SDGs 12: Responsible Consumption and Production – SDGs 1: No Poverty – SDGs 2: Zero Hunger – SDGs 3: Good Health and Well-being – SDGs 5 – Gender Quality – SDGs 7 – Decent Work and Economic Growhth – SDGs 9 – Innovation – SDGs 11: Development Planing – SDGs 11: Disaster Strategy
Ancaman krisis pangan saat ini ditanggapi oleh berbagai pihak. Pengembangan pangan alternatif seperti pengolahan porang dicoba dilakukan oleh Tim Pengabdian kepada masyarakat (PkM) Departemen Antropologi. Tim yang terdiri dari Dr. Atik Triratnawati, M.A., Prof. Dr. Bambang Hudayana, M.A., Muhammad Zamzam Fauzanafi, M.A. juga melibatkan 2 mahasiswa yaitu Eka Yuniati dan Ferdy Azmal Fakhrani. Program PkM ini merupakan progam lanjutan di tahun sebelumnya dengan mengusung tema yang sama ”Pengembangan Kuliner Berbahan Porang di Desa Karangpatihan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur”. Program kelanjutannya dilaksanakan pada Agustus 2023 di empat dusun yaitu Dusun Krajan, Dusun Selodono, Dusun Dungus dan Dusun Jurugan.
Porang dipilih menjadi pangan alternatif dikarenakan merupakan komoditi lokal Indonesia yang memiliki potensi besar di pasar internasional. Misalnya saja yang telah dilakukan di Madiun, satu kilogram umbi porang harganya bisa mencapai Rp. 14.000. Satu hektar tanah yang subur bisa menghasilkan sekitar 80 ton umbi untuk sekali panen dalam kurun waktu 1-2 tahun. Untuk inovesi pengolahan porang yang sudah ada misalnya beras shirataki yang harga jualnya tinggi. Porang banyak tumbuh di Ponorogo dan menjadi salah satu progam dari Pemda Ponorogo dengan memberikan stimulan berupa bibit dan mendukung adanya asosiasi petani porang. Selain itu Perhutani juga memberi akses kepada para petani untuk menanam porang di sekitar tanaman keras. Berangkat dari hal tersebut maka Tim PkM melaksanakan pendampingan pelatihan dalam pengolahan makanan berbahan dasar porang. Setelah itu diadakan pula lomba memasak makanan yang berbahan porang untuk memotivasi warga agar semakin semangat dalam melakukan inovasi terkait resep makanan tersebut. Kemudian kegiatan ditutup dengan focus grup discussion (FGD) untuk mendengarkan aspirasi ibu-ibu PKK di keempat dusun, Desa Karangpatihan, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo. Hal tersebut perlu dilakukan karena selama ini pandangan masyarakat bahwa umbi porang menimbulkan rasa gatal jika dipegang sehinggaa membuat masyarakat ragu-ragu. Dengan dilaksanakan PkM ini masyarakat memiliki pandangan baru bahwa porang memiliki potensi yang sangat banyak. Selain itu diharapkan dengan adanya desiminasi pengetahuan dan keterampilan ini dapat menjadikan kuliner porang menjadi budaya makan dan pangan alternatif Ponorogo.
Foto 1: Dawet porang ; salah satu kuliner berbahan porang yang dilatihkan kepada anggota PKK Desa Karangpatihan, Pulung, Ponorogo.
Foto 2: Berbagai jenis kuliner berbahan porang hasil kreasi salah satu kelompok peserta lomba.
Foto 3: Para pemenang lomba pengembangan kuliner berbahan porang.