Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ditetapkan sebagai juara umum di ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke- 31 tahun 2018 yang diumumkan pada acara penutupan Sabtu (1/9) malam di Gedung Olahraga UNY. Acara yang dilaksanakan sejak 29 Agustus – 1 September tersebut menjadi ajang unjuk gigi UGM yang berhasil mendapatkan perolehan medali sebanyak 10 emas 3 perak, dan 5 perunggu yang didapat dari dua kategori yang dinilai, yakni poster dan presentasi.
Pada kategori poster, UGM mendapat sebanyak 3 emas, 1 perak, dan 3 perunggu. Tiga medali emas diraih oleh tim PKM-PSH, PKM-KC, dan PKM-M. Satu medali perak disumbang oleh PKM-M dan tiga medali perunggu berhasil disumbang oleh PKM-PE dengan jumlah 2 medali, dan PKM-M 1 medali.
Sementara pada kategori presentasi, UGM memperoleh 7 emas, 2 perak, dan 2 perunggu. Tujuh medali emas masing-masing disumbang oleh PKM-PSH 1 medali, PKM-PE 2 medali, PKM-KC 1 medali, PKM-K 1 medali, PKM-M 1 medali, dan PKMGT 1 medali. Dua medali perak disumbang oleh PKMPE dan PKM-GT. Terakhir, dua medali perunggu diraih oleh PKM-PE dan PKM-M.
Dengan perolehan tersebut, UGM berhasil menyandang gelar sebagai juara umum mengalahkan Universitas Brawijaya yang tiga tahun berturut-turut menduduki posisi tersebut. Sikap pesimis awalnya memang menghantui para peserta UGM, pasalnya tim yang lolos untuk melaju pada tahap PIMNAS hanya berjumlah 13 dan hanya dapat duduk di peringkat ke-12—jauh dari tahun sebelumnya yang berhasil meloloskan tim terbanyak. Namun jumlah yang sedikit tersebut tidak serta merta membuat para peserta menyerah. Mereka melalui beberapa tahap bimbingan dan pembinaan yang cukup keras dan penuh pilu.
Hal tersebut dirasakan oleh tim Putri Meilinda (Sastra Prancis, 2015), Akhmad Khanif (Antropologi Budaya, 2017) dan Muhammad Dian Saputera Taher (Antropologi Budaya, 17) yang berhasil meraih 2 medali emas kategori poster dan presentasi. Ketiganya berasal dari Fakultas Ilmu Budaya dengan dosen pembimbing Aprillia Firmonasari S.S., M. Hum., DEA. Tim tersebut menjadi tim satu-satunya UGM dari kelas PKM-PSH (Penelitian Sosiohumaniora) yang berhasil lolos menuju tahap PIMNAS.
“Usai pengumuman lolos PIMNAS, kami langsung diundang untuk acara konsolidasi dan pada tanggal 12 Mei 2018 hingga 15 Mei 2018, kami semua melakukan pembinaan intensif bersama dosen pembina di Salatiga. Pada saat itu, proses penuh tekanan terjadi. Banyak dari kami dikritik karena presentasi, artikel ilmiah bahkan laporan akhir yang tidak memenuhi kualitas penilaian di PIMNAS. Saya bahkan harus menunda mennyusun laporan KKN demi menyempurnakan semua tugas yang harus segera dikirim ke Dikti. Di hari terakhir pengiriman artikel ilmiah, kami sampai harus merevisi hingga 29 kali untuk memperhatikan titik koma agar tidak sampai salah. Semua proses berjalan alot, namun hasil memang sesuai dengan usaha. ” Jelas Putri Meilinda.
Pada ajang tersebut, Putri dan kawan-kawan mengangkat tema “Vitalitas Bahasa Rejang: Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa Rejang pada Masyarakat Suku Rejang Bengkulu dalam Memperkukuh Budaya di Era Globalisasi”. Judul penelitian tersebut terinspirasi dari fenomena kepunahan bahasa daerah. yang kini terus-menerus terjadi akibat intervensi dari bahasa-bahasa lainnya. Keprihatinan ini membawa mereka untuk tertarik mengukur daya hidup bahasa guna mengetahui sejauh mana eksistensi bahasa Rejang dalam era globalisasi dan upaya seperti apa yang cocok untuk melaksanakan program revitalisasi bahasa. Mengambil data kuesioner yang disebar pada 398 murid di Kabupaten Lebong Bengkulu dan mewawancari lebih dari 10 narasumber termasuk Wakil Bupati Kabupaten Lebong membuat mereka yakin akan hasil peneliian ini dapat dimanfaatkan bagi ilmu sosiohumaniora dan juga ketahanan bahasa Rejang di daerah Lebong di waktu mendatang.
“Ide terkait penelitian Sosiohumaniora bisa diambil dari mana saja Intinya adalah, semua mahasiswa merasa peka terhadap sekitar, khususnya mahasiswa FIB UGM agar kedepannya bisa menyumbang lebih banyak proposal. Tahun ini kalau tidak salah ada lebih dari 7 proposal yang didanai dari jumlah keseluruhan PKM PSH yakni 21. Semoga kedepannya dapat terus bertambah dan bisa membanggakan fakultas. “ ungkap Putra
Raihan tersebut tidak serta merta membuat mereka besar kepala. Bagi mereka hal ini menjadi pelajaran penting untuk selalu mendedikasikan diri pada negeri sekecil apapun masalah sosial yang terjadi. “Harapannya semoga bisa menjadi pemantik bagi mahasiswa FIB yang masih takut aau ragu untuk mengikuti PKM dan juga semoga tahun depan masih bisa ikut serta dengan tema yang berbeda.” tutup Khanif di sela wawancara.[firmonasari]
(Yogyakarta, 30/8) Rampoe FIB UGM, badan semi otonom (BSO) dan salah satu unit kegiatan mahasiswa di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya UGM bidang kesenian Aceh akan mengikuti kompetisi tari internasional “Wonju Dynamics Dancing Carnival” di kota Wonju-si, Korea Selatan pada 11 – 16 September 2018. Dalam paparannya di hadapan Dekan FIB UGM, Dr. Wening Udasmoro, DEA, ketua delegasi Rampoe FIB UGM, Alviyah Daniati menyatakan bahwa keikutsertaan Rampoe FIB UGM dalam event kali ini merupakan sebuah sarana dan kesempatan berharga bagi para mahasiswa yang mengikuti UKM Rampoe untuk menempa diri dalam sebuah kompetisi tari internasional. Perwakilan Delegasi Rampoe FIB UGM diterima Dekan FIB dalam audiensi pamitan menjelang keberangkatan ke Korea di kampus FIB pada hari Kamis, 30/8.
Dalam kesempatan ini, Dekan FIB UGM sangat mengapresiasi dan mendukung keikutsertaan Rampoe FIB UGM yang terdiri dari para mahasiswa FIB dan fakultas lain di lingkungan UGM untuk terus berprestasi di kancah internasional. “Rampoe FIB sudah banyak memberi bukti dengan raihan prestasi internasional. Sudah selayaknya kita dukung penuh keikutsertaan Rampoe dalam event ini”, ungkap Dekan. Lebih jauh, Dekan juga menambahkan bahwa dalam mengemban misi kesenian, para mahasiswa yang tergabung dalam Rampoe agar tetap selalu memperhatikan keselamatan dan kesehatan selama berada di Korea. “Tetap harus waspada terutama menjaga kesehatan” tambah Dekan.
Meski dirasa masih mengalami kendala terutama dana untuk akomodasi selama berada di Korea Selatan, tim Rampo FIB UGM sudah dalam tahap akhir persiapan keberangkatan ke Korea. “Seluruh persiapan sudah kami lakukan dan kurang lebuh sudah 90%, hanya perlu melakukan finishing saja dalam rangka persiapan keberangkatan. Terutama untuk akomodasi kami masih harus mengusahakan”, ungkap Alviah.
Sebagai sebuah organisasi mahasiswa minat dan bakat, Rampoe FIB UGM telah banyak menorehkan prestasi internasional. Dalam dua tahun terakhir Rampoe tercatat pernah menjadi juara pada Lomba Falkdance di Praha, Cekoslowakia, menjadi delegadi Indonesia dalam acara Nan Ying International Falklore Festival pada 2016 dan Taiwan Lantern Festival 2017, keduanya di Taiwan. Pada awal-awal pembentukannya pada 2011, Rampoe FIB UGM pernah menyabet predikat Juara Umum pada ajang Festival of Color of the World di Malaysia. Di tingkat nasional, Rampoe juga sarat prestasi, di antaranya menjuarai National Falklore Festival tahun 2017 yang dihelat di Universitas Indonesia, dan mendapatkan predikat sebagai Organisasi Mahasiswa Minat Bakat Terbaik versi Gadjah Mada Awards tahun 2017. Pada gelaran Wonju Dynamics Dancing Carnival di Korea Selatan September mendatang, Rampoe FIB UGM menargetkan sebagai peraih grand prix.[popiirawan]
- Periode 3 (tanggal 1 Oktober – 30 November 2018)
- Periode 4 (tanggal 22 Desember 2018 – 9 Februari 2019)
Jadwal agenda selengkapnya klik dibawah ini.
[gview file=”https://fib.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/10/2018/08/Jadwal-Agenda-KKN-tahun-2018.pdf” title=”Jadwal Agenda KKN tahun 2018″]
Pada Kamis, 12 Juli 2018, Fakultas Ilmu Budaya UGM telah menyelenggarakan Seminar FGD Membongkar Akar Mencari Solusi Masalah KlitihSeminar tersebut menghadirkan sejumlah narasumber yang terdiri dari kriminolog, psikolog, sejarawan, dan polisi. Selain itu, seminar tersebut juga mengundang sejumlah institusi pemerintah dan elemen masyarakat dari dinas pemuda dan olahraga, dinas pendidikan, pemerintah daerah, ormas, sekolah, CSR hotel dan mal, dan komunitas anak muda.
Dari seminar tersebut ditemukan sejumlah hal yang menjadi akar masalah klitih, seperti masalah keluarga, lingkungan sosial yang meliputi sekolah dan teman bermain, dan faktor “budaya” kekerasan yang telah berlangsung lama yang dilakukan oleh kaum kriminal. Dari seminar tersebut juga didapatkan banyak solusi penanganan masalah klitih yang diusulkan baik oleh pembicara maupun oleh peserta seminar. Beragamnya usul tersebut oleh Tim Pengabdian dirumuskan menjadi dua program utama yang bergerak di ranah pendidikan dan penguatan jejaring kerja sama dengan masyarakat.
Dalam bidang pendidikan akan ada pengembangan media, salah satunya adalah pembuatan alat penyuluhan anti-klitih, berupa meme, video singkat, dan film dokumenter, yang akan disebarluaskan melalui jejaring sosial dan sejumlah program penyuluhan. Film dokumenter tengah digarap Tim FIB UGM sementara untuk meme dan video singkat dibuatkan ajang lomba agar masyarakat turut berkontribusi membuat media yang menyuarakan dampak buruk dari klitih.
Perlombaan ini digelar untuk para pelajar, mahasiswa, dan warga Yogyakarta untuk menghasilkan banyak meme dan video singkat untuk disebarluaskan di jejaring sosial dengan mewajibkan setiap peserta membagikan hasil karyanya di akun media sosial masing-masing. Periode lomba berlangsung dari 17 Agustus – 15 Oktober 2018. Penjurian dilakukan 16 –23 Oktober 2018. Pengumuman pemenang akan dilakukan pada acara Deklarasi Anti-Klitih yang direncanakan diadakan pada 29 Oktober 2018.
Adapun keterangan lebih lanjut mengenai lomba tersebut diuraikan sebagai berikut:
Pimpinan Pondok Modern Tazakka KH. Anang Rikza Masyhadi, MA bersama Dekan FIB UGM Dr. Wening Udasmoro, M.Hum., DEA menandatangani Perjanjian Kerjasama tentang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, Senin, (13/8).
Hadir menyaksikan penandatangan itu Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerjasama dan Alumni, Dr. Agus Suwignyo, M.A.; Ketua Departemen Antarbudaya FIB Prof. Dr. Sangidu, M.Hum; Ketua Program Studi Sastra Arab Dr. Amir Ma’ruf, M.Hum, Sekretaris Program Studi Sastra Arab Abdul Jawat, S.S., M.Hum dan dosen Sastra Arab FIB Imam Wicaksono, Lc., MA.
Pimpinam Pondok didampingi oleh Sekretaris Pimpinan Affandi, S.Pd.I, Hilmi Ghifaria dan Sulthoni, Lc., MSI.
Perjanjian Kerjasama Tazakka – FIB semakin mengukuhkan hubungan baik keduanya yang telah terbina sejak 2005, saat Kiai Anang menjadi Liassion Officer Kerjasama FIB dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi di Mesir dan Timur Tengah. Bersama Dekan FIB saat itu Prof. Dr. Syamsul Hadi, S.U., MA dan Wakil Dekan Kemahasiswaan dan Kerjasama Prof. Dr. Sangidu, M.Hum. melakukan terobosan kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi di Mesir.
Saat Prof. Dr. Sangidu, M.Hum menjabat sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Kairo hubungan kerjasama pendidikan dan penelitian Indonesia – Mesir semakin meningkat dan meluas. Bahkan tidak saja dengan UGM tetapi juga dengan PTN dan PTS lain di Indonesia.
Saat Sekolah Pascasarjana UGM mendirikan Program Studi Kajian Timur Tengah (KTT) thn 2005 pun, unsur Pimpinan Tazakka KH. Anizar Masyhadi, S.S. dan KH. Oyong Sufyan, Lc., M.A. juga terlibat aktif dalam kerjasama-kerjasama dengan perguruan tinggi di Mesir.
Semoga dengan perjanjian kerjasama ini, kedua pihak dapat saling memanfaatkan untuk pengembangan mutu pembelajaran dan meningkatkan kualitas sumber daya santri di masa depan. @ghifaria-mct