Belajar tidak selalu harus di dalam kelas, apalagi dalam mempelajari keanekaragaman dan seluk beluk budaya suatu masyarakat. Akan lebih menyenangkan apabila belajar budaya dengan cara terjun secara langsung ke masyarakat dan situs-situs peninggalan sejarah dan budaya. Itulah yang dialami dan dirasakan oleh lima belas mahasiswa dari Universitas Osaka. Mereka datang ke Indonesia dalam rangka belajar kebudayaan Jawa bersama dosen dan mahasiswa Program Studi Sastra Jawa UGM. Mereka didampingi oleh Ibu Yumi selaku dosen pendamping dari di Universitas Osaka. Program ini berlangsung selama dua belas hari, mulai 1 September hingga 12 September 2017. Selama dua belas hari ini, mahasiswa tinggal di Desa Mantrijeron Yogyakarta. Mereka tinggal di rumah-rumah yang berdekatan agar mudah dikontrol oleh dosen pendamping. Mahasiswa dari Prodi Sastra Jawa juga aktif mendampingi mereka sejak mereka tiba di Yogyakarta.
Kelima belas mahasiswa didampingi oleh dosen dan mahasiswa Prodi Sastra Jawa UGM memulai dengan kunjungan ke museum-museum di Yogyakarta. Mereka berkunjung ke museum Gunung Merapi untuk mempelajari legenda dan kearifan lokal, mempelajari cerita pahlawan dinasti Mataram di museum Ulen Sentalu, dan belajar membatik di Puro Pakualaman. Mereka juga berkunjung ke Kraton Yogyakarta untuk melihat seni tari. Selain ke museum, mereka juga mengunjungi candi Borobudur dan candi Prambanan untuk melihat Tari Ramayana. Mereka juga merasakan memakai pakaian adat jawa sekaligus menaiki ribuan anak tangga di makam raja-raja Imogiri. Tak ketinggalan, mereka juga menikmati wisata belanja di Malioboro dan Kotagede.
Tidak hanya mengunjungi tempat wisata bersejarah sembari mempelajari kebudayaan jawa, kelima belas mahasiswa Universitas Osaka ini juga belajar menganyam di Desa Tanjung dan menikmati beragam makanan tradisional di sana.
Bagi mereka, sangat menyenangkan belajar di Yogyakarta. Mereka melakukan wawancara juga untuk kemudian dipresentasikan ketika penutupan program pada hari ini (12/9). Mereka mengangkat beberapa persoalan yang dikaitkan dengan budaya Indonesia dan Jepang seperti Peranan Ibu dalam Keluarga di Indonesia, Penggunaan Bahasa Jawa, Persamaan dan Perbedaan Jogja-Kyoto sebagai Kota Pariwisata, serta kesan pesan mereka terhadap cara hidup masyarakat Indonesia, termasuk cara makan, minum, mandi, dan pembagian waktu yang digunakan oleh masyarakat. Itu semua mereka dapatkan dalam dua belas hari ini.
Ibu Sri Ratna Sakti Mulya selaku Kaprodi Sastra Jawa UGM mengungkapkan bahwa banyak manfaat yang bisa dipetik dalam program ini. Tidak hanya mahasiswa dari Universitas Osaka saja yang banyak belajar, akan tetapi mahasiswa UGM, khususnya dari Prodi Sastra Jawa juga pasti mendapatkan banyak pelajaran dari teman-teman dari Osaka.
Kemudian di akhir sesi, ada penyerahan sertifikat dari FIB UGM untuk mahasiswa Universitas Osaka. Berakhirnya program ini tidak serta merta menutup kerja sama dan silaturahmi antara UGM dan Universitas Osaka. Diharapkan ke depannya, akan lebih banyak lagi kerja sama yang bisa dijalin untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman.(suzash)