konflik dan
“mendesign” gerakan-gerakan radikal dan berbagai teror. Setelah Perang
Dingin berakhir, yaitu pada tanggal, 25 Desember 1991, Amerika Serikatlah
satu-satunya negara yang melibatkan diri secara langsung, baik disenggaja
maupun tidak disengaja untuk menguasai Kawasan Arab dan Timur Tengah.
Salah satu gerakannya adalah menganak emaskan Israel, dan memarjinalkan
Palestina.
Apa yang sebaiknya dilakukan oleh negara-negara Arab dan Timur Tengah
untuk menghadapi persoalan di atas ? Inilah persoalan yang perlu diberi solusi
dengan mempelajari bahasa, sastra, budaya, dan politik Arab dalam kaitannya
dengan intervensi negara-negara besar, seperti Amerika Serikat.
Dalam bidang Kajian Timur Tengah dan Diplomasi Internasional dibutuhkan
kemampuan bahasa dan sastra Arab yang memadai dan kuat. Artinya, kemampuan
bahasa dan sastra Arab dapat memanfaatkan peluang besar karena di Kawasan
Arab dan Timur Tengah terdapat 19 (sembilan belas) Perwakilan RI. Perwakilan RI
tersebut meliputi negara-negara Arab dan non-Arab. Negara-negara Arab meliputi (1)
KBRI Baghdad di Iraq, (2) Israel, (3) KBRI Amman di Jordan, (4) KBRI Beirut di
Libanon, (5) Konsul Kehormatan (Konhor) RI di Ramalah Palestina, (6) KBRI
Damaskus di Suriah, (7) KBRI Manama di Bahrain, (8) KBRI Kuwait di Kuwait, (9)
KBRI Muscat di Oman, (10) KBRI Abu Dhabi di Uni Emirat Arab, (11) KBRI Doha di
Qatar, (12) KBRI Riyath di Saudi Arabia dan KJRI Jeddah, di Jeddah (13) KBRI
Sana’a di Yaman, (14) KBRI di Alger, di Aljazair, (15) KBRI Zimbabwe, di Eritria, (16)
KBRI Tripoli di Libya, (17) KBRI Rabat di Maroko, (18) Mauritania, (19) KBRI Cairo di
Mesir, (20) KBRI Khartoum di Sudan, (21) KBRI Tunis, di Tunisia. Sementara itu,
negara-negara non-Arab meliputi (22) KBRI Roma di Cyprus, (23) KBRI Athena di
Yunani, (24) KJRI Istambul di Turki, (25) KBRI Kabul di Afghanistan, dan (26) KBRI
Islamabad di Pakistan.
Itulah pokok-pokok pikiran saya dalam kaitannya dengan keilmuan Bahasa
dan Sastra Arab, filologi, dan Kajian Timur Tengah. Ketiga-tiganya saling berkaitan
antara satu dengan lainnya dan membutuhkan kemampuan dasar dalam
penguasaan bahasa Arab. Ketiga keilmuan tersebut perlu dikembangkan lebih lanjut,
baik oleh para dosen muda maupun oleh para pembelajar lainnya.