(Kamis, 14/09) Fakultas Ilmu Budaya UGM bekerja sama dengan Pusat Studi Sosial Asia Tenggara menyelenggarakan acara Bedah Buku Methodology and Research Practice in Southeast Asian Studies. Diskusi buku ini menghadirkan Prof. Judith Schlehe dan Prof. Jurgen Ruland dari Freiburg University, dan Dr. Pujo Semedi Hargo Yuwono dari Program Studi Antropologi, FIB UGM. Dalam kesempatan ini para nara sumber menyampaikan pendapatnya mengenai buku Methodology and Research Practice in Southeast Asian Studies, yang merupakan sebuah kumpulan artikel-artikel ilmiah yang menunjukkan ragam metodologi dalam kajian Asia Tenggara. Prof. Yuwono melontarkan kritik terhadap buku ini karena tidak memasukkan studi tentang Singapura. Sementara Prof. Schlehe berpendapat bahwa buku ini dapat mendorong para peneliti untuk mengontekstualisasikan metode penelitian dalam kajian Asia Tenggara. (kontributor humas)
Rangkaian perayaan HUT ke-59 dan BK ke-36 Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Udayana tahun 2017 diawali pada hari Rabu, 20 September 2017 dengan tiga acara utama.
Ketiga acara tersebut adalah penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) antara FIB Unud dengan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, diwakili masing-masing dekan; peluncuran buku karya dosen-dosen FIB Unud; dan orasi ilmiah dari Dr. I Putu Gede Suwitha, dosen dari Prodi Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Unud.
Acara yang dipusatkan di Aula Widya Sabha kampus setempat dihadiri civitas akademika FIB Unud dan tamu dari FIB UGM.
Wahana Bersama
Penandatanganan MoA antara FIB Unuda dan FIB UGM adalah sebuah terobosan baru yang digagas oleh pimpinan kedua instansi, Dekan FIB Universitas Udayana, Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A. dengan Dekan FIB Universitas Gadjah Mada, Dr. Wening Udasmoro, M.Hum., DEA. Kerja sama kedua institusi ini semakin memantapkan usaha-usaha peningkatan kualitas akademis, terutamanya dalam menggali khasanah budaya nusantara.
Penandatangan MoA ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan keluarga besar FIB Unud pada bulan Juli ke Universitas Gadjah Mada. Melalui program kerja sama ini, ke depannya antara FIB Unud dan FIB UGM dapat lebih erat menjalin kerja sama. Program kerja sama yang akan dilaksanakan di antaranya adalah pertukaran pelajar, kemudian melaksanakan pertukaran dosen, penelitian bersama, hingga penulisan karya ilmiah bersama.
Dekan FIB Unud, Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A., dalam sambutannya menegaskan bahwa FIB Unud dan FIB UGM memiliki komitmen yang sama dalam mengembangakan visi dan misi Tri Dharma Perguruan tinggi.
“Kita sepakat turut serta dalam membangun bangsa melalui jalur budaya. Sebab kekuatan dan pilar bangsa seharusnya dibangun dengan konstruksi budaya yang dimiliki Indonesia,” ujar Prof. Sutji.
Sejalan dengan Dekan FIB Unud, Dekan FIB UGM Dr. Wening Udasmoro, M.Hum., DEA juga sangat bergembira dengan telah ditandatanganinya MoA ini. Bentuk kerja sama ini akan semakin meningkatkan hubungan antara dua lembaga perguruan tinggi, dan meningkatkan kontribusi bagi bangsa dan negara.
Dr. Wening Udasmoro juga merasa sangat bangga dengan sambutan hangat keluarga besar FIB Udayana, rasanya seperti “pulang kampung” ketika berkunjung dan bertemu dengan sahabat-sahabat di FIB Unud.
Kunjungi UPT Lontar
Selepas acara penandatangan MoA, Dekan FIB UGM beserta staf berkesempatan untuk berkeliling dan mengunjungi ruang UPT Lontar Unud di FIB Unud. Beliau sangat terkesan dengan koleksi perpustakaan lontar dengan segala koleksi naskah kunonya.
Dekan Wening Udasmoro mengharapkan ke depannya kedua instansi ini dapat saling mengisi, dapat saling memberi masukan. Beliau juga sangat kagum melihat koleksi lontar FIB Unud, serta sangat mengapresiasi usaha-usaha digitalisasi dan penyelamatan naskah-naskah kuno. Hal ini bisa menjadi masukan baginya untuk turut mengembangkan hal serupa di FIB UGM ke depannya.
Pada kesempatan berkunjung ke perpustakaan lontar, Dekan FIB UGM beserta staf disuguhkan dengan penampilan pembacaaan “Kakawin Ramayana” oleh staf di UPT Lontar.
Peluncuran Buku
Selain penandatanganan MoA, acara juga diisi dengan peluncuran tujuh buah buku yang ditulis oleh para dosen di lingkungan FIB Unud. Peluncuran buku dilakukan secara resmi oleh Dekan FIB Unud. Buku-buku yang diluncurkan merupakan buah pemikiran kritis para dosen FIB Unud yang nantinya diharapkan mampu memberikan khasanah dalam bidang keilmuan masing-masing.
Dalam sambutan peluncuran buku, Prof. Dr. Sutjiati Beratha, M.A. mengucapkan rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya pada seluruh dosen yang telah aktif menulis dan mendokumentasikan pemikirannya. Diharapkan nantinya akan lebih banyak lagi karya-karya dosen FIB Unud yang dipublikasikan dalam bentuk buku. Terutama adalah buku-buku ajar yang dapat membantu mahasiswa dalam menjalankan perkuliahan.
Ketujuh buku yang diluncurkan tersebut kemudian di serahkan kepada Dekan FIB UGM sebagai kenang-kenangan dan menjadi koleksi perpustakaan FIB UGM, yang di harapkan dapat bermanfaat.
Terdapat tujuh judul buku yang diluncurkan pada acara penandatangan MoA tersebut, diantaranya adalah;
1. Introduction of English Morphology karya Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A
2. Pantaraning Bali: Wacana-wacana Kritis Indik Budaya Bali karya Dr. I Wayan Suardiana, M.Hum.
3. Kediri Dalam Perspektif Arkeologi, Sejarah, dan Pariwisata karya Prof. Dr. Phil. I Ketut Ardhana, M.A (Prodi Sejarah), Dr. Drs. I Ketut Setiawan, M.Hum. (Prodi Arkeologi), dan Dra. Sulandjari, M.A. (Prodi Sejarah).
4. Kajian Sejarah: Subak Bali Pura Aseman Kabupaten Tabanan: Awal Mula Perkembangan Subak di Bali karya Prof. Dr. Phil. I Ketut Ardhana, M.A (Prodi Sejarah), Dr. Drs. I Ketut Setiawan, M.Hum. (Arkeologi), dan Dr. I Nyoman Dhana, M.A. (Prodi Antropologi Budaya).
5. Novel Suara Samudra karya Dr. Maria Maltidis Banda, M.S. (Prodi Sastra Indonesia)
6. Novel Doben karya Dr. Maria Matildis Banda, M.S. (Prodi Sastra Indonesia)
7. Wisata Kuliner Atribut Baru Destinasi Ubud karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M. Litt. (Prodi Sastra Indonesia) dan Ni Putu Diah Sastri Pitanatri (S-2 Pariwisata Unud)
Perayaan HUT FIB ditandai berbagai kegiatan lomba dan olah raga dilaksanakan minggu ini, dengan puncak Senin, 25 September 2017 (I Gede Gita Purnama A.P)
Program Studi Pariwisata FIB UGM menyelenggarakan kegiatan Konsorsium Program Studi Pariwisata se-Indonesia yang menghadirkan beberapa delegasi dari perguruan tinggi yang membuka program studi pariwisata jenjang sarjana. Beberapa delegasi yang hadir yakni dari Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Brawijaya, Universitas Udayana, dan Universitas Pancasila, serta UGM sendiri sebagai tuan rumah. Kegiatan yang dilaksanakan pada Jumat (15/9) ini dimaksudkan sebagai awal pembentukan perkumpulan lembaga-lembaga pendidikan tinggi pariwisata yang membuka program studi S1 (sarjana), yang secara substantif memiliki perbedaan pendekatan dengan prodi sejenis jenjang diploma. Prodi-prodi pariwisata jenjang S1 diselenggarakan dengan penekanan pada aspek akademis, sebagai pembeda dari prodi sejenis pada jenjang vokasi yang menekankan pada aspek penguasaan keterampilan praktis. Pada kegiatan dirumuskan anggaran dasar dan anggara rumah tangga (AD/ART) Konsorsium Program Studi Pariwisata jenjang Akademik yang dilakukan di hadapan notaris.(popiirawan)
Kamis (14/9) bertempat di Ruang Sidang I Fakultas Ilmu Budaya UGM, diadakan Public Lecture dari FIB untuk Chulalongkorn University. Public Lecture kali ini terbagi dalam dua sesi, yakni sesi pagi dan siang. Sesi pagi diisi oleh kuliah umum Prof. Inajati Adrisijanti dari Departemen Arkeologi. Materi yang diberikan ialah ‘General Overview about Indonesia, its Cultures and especially about Borobudur and Prambanan’, yang mana banyak menerangkan tentang kebudayaan Indonesia sejak periode prasejarah hingga sekarang, dan sedikit mengulas Prambanan serta Borobudur secara mendalam.
Sesi selanjutnya, yang diadakan usai makan siang diisi oleh Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A, M.Phil dengan materi ‘Issues in Indonesian Cultures’. Secara garis besar kuliah ini memberi pemahaman tentang bagaimana orang-orang Indonesia saling bertoleransi dan menjadi satu kesatuan meski memiliki budaya yang berbeda-beda.(tyassanti)
Belajar tidak selalu harus di dalam kelas, apalagi dalam mempelajari keanekaragaman dan seluk beluk budaya suatu masyarakat. Akan lebih menyenangkan apabila belajar budaya dengan cara terjun secara langsung ke masyarakat dan situs-situs peninggalan sejarah dan budaya. Itulah yang dialami dan dirasakan oleh lima belas mahasiswa dari Universitas Osaka. Mereka datang ke Indonesia dalam rangka belajar kebudayaan Jawa bersama dosen dan mahasiswa Program Studi Sastra Jawa UGM. Mereka didampingi oleh Ibu Yumi selaku dosen pendamping dari di Universitas Osaka. Program ini berlangsung selama dua belas hari, mulai 1 September hingga 12 September 2017. Selama dua belas hari ini, mahasiswa tinggal di Desa Mantrijeron Yogyakarta. Mereka tinggal di rumah-rumah yang berdekatan agar mudah dikontrol oleh dosen pendamping. Mahasiswa dari Prodi Sastra Jawa juga aktif mendampingi mereka sejak mereka tiba di Yogyakarta.
Kelima belas mahasiswa didampingi oleh dosen dan mahasiswa Prodi Sastra Jawa UGM memulai dengan kunjungan ke museum-museum di Yogyakarta. Mereka berkunjung ke museum Gunung Merapi untuk mempelajari legenda dan kearifan lokal, mempelajari cerita pahlawan dinasti Mataram di museum Ulen Sentalu, dan belajar membatik di Puro Pakualaman. Mereka juga berkunjung ke Kraton Yogyakarta untuk melihat seni tari. Selain ke museum, mereka juga mengunjungi candi Borobudur dan candi Prambanan untuk melihat Tari Ramayana. Mereka juga merasakan memakai pakaian adat jawa sekaligus menaiki ribuan anak tangga di makam raja-raja Imogiri. Tak ketinggalan, mereka juga menikmati wisata belanja di Malioboro dan Kotagede.
Tidak hanya mengunjungi tempat wisata bersejarah sembari mempelajari kebudayaan jawa, kelima belas mahasiswa Universitas Osaka ini juga belajar menganyam di Desa Tanjung dan menikmati beragam makanan tradisional di sana.
Bagi mereka, sangat menyenangkan belajar di Yogyakarta. Mereka melakukan wawancara juga untuk kemudian dipresentasikan ketika penutupan program pada hari ini (12/9). Mereka mengangkat beberapa persoalan yang dikaitkan dengan budaya Indonesia dan Jepang seperti Peranan Ibu dalam Keluarga di Indonesia, Penggunaan Bahasa Jawa, Persamaan dan Perbedaan Jogja-Kyoto sebagai Kota Pariwisata, serta kesan pesan mereka terhadap cara hidup masyarakat Indonesia, termasuk cara makan, minum, mandi, dan pembagian waktu yang digunakan oleh masyarakat. Itu semua mereka dapatkan dalam dua belas hari ini.
Ibu Sri Ratna Sakti Mulya selaku Kaprodi Sastra Jawa UGM mengungkapkan bahwa banyak manfaat yang bisa dipetik dalam program ini. Tidak hanya mahasiswa dari Universitas Osaka saja yang banyak belajar, akan tetapi mahasiswa UGM, khususnya dari Prodi Sastra Jawa juga pasti mendapatkan banyak pelajaran dari teman-teman dari Osaka.
Kemudian di akhir sesi, ada penyerahan sertifikat dari FIB UGM untuk mahasiswa Universitas Osaka. Berakhirnya program ini tidak serta merta menutup kerja sama dan silaturahmi antara UGM dan Universitas Osaka. Diharapkan ke depannya, akan lebih banyak lagi kerja sama yang bisa dijalin untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman.(suzash)