![](https://fib.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/10/2025/02/Screenshot-2025-02-12-083228-767x510.png)
Yogyakarta, 23/1/2025 – Dua mahasiswa program studi Pengkajian Amerika, FIB, UGM berhasil menyelesaikan tesis dengan menyoroti isu-isu teknologi dan keadilan sosial yang relevan dengan Sustainable Development Goals (SDG). Karya keduanya tidak hanya memperkaya kajian akademik di bidang Pengkajian Amerika, tetapi juga memberikan wawasan mendalam mengenai tantangan global yang selaras dengan agenda pembangunan dunia.
Wisudawati bersama dosen Magister Pengkajian Amerika, FIB, UGM
Mahasiswa pertama, Hayomi Gendis Rinjani, M.A. yang merupakan mahasiswa angkatan Ganjil 2022 meneliti teknologi fiksi futuristik yang digambarkan dalam episode “The Entire History of You” dari serial Black Mirror. Teknologi brain-computer interface (BCI) dalam episode tersebut memungkinkan pengguna merekam dan memutar ulang ingatan mereka. Penelitian ini, yang menggunakan teori representasi Stuart Hall dan konsep posthuman dari Rosi Braidotti, menggambarkan bagaimana teknologi semacam itu dapat mengubah pemahaman manusia tentang privasi dan identitas. Penelitian ini secara tidak langsung mengingatkan bahwa perkembangan teknologi yang pesat menuntut pertimbangan nilai-nilai kemanusiaan yang mendalam. Bagaimana manusia merancang inovasi yang tetap berpihak pada martabat manusia menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi di masa depan. Studi Hayomi menekankan pentingnya kerangka pemikiran yang menjaga agar inovasi tetap sejalan dengan nilai-nilai moral dan sosial yang menghormati hak serta kebebasan individu.
Potret Hayomi Gendis Rinjani, M.A. bersama Kaprodi Magister Pengkajian Amerika, Dr. Aris Munandar, M. Hum.
Kemudian, mahasiswa kedua, Anggi Puspitasari, M.A. memfokuskan penelitiannya pada pengalaman komunitas Meksiko-Amerika yang tertuang dalam novel Rain of Gold karya Victor Villaseñor. Penelitiannya menunjukkan bagaimana pengalaman traumatis akibat Revolusi Meksiko dan diskriminasi yang dihadapi di Amerika Serikat membentuk trauma budaya yang mempengaruhi identitas komunitas tersebut. Dengan menggunakan teori memori kolektif dari Halbwach, trauma budaya Alexander, dan konsep inhuman citizenship dari Chang, penelitian ini menyoroti berbagai bentuk ketidakadilan yang dialami komunitas Meksiko-Amerika. Penelitian mahasiswa kedua secara mendalam menggambarkan bagaimana pengalaman traumatis dan ketidakadilan yang menimpa komunitas Meksiko-Amerika telah membentuk identitas mereka sebagai kelompok yang berjuang mempertahankan martabat dan nilai-nilai budaya. Studi ini menjadi pengingat bahwa perjalanan menuju masyarakat yang lebih adil dan inklusif memerlukan pemahaman yang lebih mendalam akan sejarah, memori kolektif, serta upaya menghapus stigma dan diskriminasi yang masih membelenggu.
Potret Anggi Puspitasari, M.A. bersama Kaprodi Magister Pengkajian Amerika, Dr. Aris Munandar, M. Hum.
Diharapkan penelitian-penelitian ini tidak hanya memperkaya khazanah akademik tetapi juga menjadi rujukan yang bermanfaat bagi riset-riset selanjutnya yang ingin mengkaji hubungan antara teknologi, budaya, dan masyarakat dalam konteks Amerika serta implikasinya secara global, khususnya dalam mendukung inovasi yang bertanggung jawab dan membangun masyarakat yang lebih inklusif dan setara.
[S2 Pengkajian Amerika, Nariza Ayu Pasha]