Senin, (21/07) Fakultas Ilmu Budaya dikunjungi oleh enam puluh orang dari King Prajadhipok’s, Bangkok,Thailand dalam rangka Fundamental Conflict Resolution by Peacefull Means Trainin Program Class 2. Kunjungan dari para peserta dari KPI Bangkok ini bertujuan untuk sharing knowledge demgam mengangkat isu konflik dan perdamaian. Kedatangan mereka disambut oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Dr. Wening Udasmoro di Auditorium FIB UGM. Acara diskusi ini juga turut diikuti oleh beberapa mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya perwakilan dari masing-masing Program Studi.
Setelah dekan Fakultas Ilmu Budaya menyambut, kemudian dilaksanakan sharing dan pemaparan materi oleh presentator, Kegiatan diskusi tersebut dimoderatori oleh Ibu Arifah Rahmawati. Dalam diskusi dengan KPI Bangkok tersebut, ada tiga presentator dari UGM yang mempresentasikan hasil riset mereka.
Materi pertama dikemukakan oleh Dr. Najib Azka: seorang dosen dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Sosiologi. Beliau membicarakan tentang konflik dan resolusi politik di Indonesia, termasuk transisi demokrasi yang terjadi di Indonesia. Pembahasan ini mencakup lingkup secara nasional. Bapak Najib Azka juga memaparkan perbedaan jenis konflik dari konflik kolektif yang terjadi selama satu periode : dari konflik etnik hingga konflik agama serta dari separatis hingga konflik politik. Akan tetapi, di beberapa daerah konflik seperti Aceh dan Ambon, perdamaian pun dapat diraih. Di Aceh misalnya, perdamaian di sana diraih dengan cara diskusi damai antara Gol dan GAM yang difasilitasi oleh mediator internasional. Begitu pula konflik agama yang terjadi di Ambon juga diselesaikan dengan diskusi damai antara tokoh agama Muslim dan kepala agama Nasrani, difasilitasi oleh pemerintah daerah tersebut.
Materi kedua disampaikan oleh Dr. Wening Udasmoro. Beliau memaparkan tentang risetnya mengenai konflik yang terjadi di daerah Aceh. Di sana sempat terjadi konflik struktural antara pemegang rezim (saat itu erat kaitannya dengan militer) dengan Gerakan Aceh Merdeka. Banyak terjadi konflik di sana antara kedua pihak tersebut, namun ada juga masyarakat biasa yang dia tidak termasuk kedua pihak tersebut. Beberapa tokoh perdamaian yang disebutkan oleh beliau di antaranya adalah Keuchik Riswandi (kepala desa) dan Tengku Abdul Hamid (tokoh agama). Tengku Hamid ini melindungi masyarakat dengan menggunakan kekuasaannya sebagai pemuka agama, dia menggunakan masjid sebagai tempat perlindungan.
Berbeda dengan Dr. Najib dan Dr. Wening, Ibu Dati Fatimah selaku pemateri ketiga membicarakan tentang konflik di lingkup yang lebih spesifik lagi, yaitu Jawa. Konflik yang terjadi di Jawa juga lain dibanding Maluku dan Aceh. Beliau memaparkan konflik pembunuhan brutal yang terjadi di Lumajang. Konflik terjadi antara aktivis anti-penambangan dengan pro-penambangan. Meraka diancam oleh orang-orang itu dan hal ini menjadi isu nasional. Banyak media massa yang mengangkat isu ini agar pemerintah juga segera menindaklanjuti.
Inisiatif pemuda untuk meredakan konflik. Pemuda mulai menyadari pentingnya proses perdamaian dan membangunnya. Mereka kemudian membentuk Laskar Samudra pada Januari 2016 dan grup ini diinisiasi oleh empat pemuda. Mereka memulai membuka dialog dengan masyarakat sekitar dari kalangan yang berbeda-beda untuk kemudian merumuskan perdamaian.Mereka kemudian merehab bekas tanah pertambangan dan berdialog dengan pemerintah setempat. Ibu Dati Fatimah juga memaparkan beberapa peran wanita dalam meredakan konflik yang terjadi.
Setelah selesai penyampaian materi, diadakan sesi tanya jawab yang disambut antusias oleh peserta diskusi. Akan tetapi, karena keterbatasan waktu dan peserta KPI Bangkok harus melanjutkan perjalanannya, maka diskusi diakhiri pada pukul 13.00. Acara diskusi diakhiri dengan penyerahan cendera mata oleh Dr. Wening Udasmoro kepada Gen Ekkachai Srivilas selaku Director the Office of Peace and Governance King Prajadhipok’s Institute. Pihak KPI Bangkok juga menyerahkan cinderamata kepada para pemateri diskusi kali ini.
Dengan diadakannya diskusi ini diharapkan, masyarakat dalam lingkup Asean ikut serta membangun perdamaian dunia.(suzash)