Perjalanan wisata ziarah warga Indonesia ke berbagai kawasan tanah suci akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Selain Makah dan Madinah di Arab Saudi, Jerusalem kini berkembang juga sebagai sebuah destinasi wisata ziarah bagi para peziarah (pilgrims) dari Indonesia. Menariknya, bagi peziaran asal Indonesia, Jerusalem dikenal sebagai destinasi wisata ziarah Al-Aqsha, terutama bagi kalangan Muslim, dan ‘The Holy Land Tours” bagi kalangan Kristen. Sering kali peziarah Muslim dan Kristen asal Indonesia menggunakan jasa biro perjalanan wisata yang sama untuk berwisata ziaran ke Jerusalem, yang mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan mereka saat berwisata, terutama dalam penyediaan sarana akomodasi dan restoran yang menyediakan makanan Indonesia di Jerusalem. Menariknya, di Jerusalem, tanah suci bagi tiga agama samawi, para peziarah Muslim dan Kristen menekankan batasan-batasan yang jelas melalui narasi perjalanan yang berbeda. Hal ini mengemuka dalam brown bag seminar yang diselenggarakan FIB UGM pada hari Selasa 17 Juli 2018, yang bertajuk “Indonesians’ Competitive Pilgrimages to Jerusalem” oleh Mirjam Lücking dari the Hebrew University of Jerusalem, yang diselenggarakan di ruang Multimedia, Gedung RM. Margono kampus FIB UGM.
Dalam paparannya, Mirjam Lücking mengungkapkan bahwa meskipun para peziarah Muslim, Kristen, bahkan Yahudi, warga Israel, dan Palestina bekerja bersama dalam konteks industri pariwisata di Jerusalem, namun dalam pola-pola perjalanan dan narasi yang dibangun, para peziarah Indonesia menekankan batasan yang jelas, yang berbasis afiliasi agamanya masing-masing. Nampaknya wisata ziarah Jerusalaem bukan hanya merupakan ajang kompetisi biro perjalanan wisata, yang mencari keuntungan ekonomi dari para peziarah itu, namun juga merupakan ajang kompetisi normatif yang dilandasi sentimen agama dan ideologi, yakni peziaran Kristen yang berortientasi Israel di satu sisi, dan Peziarah Muslim yang menunjukkan dukungannya bagi Palestina di sisi yang lain. Lebih jauh Mirjam Lücking menambahkan bahwa dalam konteks wisata ziarah Jerusalem para peziarah asal Indonesia didasari persepsi mereka tentang konflik Palestina-Israel dalam praktik-praktik perjalanan wisatanya, termasuk dalam pola-pola belanja souvenir dan aktivitas sosial media mereka ketika mereka berziarah di Jerusalem.
unnamed_parwi